Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured

    Dilanda Kelaparan Parah, Warga Madagaskar Makan Kaktus dan Belalang Halaman all - Kompas

    4 min read

     

    Dilanda Kelaparan Parah, Warga Madagaskar Makan Kaktus dan Belalang Halaman all - Kompas.com

    Dilanda Kelaparan Parah, Warga Madagaskar Makan Kaktus dan Belalang

    Kompas.com, 11 Desember 2021, 20:32 WIB
    Seorang anak perempuan memakan suplemen makanan yang dibagikan saat sesi pemeriksaan gizi buruk oleh LSM Action Contre la Faim dan Program Pangan Dunia (WFP) di Ifotaka, selatan Madagaskar, 14 Desember 2018.
    Lihat Foto
    AFP PHOTO/RIJASOLO
    Seorang anak perempuan memakan suplemen makanan yang dibagikan saat sesi pemeriksaan gizi buruk oleh LSM Action Contre la Faim dan Program Pangan Dunia (WFP) di Ifotaka, selatan Madagaskar, 14 Desember 2018.
    Seorang anak perempuan memakan suplemen makanan yang dibagikan saat sesi pemeriksaan gizi buruk oleh LSM Action Contre la Faim dan Program Pangan Dunia (WFP) di Ifotaka, selatan Madagaskar, 14 Desember 2018.
    Editor: Aditya Jaya Iswara

    ANTANANARIVO, KOMPAS.com - Warga Madagaskar selatan dilaporkan memakan kaktus dan belalang, karena kelaparan parah akibat kekeringan berturut-turut dan badai pasir yang merusak panen.

    Program Pangan Dunia PBB (WFP) yang dikutip Al Jazeera pada 30 April 2021 melaporkan, ratusan ribu orang Madagaskar di ambang kelapran.

    Amer Daoudi, direktur senior operasi WFP global, memperingatkan bahwa kehidupan anak-anak Malagasi dalam bahaya, terutama yang berusia di bawah lima tahun yang kekurangan gizinya mencapai tingkat mengkhawatirkan.

    4+

    Dapatkan Aplikasi

    Berbicara melalui video call dari ibu kota Madagaskar, Antananarivo, Daoudi mengatakan dalam briefing PBB di Jenewa, dia mengunjungi desa-desa di mana orang-orang harus bertahan hidup yang cara yang putus asa, seperti makan belalang, kaktus merah mentah, atau daun liar.

    “Kelaparan membayangi Madagaskar selatan ketika masyarakat menyaksikan hilangnya hampir seluruh sumber makanan yang menciptakan keadaan darurat gizi parah,” terang Daoudi.

    Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
    Daftarkan email

    "Saya menyaksikan... gambaran mengerikan dari anak-anak kelaparan, kekurangan gizi, dan tidak hanya anak-anak... ibu, orang tua dan penduduk di desa-desa yang kami kunjungi,” lanjut Daoudi yang merupakan pekerja bantuan veteran.

    “Mereka berada di ambang kelaparan; ini adalah gambaran yang sudah lama tidak saya lihat di seluruh dunia.”

    Madagaskar adalah salah satu negara termiskin di Afrika. Kurangnya layanan dasar, dari kesehatan dan pendidikan hingga kesempatan kerja, serta kemiskinan dan perubahan iklim membuat banyak dari 26 juta penduduknya terkena bencana.

    WFP mengatakan, panen diperkirakan hampir 40 persen di bawah rata-rata lima tahun.

    Malnutrisi anak-anak balita hampir naik dua kali lipat menjadi 16 persen dari sembilan persen dalam empat bulan hingga Maret 2021, setelah lima tahun berturut-turut kekeringan, dan tahun ini diperburuk dengan badai pasir dan hujan.

    Tingkat 15 persen dianggap darurat dan beberapa distrik melaporkan 27 persen – rata-rata satu dari empat anak balita – menderita kekurangan gizi akut.

    Setidaknya 1,35 juta orang membutuhkan bantuan makanan di wilayah tersebut, tetapi WFP hanya bisa membantu 750.000 penduduk karena kendala keuangan.

    “Kami membutuhkan sumber daya, kemarin; kami perlu mengubah sumber daya menjadi makanan,” ujar Shelley Thakral, juru bicara WFP, kepada Al Jazeera.

    “Dunia benar-benar menderita dari Covid, tetapi saya pikir efek domino di Madagaskar, tempat badai pasir sepenuhnya menyelimuti panen, mereka tidak memiliki curah hujan yang layak selama bertahun-tahun dan ini akan memiliki efek besar tahun 2021 pada anak-anak, para ibu, dan keluarga.”

    “Kami melihat pemandangan tulang rusuk yang menonjol dari anak-anak kecil – anak-anak yang, jika Anda melihat mereka, Anda akan berpikir bahwa mereka mungkin berusia dua, tiga tahun, dan mungkin bukan 10 tahun... Ini benar-benar mengkhawatirkan, ” kata Thakral, seraya memperingatkan bahwa orang-orang berada di ujung tanduk.

    “Mereka mencari makan, makanan... apa saja yang bisa mereka temukan,” tambahnya. "Situasinya sangat putus asa."

    • 4
    Komentar
    Additional JS