Apa Itu Nilam? Tanaman Bahan Baku Minyak Atsiri untuk Kosmetik, Harganya Lebih Mahal daripada Timah By Bangka Pos - Opsiin

Informasi Pilihanku

demo-image
demo-image

Apa Itu Nilam? Tanaman Bahan Baku Minyak Atsiri untuk Kosmetik, Harganya Lebih Mahal daripada Timah By Bangka Pos

Share This
Responsive Ads Here

 

Apa Itu Nilam? Tanaman Bahan Baku Minyak Atsiri untuk Kosmetik, Harganya Lebih Mahal daripada Timah

By
Dedy Qurniawan
bangka.tribunnews.com
6 min

BANGKAPOS.COM - Tanaman Nilam kini jadi sumber pendapatan bagi sejumlah petani di Desa Air Bara.

Azib adalah satu di antaranya.

Bermodal pengetahuan yang diperoleh dari sosial media, Azib memulai usahanya membudidayakan Nilam di kebun seluas satu hektare di Desa Air Bara, Kecamatan Air Gegas, Kabupaten Bangka Selatan pada akhir 2020 lalu.

Ia mulai menenam Nilam Aceh yang dibeli dari petani di Garut, Jawa Barat.

Harga plus ongkos kirimnya Rp1.000,- per batang.

Sebanyak 21 ribu bibit Nilam Aceh ditanam saat itu.

"saat itu saya bingung mau menanam apa karena memang pekerjaan saya sebagai petani. Saya terpikir untuk menanam tanaman Nilam yang tidak perlu memakan waktu lama dan dapat dipanen dengan cepat," ujar Azib, Senin (12/7/2021).

Karena yakin atas potensi Nilam, Azib tak hanya menanam.

Dia juga membeli alat penyulingan untuk mengolah Nilam menjadi minyak nilam, satu dari beberapa jenis minyak Atsiri.

Ya, minyak Nilam adalah salah satu jenias minyak Atsiri yang bisa digunakan untuk pewangi pakaian ataupun perekat pewangi yang dapat dicampur dengan wewangian lainnya.

Minyak Atsiri juga bernilai tinggi karena bisa diolah sebagai bahan baku di industri kosmetik.

Usaha Azib itu berbuah positif.

Kini dia bukan hanya seorang petani, tetapi juga menjadi pengepul hasil tanaman Nilam dari petani lainnya di Bangka Selatan.

Selain dari hasil kebun sendiri, Azib membeli tanaman Nilam dari petani di sekitar Air Bara dengan harga Rp1500 per kilogram berupa daun basah, dan Rp 5.000,- per kg untuk daun nilam kering yang siap untuk disuling.

"Dengan adanya alat penyulingan ini, petani yang menanam tanaman nilam ini tidak bingung kalau mau jual karena kami yang akan mengambilnya dan mengolahnya. Kalau ada yang menanam nilam, silakan datang ke saya dan akan saya beli baik dalam keadaan daun tanaman basah maupun daun kering," tuturnya.

https%3A%2F%2Fcdn-2.tstatic.net%2Fbangka%2Ffoto%2Fbank%2Fimages%2F20210714-daun-nilam
Daun Nilam (ist/ TribunJambi.com)

Nilam mudah ditanam dan dipanen

Menurut Azib, menanam Nilam juga tidak sulit seperti dibayangkan orang.

Tanaman penghasil minyak Atsiri ini mulai dipanen saat usianya sudah lima atau enam bulan.

Bahkan, tanaman yang sama masih dapat dipanen lagi setelahnya tanpa harus menanam ulang

"Kalau dari proses menanam pertama itu sudah dapat dipanen setelah lima atau enam bulan, setelah itu tiga atau empat bulan kedepannya dapat dipanen lagi dan begitu seterusnya sehingga tanaman ini terbilang murah dan menjanjikan," ucapnya.

Pun demikian dengan perawatan tanaman Nilam.

Kata Azib, tanaman bahan baku minyak Atsiri ini tak akan menyusahkan petaninya.

Bagaimana tidak?

Petani hanya perlu menanam bibitnya satu kali saja.

Setelah itu, panen dapat dilakukan dengan cara memetik pucuk Nilam kayak orang memanen teh.

"Kalau sudah menanam pertama, maka kita tidak usah lagi beli bibit karena dapat memanfaatkan pucuknya untuk ditanam lagi, untuk pupuk dan perawatan tidak sesulit yang kita bayangkan karena sangat mudah dan murah," ungkapnya.

Kirim Minyak Nilam ke Sumatera

Tujuh bulan sudah Azib membudidayakan tanaman Nilam.

Kini ia sudah meraup omzet ratusan juta rupiah.

"Kalau dihitung-hitung sudah seratusan juta rupiah karena memang pekerjaannya tidak sulit dan masih jarang, apalagi minyak ini terbilang dibutuhkan sehingga saya juga mengekspor ke berbagai wilayah di Sumatera," ucapnya.

Minyak nilam hasil sulingannya dikirim ke Sumatera.

Azib juga menjualnya ke warga sekitar yang menyukai harumnya minyak Nilam.

"Ada juga warga di sini yang menggunakan minyak nilam ini sebagai wewangian baik untuk solat maupun lainnya sehingga saya sisipkan juga beberapa liter untuk keperluan di sini," ucapnya.

https%3A%2F%2Fcdn-2.tstatic.net%2Fbangka%2Ffoto%2Fbank%2Fimages%2F20210714-minyak-nilam

Kini Azib terus berusaha memperkenalkan Nilam kepada masyarakat Bangka Selatan.

Ia mengajak masyarakat untuk ikut menanam.

Dia bersedia dihubungi jika ada masyarakat yang berminat.

Bahkan, guna memperkenalkan sektor tanaman Nilam di Kabupaten Bangka Selatan, Azib bersama dengan rekan-rekannya sesama petani nilam telah membuat sebuah komunitas berbasis sosial media di Facebook dengan nama Komunitas Petani Nilam Bangka Belitung.

Harga Minyak Nilam

Melansir TribunLutra.com pada April 2021 silam, harga minyak nilam pada tingkat petani di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, terbilang tinggi.

Saat ini, harga minyak nilam berkisar Rp 500 ribu per kilogram.

Harga ini terbilang tinggi dibanding beberapa waktu lalu yang hanya Rp 200 ribu per kilogram.

Sementara melansir laman Banggaikep.go.id pada Januari 2021 silam, harga gabah tanaman Nilam dan minyak Nilam yang kian membaik, membuat para petani di Kecamatan Buko mulai berlomba menanam Nilam.

Januari 2021, harga gabah Nilam yang sudah menembus sampai Rp. 7.500 dan harga minyak Nilam hasil penyulingan menembus harga 400 Ribu sampai 500 Ribu per kilogram.

Ini mendorong para petani untuk memulai lagi budidaya tanam nilam.

Harga minyak Nilam yang tinggi ini tentu menggiuran.

Harganya lebih tinggi ketimbang harga timah selama ini yang berada di range Rp70 ribu per kilogram jika sedang murah atau bisa hampir menyentuh Rp200 ribu per kg jika harganya tengah bagus.

Apa Itu Tanaman Nilam

Melansir laman https://lampung.litbang.pertanian.go.id/, tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal dengan minyak nilam ("patchouly oil").

Minyak nilam banyak digunakan dalam industri kosmetik, parfum, sabun, dan industri lainnya.

Dengan berkembangnya pengobatan aromaterapi, minyak nilam selain sangat bermanfaat untuk penyembuhan fisik juga mental dan emosional.

Manfaat lainnya, minyak nilam bersifat fixatif (yakni bisa mengikat minyak atsiri lainnya) yang sampai sekarang belum ada produk substitusinya (pengganti).

Produk yang dihasilkan dari usahatani nilam adalah terna (daun dan ranting).

Melalui proses penyulingan dihasilkan minyak nilam.

Dalam proses penyulingan tersebut dihasilkan limbah berupa ampas penyulingan minyak.

Ampas ini dapat digunakan sebagai mulsa untuk mengembalikan lahan ke kondisi semula (virgin soil).

Syarat tumbuh tanaman Nilam

Berdasarkan laman https://lampung.litbang.pertanian.go.id/, Tanaman nilam dapat tumbuh dan berproduksi baik pada daerah dengan ketinggian 0-1.200 m di atas permukaan laut (dpl).

Namun dia akan tumbuh dan berproduksi optimum pada daerah dengan ketinggian 10-400 m dpl. Curah hujan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman nilam 2.300-3.000 mm/tahun.

Suhu udara antara 24-28oC dengan kelembaban di atas 75%. Intensitas penyinaran untuk produksi minyak nilam optimal berkisar 75-100%.

Tanaman nilam menghendaki tanah yang subur dan gembur, membutuhkan banyak air, tetapi tidak tahan genangan air, karena itu perlu dibuat drainase (pengairan) yang baik dan dapat menahan air.

Tanaman ini menghendaki tanah bertekstur lempung sampai liat berpasir, dengan pH 5,5-7. Tanaman nilam yang banyak dibudidayakan yaitu dari jenis nilam Aceh, karena kadar minyak (2,5-5%) dan kualitas minyaknya lebih tinggi dari jenis nilam jawa dan nilam sabun.

Secara visual (penglihatan) nilam Aceh dapat dibedakan dari nilam jawa dari daunnya.

Permukaan daun nilam Aceh halus, tepi daun bergerigi tumpul dan ujung daunnya runcing, sedangkan nilam jawa permukaan daun kasar, tepi daun bergerigi runcing dan ujung daun meruncing.

Terdapat tiga varietas nilam dari jenis nilam Aceh yang sudah dilepas yaitu varietas Tapak Tuan, Lhokseumawe dan varietas Sidikalang.

Secara visual ketiga varietas tersebut dapat dibedakan dari pangkal batangnya.

Pangkal batang varietas Tapak Tuan hijau dengan sedikit ungu, varietas Lhokseumawe lebih ungu dan varietas Sidikalang paling ungu. Untuk perbanyakan tanaman, gunakan bahan tanaman yang berasal dari varietas unggul, sehat serta bebas dari hama dan penyakit.

Ambil batang atau cabang setek yang berdiameter 0,8-1,0 cm, dengan panjang setek 10-20 cm dan paling sedikit mempunyai 3 atau 4 mata tunas.

Bahan setek diambil dari cabang yang sudah cukup umur, dan berasal dari tengah-tengah cabang.

Kebutuhan tanaman ± 20.000/ha tanaman, belum termasuk bahan tanaman untuk penyulaman.

(Bangka Pos / Jhoni Kurniawan / Dedy Qurniawan)

Type-dark.8d2c998b
Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Opsi lain

Arenanews

Berbagi Informasi

Media Informasi

Opsiinfo9

Post Bottom Ad

Pages