Manggarai Raya Bertekad Bebaskan ODGJ dari Pasung - BeritaSatu - Opsiin

Informasi Pilihanku

powered by Surfing Waves
demo-image

Manggarai Raya Bertekad Bebaskan ODGJ dari Pasung - BeritaSatu

Share This
Responsive Ads Here

 

Manggarai Raya Bertekad Bebaskan ODGJ dari Pasung

Kamis, 23 September 2021 | 11:35 WIB
Oleh : Anselmus Bata / AB
Orang dengan gangguan jiwa di Panti Rehabilitasi Renceng Mose yang dikelola Keuskupan Ruteng dikunjungi staf Kementerian Kesehatan.

Ruteng, Beritasatu.com - Tiga Kabupaten, yakni ManggaraiManggarai Barat, dan Manggarai Timur, atau dikenal dengan Manggarai Raya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bertekad bebas pasung bagi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) pada akhir 2021. Hal ini disampaikan kepala daerah tiga kabupaten di sela-sela pelatihan bagi tenaga kesehatan (nakes) oleh Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, belum lama ini.

Pelatihan tersebut digelar demi meningkatkan kompetensi nakes dalam menangani pasien, terutama setelah dilepas dari pasung. Pelatihan tahap pertama diikuti ratusan nakes ini secara serentak di tiga kabupaten.

Advertisement

Wakil Bupati Manggarai Barat, dr Yulianus Weng MKes menyambut baik pelatihan tersebut. Dia berjanji untuk membebaskan 50 pasien yang masih dipasung di berbagai tempat di wilayahnya tahun ini juga. Menurut rencana, pasien yang akan dilepas dari pasung ditempatkan di beberapa lokasi sementara, seperti Rumah KKottongnae yang sudah cukup berpengalaman menangani ODGJ sambil mengusahakan pembangunan selter permanen dan mendorong instansi dan dinas terkait ikut aktif menangani masalah kesehatan jiwa ini.

Selain tidak manusiawi, kata Munthe, pemasungan juga tidak menyelesaikan masalah, sehingga pelatihan tersebut menjadi bekal para nakes agar lebih terampil merawat pasien, misalnya memberi obat sesuai standar kesehatan. Selama ini para nakes, terutama pada layanan kesehatan primer seperti puskesmas dan juga para dokter tidak berani memberikan obat-obatan kepada pasien karena khawatir menciptakan dampak medis serius. Dengan pelatihan tersebut para nakes diharapkan tidak ragu lagi bertindak. termasuk memberi obat yang dibutuhkan.

1632366430

Bupati Manggarai Hery Nabit mengaku senang bekerja sama dengan pemerintah pusat dan Keuskupan Ruteng yang selama ini merawat ODGJ di Panti Rehabilitasi Renceng Mose. Bagi Hery, salah satu prioritas pembangunan di wilayahnya adalah mengurus ODGJ, termasuk melepaskan mereka dari pasung.

”Bagi kami bukan berapa pasien yang akan dilepas dari pasung, tetapi yang penting adalah keberlanjutan program pencegahan dan pemulihan pasien,” kata Hery.

Dia berharap Kementerian Kesehatan dan pihak terkait dapat melatih para nakes dalam tahap-tahap pengobatan pasien, mulai dari pelepasan pasung hingga pasien benar-benar sehat dan mandiri.

Bupati Manggarai Timur Agas Andreas terlibat langsung dalam upaya pelepasan pasung. Di Manggarai Timur terdapat 613 ODGJ, 40 di antaranya dipasung.

Dia berharap peserta pelatihan mendapatkan keterampilan memadai dan paling dibutuhkan untuk melayani ODGJ yang dianggap sebagai kaum terpinggirkan.

Sementara itu, relawan kemanusiaan pastor Avent Sanur SVD berharap rencana pelepasan pasung tidak hanya indah di atas kertas dan selesai pada pelatihan. Layanan kesehatan jiwa semestinya menjadi bagian dari standar pelayanan minimum, terutama di puskesmas, seperti yang diberikan kepada penderita tuberkulosis dan malaria.

Menurutnya, beberapa pemerintah kabupaten di NTT masih mengabaikan perawatan pasien kesehatan jiwa. "Tidak ada komitmen nyata, seperti alokasi anggaran dan tenaga yang diperlukan seperti layanan psikiatri," katanya.

Kesehatan Jiwa
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza dr Celestinus Egya Munthe SpKJ MKes mengatakan pelatihan bagi dokter, perawat, dan kader terkait peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia bertema "Kesetaraan Kesehatan Jiwa untuk Semua" pada 10 Oktober 2021.

Menurut Munthe ada tiga tujuan pelatihan tersebut. Pertama, dari sisi manajemen peserta pelatihan mampu mengenal sarana dan prasarana kesehatan jiwa, sistem kesehatan, ketersediaan anggaran, prioritas pengembangan kompetensi nakes, serta mampu melakukan asesmen atas kondisi pasien sebelum melepaskan pasung.

Kedua, nakes mampu mengenal keluarga pasien lebih dekat untuk pencegahan memburuknya kondisi pasien.

Ketiga, pasien yang sudah dalam kondisi sehat diupayakan kualitas kesehatannya terus meningkat.

Selain itu, pelatihan tersebut diharapkan juga membuat pemerintah daerah bisa mendesain kebijakan lanjutan yang melibatkan Dinas Sosial, Dinas Ketenagakerjaan, Dinas Pendidikan, TNI, dan Polri untuk menjaga keamanan pasien ketika pasungnya dilepas.

"Kita mengharapkan setelah sembuh, mereka bisa kembali ke keluarga dan masyarakat dan bernilai lagi setidaknya bagi diri dan keluarganya,” kata Munthe.

Di Provinsi NTT saat ini diperkirakan terdapat sekitar 8.000 ODGJ dengan berbagai tingkatan. Tiga kabupaaten di Manggarai Raya memiliki setidaknya 1.500 pasien dan sekitar 130 di antaranya dipasung.

"Banyak keluarga menolak atau malu mengakui ODGJ sehingga penderitaan mereka bertambah panjang. Solusi atas masalah ini juga harus melibatkan banyak pihak selain pemerintah, yakni keluarga dan organisasi sosial keagamaan. Dari sisi pelayanan medis, target penting pada saat ini adalah pasien mudah mengakses obat-obatan. Di masa mendatang para nakes jangan lagi menolak merawat pasien ODGJ karena berbagai alasan,” tegas Munthe.

Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini

Sumber: BeritaSatu.com

Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Opsi lain

Arenanews

Berbagi Informasi

Media Informasi

Opsiinfo9

Post Bottom Ad

Pages