Kondisi Migas RI di Natuna di Tengah Serbuan Kapal China

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI menyebut bahwa ada ribuan kapal milik Vietnam dan China masuk ke perairan Natuna, dekat Laut China Selatan. Kapal-kapal itu pun dianggap mengganggu aktivitas pertambangan kapal nasional.
Seperti diketahui, Indonesia juga memiliki sejumlah aktivitas di perairan Natuna ini, salah satunya yaitu kegiatan strategis di sektor minyak dan gas bumi (migas).
Berdasarkan data dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), setidaknya hingga 2020 tercatat ada sembilan blok migas di perairan Natuna yang tengah dikembangkan.
Dari sembilan blok migas tersebut, tiga blok masih dalam fase eksplorasi dan enam blok sudah tahap eksploitasi. Namun dari enam blok tahap eksploitasi, empat blok sudah berproduksi dan dua blok masih dalam tahap pengembangan.
Julius Wiratno, Deputi Operasi SKK Migas, mengatakan produksi minyak di perairan Natuna hingga 15 September 2021 tercatat sebesar 17.449 barel per hari dan produksi gas sebesar 394 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Adapun produksi tersebut berasal dari tiga Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) atau produsen migas di lepas pantai (offshore) Natuna, antara lain Medco E&P Natuna, Premier Oil, dan Star Energy.
"Produksi minyak dan gas dari area Natuna berasal dari tiga KKKS offshore yaitu Medco E&P Natuna, Premier Oil dan Star Energy dengan rata-rata produksi dari ketiga KKKS tersebut sampai dengan 15 September 2021, minyak sebesar 17.449 BOPD (barel per hari) dan gas sebesar 394 MMSCFD," paparnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (21/09/2021).
Berdasarkan data SKK Migas, target lifting minyak Medco E&P Natuna pada 2021 ini sebesar 10.500 bph, adapun realisasi lifting minyak hingga 30 Juni 2021 rata-rata sebesar 15.104 bph. Untuk lifting gas tahun ini ditargetkan sebesar 120 MMSCFD dan realisasi hingga akhir Juni 2021 tercatat rata-rata sebesar 135 MMSCFD.
Sementara lifting gas Premier Oil Indonesia pada tahun ini ditargetkan sebesar 180 MMSCFD dan realisasi lifting hingga kuartal II 2021 rata-rata sebesar 209 MMSCFD.
Adapun target lifting minyak nasional pada tahun ini sebesar 705 ribu bph dan gas 5.638 MMSCFD. Ini artinya, lifting minyak di perairan Natuna baru sekitar 2,5% dan lifting gas 6,9% dari target lifting migas nasional.
Lantas, apakah ribuan kapal asing yang wara-wiri di perairan Natuna ini mengganggu aktivitas produksi dan eksplorasi migas RI di Natuna?
Julius pun mengatakan selama tidak melanggar batas dan masuk ke wilayah perairan RI, maka itu tidak masalah. Namun, ini terus dikawal ketat oleh Bakamla dan TNI AL untuk pengamanan kegiatan migas RI.
"Tanggapan saya terhadap adanya kapal-kapal asing yang seliweran ya gak apa-apa sejauh tidak melanggar batas dan masuk wilayah perairan kita, dan memang sudah dikawal juga oleh Bakamla dan aparat TNI AL untuk usaha pengamanan kegiatan migas kita di perairan Natuna," jelasnya.
Sebelumnya, Sekretaris Utama Badan Keamanan Laut Laksda S. Irawan dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di kompleks parlemen, Jakarta, Senin (13/9/2021) mengatakan bahwa ada ribuan kapal milik Vietnam dan China yang masuk perairan Natuna, dekat Laut China Selatan. Kapal-kapal tersebut, dianggap mengganggu aktivitas pertambangan kapal Nasional.
"Kalau kita lihat di pantauan radar atau pantauan dari Puskodal kami, sampai saat ini di daerah overlapping itu masih ada 1, 2, 3, 4, 5, 6 kapal-kapal Vietnam, pantauan radar, termasuk kapal-kapal coast guard China," kata Irawan, Senin (13/9/2021).
"Begitu dilihat kasat mata ataupun langsung pengamatan udara, itu bahkan sampai ratusan, mungkin ribuan kapal yang ada di sana," imbuhnya.
Di kesempatan yang sama, Irawan juga menyebut ada ratusan atau ribuan kapal China dan Vietnam yang memasuki perairan Indonesia di Natuna Utara. Kapal-kapal tersebut tidak terdeteksi radar.
Namun kemudian, Kepala Bagian Humas dan Protokol Badan Keamanan Laut (Bakamla) Kolonel Wisnu Pramandita menjelaskan soal kondisi di Laut Natuna Utara (LNU) yang dihuni ribuan kapal asing, terutama kapal China dan Vietnam.
Wisnu menjelaskan bahwa kata 'ribuan' yang disampaikan oleh Sestama Bakamla Laksda TNI S. Irawan itu bermakna umum, tidak dalam waktu yang berdekatan dan juga mencakup Laut China Selatan.
"Laut Natuna Utara kan berbatasan langsung dengan Laut China Selatan," ujar Wisnu, seperti dikutip dari keterangan resmi Bakamla, Sabtu (18/09/2021).
(wia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar