Kisah Bung Karno Bangun TNI AL Jadi Pasukan Terbesar di Asia Tenggara

JAKARTA, iNews.id - TNI AL di era Presiden Soekarno (Bung Karno) merupakan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Indonesia memiliki banyak alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang canggih pada masanya.
Pada masa kepemimpinan Bung Karno, TNI AL memiliki kapal selam jenis Whiskey Class buatan Uni Soviet, dua kapal induk untuk kapal selam yaitu KRI Ratulangi dan KRI Thamrin, dua kapal penangkap torpedo (KPT), dan satu kapal penyelamat.
Seperti dikutip dari buku “Kapal Selam Indonesia” yang ditulis oleh Indroyono Soesilo dan Budiman, TNI AL juga memiliki KRI Irian. Kapal perang terbesar yang pernah dimiliki Indonesia dari kelas light cruiser alias penjelajah ringan yang dibeli dari Uni Soviet pada 1962.
Pembeliannya tak lepas dari lobi Bung Karno yang mengalihkan perhatian Indonesia ke blok timur. Kehadiran armada perang tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki kekuatan angkatan laut terbesar di Asia Tenggara.
Bobot kapal ini mencapai 13.600 ton dengan panjang 210 meter dan lebar 22 meter. Dilengkapi baja pelindung setebal 100 milimeter (mm) di lambung kapal, 150 mm di menara pengawas, 50 mm di dek serta 75 mm di kubah-kubah meriamnya. KRI Irian juga dipersenjatai 12 meriam kaliber 152 mm, 12 meriam kaliber 100 mm, 32 meriam antipesawat kaliber 37 mm, serta 10 tabung torpedo 553 mm untuk menghalau kapal selam musuh.
Belum lagi 17 radar berbagai jenis serta dua Watch Dog electronic jamming. Maka, gemparlah negara-negara Asia ketika Indonesia punya satu dari sekian kapal sangar buatan Soviet yang punya kecepatan maksimal 32,5 knot ini. KRI Irian sempat lebih dulu diujicobakan dengan mengikutsertakan sejumlah personel ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia, kini TNI AL) sebagai calon awak, pada 5 April 1962.
Setelah dinyatakan selesai uji coba, baru kapal ini diantar dan tiba di Pangkalan ALRI Surabaya, 5 Agustus 1962. KRI Irian sempat ditugaskan untuk merebut Irian Barat (kini Papua) dalam Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora). Bahkan kehadirannya membuat kapal induk Belanda, HNLMS Karel Doorman R81 menjadi ciut.
Saat ini, TNI AL juga masih memiliki beragam alutsista yang canggih meskipun tidak sedahsyat saat era Bung Karno. Salah satunya adalah KRI Golok-688 yang baru dimunculkan ke publik. Ini adalah kapal perang buatan Indonesia yang diproduksi PT Lundin Industry Invest.
Kala itu, TNI AL memiliki kapal selam jenis Whiskey Class buatan Uni Soviet, dua kapal induk untuk kapal selam yaitu KRI Ratulangi dan KRI Thamrin, dua kapal penangkap torpedo (KPT), dan satu kapal penyelamat. (Baca juga: Hikayat Korps Marinir, Ahli Pertempuran Hutan Gunung yang Pernah Jadi Bagian TNI AD) Selain itu, TNI AL juga memiliki KRI Irian. Kapal perang terbesar yang pernah dimiliki Indonesia dari kelas light cruiser alias penjelajah ringan yang dibeli dari Uni Soviet pada 1962. Pembeliannya tak lepas dari lobi Bung Karno yang mengalihkan perhatian Indonesia ke blok timur. Kehadiran armada perang tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki kekuatan angkatan laut terbesar di Asia Tenggara.
Bobot kapal ini mencapai 13.600 ton dengan panjang 210 meter dan lebar 22 meter. Dilengkapi baja pelindung setebal 100 milimeter (mm) di lambung kapal, 150 mm di menara pengawas, 50 mm di dek serta 75 mm di kubah-kubah meriamnya. KRI Irian juga dipersenjatai 12 meriam kaliber 152 mm, 12 meriam kaliber 100 mm, 32 meriam antipesawat kaliber 37 mm, serta 10 tabung torpedo 553 mm untuk menghalau kapal selam musuh.
Belum lagi 17 radar berbagai jenis serta dua Watch Dog electronic jamming. Maka, gemparlah negara-negara Asia ketika Indonesia punya satu dari sekian kapal sangar buatan Soviet yang punya kecepatan maksimal 32,5 knot ini. KRI Irian sempat lebih dulu diujicobakan dengan mengikutsertakan sejumlah personel ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia, kini TNI AL) sebagai calon awak, pada 5 April 1962.
Setelah dinyatakan selesai uji coba, baru kapal ini diantar dan tiba di Pangkalan ALRI Surabaya, 5 Agustus 1962. KRI Irian sempat ditugaskan untuk merebut Irian Barat (kini Papua) dalam Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora). Bahkan kehadirannya membuat kapal induk Belanda, HNLMS Karel Doorman R81 menjadi ciut. Saat ini, TNI AL juga masih memiliki beragam alutsista yang canggih meskipun tidak sedahsyat saat era Bung Karno. Salah satunya adalah KRI Golok-688 yang baru dimunculkan ke publik. Ini adalah kapal perang buatan Indonesia yang diproduksi PT Lundin Industry Invest.
KRI Golok-688 merupakan kapal jenis Kapal Cepat Rudal ( KCR) Trimaran. Kapal ini terbuat dari bahan composite yang memiliki keunggulan kekuatan spesifik yang tinggi, lebih ringan, serta mempunyai ketahanan lelah dan ketahanan korosi yang sangat baik. Oleh karena itu, kapal ini dapat dijadikan desain pengembangan sebagai prototipe kapal trimaran. KRI Golok-688 jenis KCR Trimaran memiliki spesifikasi panjang seluruhnya (Loa) 62,53 meter, lebar 16 meter, tinggi kapal dari draft 18,7 meter dengan bobot 53,1 ton. Kecepatan maksimum 28 knots, kecepatan jelajah 16 knots, kapal perang ini juga dipersenjatai meriam 30 mm dan senapan 12,7 mm serta mampu mengangkut 25 ABK.
Editor : Muhammad Fida Ul Haq
Tidak ada komentar:
Posting Komentar