Pilihan

Perempuan Afghanistan Dikabarkan Dipaksa Nikah demi Evakuasi - CNN Indonesia

 

Perempuan Afghanistan Dikabarkan Dipaksa Nikah demi Evakuasi

Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah perempuan Afghanistan dilaporkan dipaksa menikah agar bisa ikut program evakuasi dan kabur dari kekuasaan Taliban.

Beberapa sumber menceritakan kepada CNN bahwa pengalaman itu menimpa sejumlah perempuan yang kini sudah ditampung di pusat evakuasi di Uni Emirat Arab.

Para perempuan itu mengaku dipaksa keluarganya menikah atau berangkat dengan pria yang berpura-pura menjadi suami.

Sebagian dari mereka bahkan mengaku dipaksa menikah di depan Bandara Internasional Hamid Karzai. Dalam beberapa kasus, keluarga rela membayar pria yang memenuhi syarat evakuasi agar mau menikah atau berpura-pura menjadi suami putrinya.

Kementerian Luar Negeri AS juga mengakui bahwa mereka mendapatkan laporan senada dari pejabat-pejabat yang mengurus proses evakuasi.

Hingga saat ini, belum jelas seberapa jauh isu itu menyebar. Namun, isu itu sudah menimbulkan kekhawatiran hingga ke titik diplomat AS di Uni Emirat Arab mengirimkan surat kabel.

Para diplomat di UEA pun sudah menyusun panduan bagi pengurus pusat penampungan pengungsi untuk mendeteksi orang-orang yang kemungkinan menjadi korban penyelundupan manusia.

Seorang diplomat lainnya mengatakan bahwa Kemlu AS mengindikasikan bakal bekerja sama dengan Kementerian Keamanan dan Kementerian Pertahanan untuk menyelidiki lebih lanjut laporan tersebut.

Saat ini, AS menampung para pengungsi Afghanistan di negara ketiga. Para pengungsi itu akan menjalani pemeriksaan terlebih dulu sebelum melanjutkan perjalanan ke negara tujuan.

Sejumlah pengungsi melanjutkan perjalanan ke AS. Di sana, pemerintah menyediakan sejumlah pangkalan militer untuk menampung pengungsi.

Kebanyakan pengungsi perempuan ingin kabur dari Afghanistan karena takut Taliban akan kembali memerintah dengan tangan besi, seperti pada 1996-2001 silam.

[Gambas:Video CNN]

Saat pertama kali memerintah, Taliban menerapkan hukum syariat Islam konservatif yang sangat mengekang kebebasan perempuan.

Setelah merebut kembali kekuasaan pada 15 Agustus lalu, Taliban berjanji akan bersikap lebih terbuka. Namun, banyak pihak meragukan janji tersebut.

Seorang pegiat hak-hak perempuan Afghanistan, Pashtana Durrani, sampai-sampai mengatakan bahwa ia sudah kehabisan air mata untuk negaranya.

"Kami sudah berduka atas kejatuhan Afghanistan cukup lama. Sekarang, saya merasa sangat putus asa," katanya.

(has)

Komentar

Baca Juga (Konten ini Otomatis tidak dikelola oleh kami)

Antarkabarid

Arenanews

Antaranews

Berbagi Informasi

Kopiminfo

Liputan Informasi 9

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsitek