Tebuireng: Kamus Sejarah Indonesia Kemendikbud tak Layak | Republika Online
Ponpes Tebuireng meminta Kemendikbud meminta maaf hilangnya nama KH Hasyim Asy'ari.
Red: Erik Purnama Putra
Rep: Dadang Kurnia
ANTARA/syaiful arif
Pintu masuk kawasanPondok Pesantren Tebuireng, Kecamatan Cukir, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Selasa (19/5/2020).
REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng Jombang menanggapi beredarnya softcopy Kamus Sejarah Indonesia Jilid I (Nation Formation) dan Jilid II (Nation Building) yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Dalam kamus tersebut tidak mencantumkan nama tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy'ari.
Humas Pondok Pesantren Tebuireng, Nur Hidayat menyatakan, naskah tersebut sama sekali tidak layak dijadikan rujukan bagi praktisi pendidikan dan pelajar Indonesia. Karena banyak berisi materi dan framing sejarah yang secara terstruktur dan sistematis telah menghilangkan peran Nahdlatul Ulama dan para tokoh utama Nahdlatul Ulama.
"Terutama peran Hadratus Syaikh KH Mohammad Hasyim Asy'ari," kata Nur Hidyat melalui siaran tertulisnya di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Selasa (20/4).
Dia mengatakan, jika dicermati lebih dalam, narasi yang dibangun dalam kedua jilid Kamus Sejarah Indonesia tersebut tidak sesuai dengan kenyataan sejarah. Hal itu karena cenderung mengunggulkan organisasi tertentu dan mendiskreditkan organisasi yang lain.
[Category Opsi Informasi]
[Tags Tebuireng, Kemendikbud, KH Hasyim Asy'ari, Featured]
Ponpes Tebuireng meminta Kemendikbud meminta maaf hilangnya nama KH Hasyim Asy'ari.
Red: Erik Purnama Putra
Rep: Dadang Kurnia
ANTARA/syaiful arif
Pintu masuk kawasanPondok Pesantren Tebuireng, Kecamatan Cukir, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Selasa (19/5/2020).
REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng Jombang menanggapi beredarnya softcopy Kamus Sejarah Indonesia Jilid I (Nation Formation) dan Jilid II (Nation Building) yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Dalam kamus tersebut tidak mencantumkan nama tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy'ari.
Humas Pondok Pesantren Tebuireng, Nur Hidayat menyatakan, naskah tersebut sama sekali tidak layak dijadikan rujukan bagi praktisi pendidikan dan pelajar Indonesia. Karena banyak berisi materi dan framing sejarah yang secara terstruktur dan sistematis telah menghilangkan peran Nahdlatul Ulama dan para tokoh utama Nahdlatul Ulama.
"Terutama peran Hadratus Syaikh KH Mohammad Hasyim Asy'ari," kata Nur Hidyat melalui siaran tertulisnya di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Selasa (20/4).
Dia mengatakan, jika dicermati lebih dalam, narasi yang dibangun dalam kedua jilid Kamus Sejarah Indonesia tersebut tidak sesuai dengan kenyataan sejarah. Hal itu karena cenderung mengunggulkan organisasi tertentu dan mendiskreditkan organisasi yang lain.
[Category Opsi Informasi]
[Tags Tebuireng, Kemendikbud, KH Hasyim Asy'ari, Featured]
Komentar
Posting Komentar