Bak Diserbu Semuka Bumi, Apa Rusia Terpengaruh Sanksi AS Cs? - CNBC Indonesia - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Bak Diserbu Semuka Bumi, Apa Rusia Terpengaruh Sanksi AS Cs? - CNBC Indonesia

Share This

 

Bak Diserbu Semuka Bumi, Apa Rusia Terpengaruh Sanksi AS Cs?

Sefti Oktarianisa & Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
News
23 February 2022 15:00
Russian President Vladimir Putin talks with members of Russia's national team ahead of the Beijing 2022 Winter Olympics, via a videoconference at the Novo-Ogaryovo residence outside Moscow, Russia, Tuesday, Jan. 25, 2022. (Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)
Foto: Presiden Rusia, Vladimir Putin (Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Barat akhirnya memberi sanksi ke Rusia. Ini dilakukan pasca "invasi terbatas" dilakukan Rusia.

Ini merujuk ke tindakan Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengakui kemerdekaan dua wilayah Ukraina, basis pemberontak, Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR).

Namun apakah langkah ini cukup mampu memukul Rusia?

Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE) dan Inggris menargetkan sektor keuangan Rusia. Ini disebut mereka sebagai "tahap pertama" sanksi.

Inggris menjatuhkan sanksi ke lima bank Rusia. UE membidik pembekuan aset sejumlah lembaga sementara AS mengebiri dua bank penning Rusia, PSB dan Vnescheconombank (VEB).

Namun menurut seorang pengacara yang mengkhususkan diri pada sanksi ekonomi di firma hukum Ashurst, Olivier Dorgans, langkah ini sebenarnya tak cukup memukul Rusia. Intinya hanya berdampak terbatas pada ekonomi.

Langkah ini tetap akan membuat Rusia kekurangan pembiayaan. Ini juga menghalanginya dari akses ke pasar modal untuk mengumpulkan uang atau membiayai kembali utangnya.

"Itu akan membebani nilai rubel Rusia, dan dengan demikian mengurangi daya beli orang Rusia biasa untuk membeli barang-barang impor," tulis AFP mengutip Dorganis.

Namun apa yang dilakukan sebenarnya tidak sangat merusak. AS buktinya mengecualikan sanksi memutus Rusia dari SWIFT, sistem transaksi bank international.

Padahal ini akan membuat sebagian transaksi dengan Rusia menjadi tak mungkin. Paman Sam juga tidak memaksakan kontrol ekspor dengan memotong banan baku dari Rusia.

Mengapa Tak Ada Sanksi Besar untuk Energi?

Dikecualikannya sektor energi juga jadi hal lain. Memang Jerman menghentikan pipa Nord Stream 2, kerja samanya dengan Rusia.

Tapi Nord Stream 2 memang belum beroperasi. Sehingga risikonya kecil.

"Sanksi belum sampai ke tempat yang menyakitkan," kata Dorgans.

"Ini dianggap koheren dalam kaitannya dengan membela kepentingan ekonomi Eropa."

Komentar senada juga dikatakan seorang ahli Rusia di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) di Washington, Andrew Lohsen. Sanksi yang diambil disebut "gagal" mendorong Putin.

"Langkah-langkah itu tidak akan memaksa Rusia untuk mengubah arah," kata Lohsen.

Sanksi di sektor energi Rusia diyakini akan memberi risiko besar ke Eropa. Pasalnya Euopa mengimpor 40% gas dari Rusia.

Ini memberi Moskow pengaruh. Meski Eropa bisa bertahan tanpa impor Rusia selama beberapa bulan mendatang, dalam jangka panjang hal itu akan menyebabkan gangguan ekonomi yang parah.

Apalagi, negara-negara alternatif pengekspor gas termasuk AS dan Qatar memiliki kemampuan terbatas untuk meningkatkan pengiriman ke Eropa secara tajam. Distribusi gas Rusia sudah "matang" sementara yang lain tidak.

Rusia dan Komoditas?

Konflik sendiri telah membawa harga komoditas naik. Apalagi Rusia memainkan perang penting.

"Rusia memainkan peran penting di pasar komoditas global, menyumbang sekitar 10% dari pasar minyak global," kata Fitch Ratings dalam catatannya.

Minyak dan gas misalnya. Harga minyak mentah hampir mencapai $100 per barel pada Selasa, level yang tidak terlihat sejak 2014.

Rusia juga merupakan pengekspor utama paladium, nikel dan aluminium, yang juga mengalami kenaikan harga tertinggi. Belum lagi gandum, Rusia adalah pengekspor utama bersama dengan Ukraina.

Kenaikan harga komoditas ini akan menyaring konsumen. Memukul daya beli mereka ketika inflasi telah menjadi perhatian utama para pembuat kebijakan.

Saat ini, AS, Inggris, UE bergelut dengan inflasi tinggi. AS misalnya, mencatat semua item naik 0,6% pada Januari dan mendorong inflasi tahunan sebesar 7,5%, yang merupakan kenaikan terbesar sejak Februari 1982 alias 40 tahun.

Hal senada juga terjadi pada Inggris. Pada Januari 2022, laju inflasi di Inggris mencapai 5,5%, atau yang tertinggi sejak Maret 1992.

Inflasi juga mencapai rekor tertinggi sejak pembentukan zona UE. Pertumbuhan harga konsumen telah meningkat menjadi lebih dari 5% untuk kawasan secara keseluruhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages