Kepingan Hitam Putih Salafi hingga Hijrah - CNN Indonesia
6 min read
Kepingan Hitam Putih Salafi hingga Hijrah
CNN Indonesia
Senin, 08/07/2019 14:35
Anak-anak muda hijrah cenderung enggan membaca buku agama tebal-tebal yang menyajikan beragam mazhab dan lebih memilih jalur salafi yang mampu ringkas mengkaji. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Fenomena hijrah di kalangan muda Indonesia merupakan dampak dari ekspansi gerakan Islamisme transnasional yang mendapat tempat di masyarakat setelah lama terbungkam di rezim Orde Baru.
Tren hijrah menjadi booming karena pada saat bersamaan generasi milenial membutuhkan perlindungan dari krisis identitas di tengah gempuran informasi era digital.
Survei Vakey Foundation di Inggris mengungkap bahwa agama telah menjadi faktor utama bagi anak-anak muda di Indonesia untuk mencapai kebahagiaan dengan skor umum mencapai 93 persen.
Di samping itu, ada pula yang melakukan penyebaran ajaran Salafi sebagai misi secara terorganisir ke seluruh dunia. Mereka mendakwahkan ajaran Salafi secara terstruktur dan terorganisir. Pula, diberikan dana untuk menjalankan misinya.
Salah satu lembaga yang disinggung oleh Rahmat adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) dan juga Radio Rodja.
Selain kelompok penyebar ajaran Salafi, ada pula eksistensi gerakan dakwah Jamaah Tabligh. Secara garis besar, sama dengan kelompok Salafi, kelompok yang berasal dari India itu ingin memurnikan penerapan Islam. Namun mereka tidak seagresif Salafi dalam menentang tahlil, ziarah kubur, dan sebagainya.
"Jamaah Tabligh ini bisa dibilang gerakan dakwah atau misionaris terbesar di seluruh dunia. Bahkan kalau lagi kumpul di India, acara mereka bisa mengalahkan jamaah haji," kata Rahmat.
Salafi dan Jamaah Tabligh merupakan aliran pemurnian Islam yang tergolong apolitis. Keduanya tidak memiliki misi bernuansa politis. Para pengikutnya pun tidak diberikan doktrin-doktrin politis.
Gerakan Islam transnasional yang tercatat masuk ke Indonesia di antaranya (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Pengikut Salafi di level tertentu juga kadang bergesekan dengan kelompok Jamaah Tabligh, terutama menyangkut soal ibadah sunah. Namun saat ada satu isu besar seperti isu Palestina, Suriah, kebijakan Amerika, mereka biasanya satu suara.
Belakangan, kalangan muda yang memutuskan hijrah cenderung nyaman menimba ilmu dari ustaz-ustaz beraliran Salafi. Hal itu terlihat dari maraknya anak muda yang menghadiri kajian-kajian hijrah salafi dan mengikuti dakwah mereka lewat media sosial. Kalangan Nahdlatul Ulama (NU) atau Muhammadiyah turut menyadari fenomena tersebut.
Generasi muda didorong memperkaya referensi pemahaman agar mampu memaknai Islam dari sudut pandang yang lebih luas. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)
Cendekiawan Islam Komaruddin Hidayat menganggap dakwah ala Salafi cenderung terbatas mengkaji ayat Alquran dan hadis, minim tafsiran secara kontekstual. Gaya dakwah tersebut disukai anak-anak muda masa kini.
"Anak muda generasi gawai enggan baca buku agama tebal-tebal, yang menyajikan ragam mazhab. Maunya singkat, padat, jelas," ucap Komaruddin saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (20/5).
Padahal, menurut Komaruddin, menimba ilmu agama mesti pula disertai membaca berbagai penafsiran atas Alquran dan hadis. Yang terjadi kini, menurut Komaruddin, banyak kalangan muda yang memutuskan hijrah mayoritas enggan mendalami dengan cara demikian.
"Bagi anak muda yang lagi gamang menghadapi era disrupsi dan post-truth, pendekatannya lebih kaku, ilmu agama langsung dicerna tanpa penafsiran, terlebih bagi mereka yang tidak punya latar pendidikan agama dan bahasa Arab. Tambahan lagi, mereka kecewa lihat ustaz pada berpolitik," ucap Komaruddin.
Komaruddin menilai ada dampak buruk ketika anak-anak muda hanya sebatas menimba ilmu dengan gaya Salafi. Dia menganggap pengetahuan agama yang didapat sangat terbatas karena tidak disertai mengkaji penafsiran ayat Alquran dan hadis dari berbagai mazhab.
"Pengetahuan agama mereka penggalan-penggalan karena tidak studi secara sistematis komprehensif dan mendalam," ucap Komaruddin.
Komaruddin lebih percaya alumni pesantren jauh lebih luas wawasan ke-Islamannya karena budaya pesantren mengajarkan bagaimana mengkaji ilmu Islam dari berbagai pandangan.
Berbeda halnya dengan anak-anak muda yang selama ini menyukai Salafi. Komaruddin meyakini mereka masih perlu menambah asupan pemahaman dari ragam referensi agar mampu memaknai ajaran Islam dengan sudut pandang lebih luas.
"Kecenderungannya ikutan ekslusif, sulit menerima pandangan yang berbeda. Lebih tidak sehat lagi kalau dirinya merasa paling benar lalu menyalahkan yang lain," tutur Komaruddin.
"Mereka juga merasa bisa mengakses lewat googling, sehingga merasa ahli agama meskipun belum setahun belajar agama," lanjutnya.
(bmw/DAL)
[Category Opsi Informasi]
[Tags Salafi, Featured]
CNN Indonesia
Senin, 08/07/2019 14:35
Anak-anak muda hijrah cenderung enggan membaca buku agama tebal-tebal yang menyajikan beragam mazhab dan lebih memilih jalur salafi yang mampu ringkas mengkaji. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)Jakarta, CNN Indonesia -- Fenomena hijrah di kalangan muda Indonesia merupakan dampak dari ekspansi gerakan Islamisme transnasional yang mendapat tempat di masyarakat setelah lama terbungkam di rezim Orde Baru.
Tren hijrah menjadi booming karena pada saat bersamaan generasi milenial membutuhkan perlindungan dari krisis identitas di tengah gempuran informasi era digital.
Survei Vakey Foundation di Inggris mengungkap bahwa agama telah menjadi faktor utama bagi anak-anak muda di Indonesia untuk mencapai kebahagiaan dengan skor umum mencapai 93 persen.
Di samping itu, ada pula yang melakukan penyebaran ajaran Salafi sebagai misi secara terorganisir ke seluruh dunia. Mereka mendakwahkan ajaran Salafi secara terstruktur dan terorganisir. Pula, diberikan dana untuk menjalankan misinya.
Salah satu lembaga yang disinggung oleh Rahmat adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) dan juga Radio Rodja.
Selain kelompok penyebar ajaran Salafi, ada pula eksistensi gerakan dakwah Jamaah Tabligh. Secara garis besar, sama dengan kelompok Salafi, kelompok yang berasal dari India itu ingin memurnikan penerapan Islam. Namun mereka tidak seagresif Salafi dalam menentang tahlil, ziarah kubur, dan sebagainya.
"Jamaah Tabligh ini bisa dibilang gerakan dakwah atau misionaris terbesar di seluruh dunia. Bahkan kalau lagi kumpul di India, acara mereka bisa mengalahkan jamaah haji," kata Rahmat.
Salafi dan Jamaah Tabligh merupakan aliran pemurnian Islam yang tergolong apolitis. Keduanya tidak memiliki misi bernuansa politis. Para pengikutnya pun tidak diberikan doktrin-doktrin politis.
Gerakan Islam transnasional yang tercatat masuk ke Indonesia di antaranya (CNN Indonesia/Andry Novelino)Pengikut Salafi di level tertentu juga kadang bergesekan dengan kelompok Jamaah Tabligh, terutama menyangkut soal ibadah sunah. Namun saat ada satu isu besar seperti isu Palestina, Suriah, kebijakan Amerika, mereka biasanya satu suara.
Belakangan, kalangan muda yang memutuskan hijrah cenderung nyaman menimba ilmu dari ustaz-ustaz beraliran Salafi. Hal itu terlihat dari maraknya anak muda yang menghadiri kajian-kajian hijrah salafi dan mengikuti dakwah mereka lewat media sosial. Kalangan Nahdlatul Ulama (NU) atau Muhammadiyah turut menyadari fenomena tersebut.
Generasi muda didorong memperkaya referensi pemahaman agar mampu memaknai Islam dari sudut pandang yang lebih luas. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)Cendekiawan Islam Komaruddin Hidayat menganggap dakwah ala Salafi cenderung terbatas mengkaji ayat Alquran dan hadis, minim tafsiran secara kontekstual. Gaya dakwah tersebut disukai anak-anak muda masa kini.
"Anak muda generasi gawai enggan baca buku agama tebal-tebal, yang menyajikan ragam mazhab. Maunya singkat, padat, jelas," ucap Komaruddin saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (20/5).
Padahal, menurut Komaruddin, menimba ilmu agama mesti pula disertai membaca berbagai penafsiran atas Alquran dan hadis. Yang terjadi kini, menurut Komaruddin, banyak kalangan muda yang memutuskan hijrah mayoritas enggan mendalami dengan cara demikian.
"Bagi anak muda yang lagi gamang menghadapi era disrupsi dan post-truth, pendekatannya lebih kaku, ilmu agama langsung dicerna tanpa penafsiran, terlebih bagi mereka yang tidak punya latar pendidikan agama dan bahasa Arab. Tambahan lagi, mereka kecewa lihat ustaz pada berpolitik," ucap Komaruddin.
Komaruddin menilai ada dampak buruk ketika anak-anak muda hanya sebatas menimba ilmu dengan gaya Salafi. Dia menganggap pengetahuan agama yang didapat sangat terbatas karena tidak disertai mengkaji penafsiran ayat Alquran dan hadis dari berbagai mazhab.
"Pengetahuan agama mereka penggalan-penggalan karena tidak studi secara sistematis komprehensif dan mendalam," ucap Komaruddin.
Komaruddin lebih percaya alumni pesantren jauh lebih luas wawasan ke-Islamannya karena budaya pesantren mengajarkan bagaimana mengkaji ilmu Islam dari berbagai pandangan.
Berbeda halnya dengan anak-anak muda yang selama ini menyukai Salafi. Komaruddin meyakini mereka masih perlu menambah asupan pemahaman dari ragam referensi agar mampu memaknai ajaran Islam dengan sudut pandang lebih luas.
"Kecenderungannya ikutan ekslusif, sulit menerima pandangan yang berbeda. Lebih tidak sehat lagi kalau dirinya merasa paling benar lalu menyalahkan yang lain," tutur Komaruddin.
"Mereka juga merasa bisa mengakses lewat googling, sehingga merasa ahli agama meskipun belum setahun belajar agama," lanjutnya.
(bmw/DAL)
[Category Opsi Informasi]
[Tags Salafi, Featured]