550 Orang Meninggal dalam Unjuk Rasa Anti-Kudeta Militer Myanmar
Sabtu, 03 April 2021 15:58
medcom.id,
Kelompok Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) pada Sabtu, 3 April 2021, memperkirakan Angkatan Bersenjata Myanmar telah menewaskan 550 orang selama demonstrasi antikudeta.
Yangon: Kelompok Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) pada Sabtu, 3 April 2021, memperkirakan Angkatan Bersenjata Myanmar telah menewaskan 550 orang selama demonstrasi antikudeta. Dari jumlah tersebut, 46 orang adalah anak-anak.
Demonstrasi berlangsung sejak 1 Februari lalu, usai militer menggulingkan pemerintah terpilih yang dipimpin Aung San Suu Kyi. AAPP menuturkan ada tambahan dua korban tewas pada Jumat, 2 April kemarin.
Tak hanya melakukan kekerasan terhadap para pedemo, militer Myanmar juga memadamkan jaringan internet di negara itu demi membungkam suara oposisi di dunia maya.
Pihak berwenang juga mengeluarkan surat perintah untuk 18 seniman, termasuk para influencer media sosial dan dua jurnalis terkait pemicu pemberontakan. Mereka semua dilaporkan menentang aturan militer.
Salah seorang artis, Paing Phyoe Thu, mengaku tidak takut atas surat perintah penangkapan.
"Apakah surat perintah telah dikeluarkan atau tidak, selama saya masih hidup, saya akan menentang kediktatoran militer yang menindas dan membunuh orang. Revolusi harus menang!" katanya di laman Facebook-nya.
Thu secara rutin menghadiri aksi unjuk rasa di kota Yangon. Bahkan suaminya yang merupakan sutradara film, Na Gyi, masuk dalam daftar pencarian pihak berwenang di bawah hukum sejak Februari lalu.
Junta juga telah melarang platform media sosial seperti Facebook. Mereka terus menggunakan media sosial untuk melacak kritik dan mempromosikan pesannya. AFP Photo/STR/HO
Editor : khalisah
[Category Opsi Informasi]
[Tags Featured, Myanmar]
Sabtu, 03 April 2021 15:58
medcom.id,
Kelompok Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) pada Sabtu, 3 April 2021, memperkirakan Angkatan Bersenjata Myanmar telah menewaskan 550 orang selama demonstrasi antikudeta.
Yangon: Kelompok Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) pada Sabtu, 3 April 2021, memperkirakan Angkatan Bersenjata Myanmar telah menewaskan 550 orang selama demonstrasi antikudeta. Dari jumlah tersebut, 46 orang adalah anak-anak.
Demonstrasi berlangsung sejak 1 Februari lalu, usai militer menggulingkan pemerintah terpilih yang dipimpin Aung San Suu Kyi. AAPP menuturkan ada tambahan dua korban tewas pada Jumat, 2 April kemarin.
Tak hanya melakukan kekerasan terhadap para pedemo, militer Myanmar juga memadamkan jaringan internet di negara itu demi membungkam suara oposisi di dunia maya.
Pihak berwenang juga mengeluarkan surat perintah untuk 18 seniman, termasuk para influencer media sosial dan dua jurnalis terkait pemicu pemberontakan. Mereka semua dilaporkan menentang aturan militer.
Salah seorang artis, Paing Phyoe Thu, mengaku tidak takut atas surat perintah penangkapan.
"Apakah surat perintah telah dikeluarkan atau tidak, selama saya masih hidup, saya akan menentang kediktatoran militer yang menindas dan membunuh orang. Revolusi harus menang!" katanya di laman Facebook-nya.
Thu secara rutin menghadiri aksi unjuk rasa di kota Yangon. Bahkan suaminya yang merupakan sutradara film, Na Gyi, masuk dalam daftar pencarian pihak berwenang di bawah hukum sejak Februari lalu.
Junta juga telah melarang platform media sosial seperti Facebook. Mereka terus menggunakan media sosial untuk melacak kritik dan mempromosikan pesannya. AFP Photo/STR/HO
Editor : khalisah
[Category Opsi Informasi]
[Tags Featured, Myanmar]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar