Menkes Budi Gunadi Sadikin Bujuk WHO untuk Jadikan Indonesia Pusat Pembuatan Vaksin Covid-19 Global - TRIBUNNEWS

 

Menkes Budi Gunadi Sadikin Bujuk WHO untuk Jadikan Indonesia Pusat Pembuatan Vaksin Covid-19 Global

By
google.com
4 min

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, dirinya telah melobi langsung Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam perjalananya awal bulan ini ke Eropa.

Hal itu berkaitan dengan upaya penanganan pandemi Covid-19, khususnya dari sisi vaksinasi.

Kepada Reuters, Budi Sadikin mengatakan, Indonesia sedang dalam pembicaraan dengan WHO dan enam perusahaan obat untuk menjadikan Tanah Air sebagai pusat pembuatan vaksin Covid-19 global.

Budi Gunadi Sadikin kemudian memaparkan strateginya untuk mewujudkan ambisi tersebut.

Indonesia akan memprioritaskan pembelian vaksin Covid-19 dari perusahaan yang mau berbagi teknologi dan mendirikan pabrik di Indonesia, terang Budi Gunadi Sadikin.

"Kami bekerja sama dengan WHO untuk menjadi salah satu pusat manufaktur global untuk mRNA," katanya.

"WHO telah menunjuk Afrika Selatan sebagai lokasi pertama, dan saya mengatakan bahwa secara logis Indonesia harus menjadi yang kedua," tambahnya.

Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Indonesia tertarik untuk membangun keahlian dalam vaksin RNA messenger (mRNA), serta suntikan vektor virus seperti yang diproduksi oleh vaksin AstraZeneca.

Selain itu, Indonesia berada di posisi yang tepat untuk mengekspor vaksin ke seluruh dunia.

Mengingat Indonesia adalah negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia dan dapat menjamin bahwa vaksin halal, atau diperbolehkan menurut Islam.

Seorang juru bicara WHO mengatakan Indonesia adalah salah satu dari 25 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang menyatakan minatnya untuk menjadi tuan rumah pusat vaksinasi.

Tetapi, juru bicara WHO yang tidak disebutkan namanya itu menolak untuk mengatakan apakah Indonesia adalah kandidat utama.

Adapun "pusat transfer teknologi" baru adalah bagian dari strategi WHO untuk mendistribusikan produksi vaksin secara lebih luas.

WHO akan membangun fasilitas di negara-negara berkembang untuk membuat vaksin generasi baru seperti Moderna dan mRNA berbasis asam nukleat Pfizer yang dapat dengan cepat beradaptasi menangani varian virus corona baru.

Upaya mengembangkan basis produksi vaksin Covid-19 di Afrika Selatan akan fokus pada upaya untuk meniru Moderna.

Namun, proyek tersebut akan memakan waktu karena kurangnya kemajuan dalam pembicaraan dengan perusahaan Amerika Serikat, kata seorang pejabat senior WHO.

Lebih lanjut, Indonesia telah berjuang melawan pandemi Covid-19 dan telah mencatat lebih dari 4,1 juta infeksi dengan 139 ribu kematian.

Tingkat infeksi dan kematian di Indonesia telah menurun tajam dalam beberapa pekan terakhir, dengan 25 persen dari target populasi 208 juta orang yang divaksinasi penuh terhadap Covid-19.

Indonesia masih memiliki upaya vaksinasi besar-besaran ke depan, terutama karena kemungkinan harus memberikan vaksinasi penguat atau booster.

Budi Gunadi Sadikin mengatakan perusahaan farmasi Indonesia sedang berdiskusi dengan produsen dan pengembang vaksin Anhui, Walvax, Sinovac, Genexine, Arcturus Therapeutics dan Novavax.

Ilustrasi Vaksin Covid-19 (The Jakarta Post)

Pembicaraan tersebut menyangkut "isi dan selesaikan" dasar hingga produksi hulu dan penelitian dan pengembangan, terang Budi Gunadi Sadikin.

"Kami membuka peluang yang sama juga kepada AstraZeneca. Kami juga terbuka untuk rekanan yang sudah ada Pfizer. Kami terbuka untuk siapa saja," kata Budi Gunadi Sadikin.

Bambang Heriyanto, sekretaris perusahaan Bio Farma, perusahaan obat milik negara terbesar di Indonesia, membenarkan pembicaraan sedang berlangsung dan langkah pertama adalah berkolaborasi dalam transfer teknologi.

Dibutuhkan dua atau tiga tahun untuk membangun fasilitas produksi yang beroperasi penuh, katanya.

Budi Gunadi Sadikin menambahkan, Indonesia akan menggunakan kepemimpinan negara-negara kelompok G-20 mulai Desember untuk mempromosikan keamanan kesehatan global dan mempersiapkan pandemi berikiutnya setalah virus corona atau SARS-CoV-2.

"Tidak ada yang bisa menjamin bahwa SARS-CoV-3 dan 4 tidak akan datang," kata Budi Gunadi Sadikin.

Baca artikel lain seputar Virus Corona

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Baca Juga

Komentar