Puncak Hujan Meteor Geminid, Catat Jadwal dan Cara Melihatnya Halaman all - Kompas.com
Hujan meteor ini bersumber dari sisa debu asteroid 3200 Phaethon (1983 TB) yang mengorbit Matahari selama 523,6 hari.
Astronom Amatir Indonesia, Marufin Sudibyo menjelaskan, meskipun hujan meteor itu seakan-akan dari rasi Gemini, sesungguhnya hujan meteor yang terjadi berasal dari remah-remah komet tak dikenal yang terpecah-pecah di masa silam dan salah satu pecahannya membentuk asteroid 3200 Phaethon (1983 TB).
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Nah, sisa-sisa debu asteroid Phaethon ini mengorbit Matahari dengan periode 524 hari atau periode revolusinya sekitar 1,43 tahun.
Asteroid Phaethon ini tergolong dalam keluarga Asteroid Apollo dengan orbit sangat lonjong dan kemiringan orbit 22 derajat.
Puncak hujan meteor Geminid ini menjadi yang paling menarik, karena dikenal sebagai hujan meteor yang memiliki intensitas besar yaitu sekitar lebih dari 100 meteor per jam.
"Intensitas hujan meteor ini untuk Indonesia berkisar 86 meteor per jam di Sabang hingga 107 meteor per jam di Pulau Rote," kata Andi kepada Kompas.com, Rabu (1/12/2021).
Hal ini dikarenakan titik radian berkulminasi pada ketinggian 46°-63° arah utara, sedangkan intensitas hujan meteor saat di zenit sebesar 120 meteor per jam.
Cara melihat hujan meteor Geminid
Andi menjelaskan, puncak hujan meteor Geminid ini dapat dilihat dengan mata telanjang, tanpa alat bantu optik apa pun, dan dari mana saja Anda berada.
Anda dapat bersiap menyaksikannya hujan meteor ini sejak pukul 20.30 waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari yakni sekitar 25 menit sebelum terbenam Matahari, dari arah Timur Laut hingga Barat Laut.
Namun, intensitas hujan meteor ini juga akan sedikit berkurang, dikarenakan Bulan yang berada di dekat zenit saat titik radian sedang terbit.

"Pastikan cuaca cerah dan bebas dari penghalang maupun polusi cahaya di sekitar medan pandang," tegasnya.
Hal ini dikarenakan intensitas hujan meteor ini berbanding lurus dengan 100 persen minus persentase tutupan awan dan berbanding terbalik dengan skala Bortle.
Skala Bortle adalah skala yang menunjukkan tingkat polusi cahaya, semakin besar skalanya maka semakin besar polusi cahaya yang timbul.
Bagaimana Proses Terjadinya Hujan Meteor? Ini Penjelasannya
Guguran Kubah Lava Diduga Akibat Fenomena La Nina di Puncak Gunung Semeru, Ini Penjelasan nya!
Viral Diduga Meteor Jatuh di Gunung Merapi, Ini Kata LAPAN
Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 Pada Anak Usia 6-11 Tahun Dimulai Besok, 14 Desember 2021!
Kasus Konfirmasi Covid-19 Bertambah 106, Ini dia Update Corona Indonesia 13 Desember 2021
Mulan Jameela Dituding Tak Karantina Mandiri Usai dari Turki, Kuasa Hukum: Stop Berita Bohong
Jelang Libur Tahun Baru, Pelaku Usaha di Bali Berharap Kunjungan Wisatawan Akhir Tahun Meningkat
Mobil Saksi Perjuangan Anthony Sinisuka Ginting Hilang Dicuri
Hari ke 4 banjir Rob, Ketinggian Air Mulai Berkurang
Amplang Ikan Tuna Khas Bitung Hasil Olahan Irwa Wodi, Penjualan Raih Omzet 20 Juta Perbulannya
Asah Kreatifitas Anak Dengan Pelatihan Membuat Kerajinan dari Koran Bekas, Beginilah Prosesnya
Pohon Kelapa Sepanjang 20 Meter Menimpa Rumah Pak Made, 2 Anaknya Penyandang Difabel Selamat
Persiapan Sambut Natal dan Tahun Baru, Langkah-langkah yang Wajib Dilakukan Sebelum Mengecat Rumah
Rekomendasi

Tidak ada komentar:
Posting Komentar