Bitcoin Jadi Alat Pendanaan Perang Dunia III, Kok Bisa? - CNBC Indonesia

 

Bitcoin Jadi Alat Pendanaan Perang Dunia III, Kok Bisa?

News - Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
09 February 2022 21:00
U.S. Army troops of the 82nd Airborne Division unloading vehicles from a transport plane after arriving from Fort Bragg at the Rzeszow-Jasionka airport in southeastern Poland, on Sunday, Feb. 6, 2022. Additional U.S. troops are arriving in Poland after President Joe Biden ordered the deployment of 1,700 soldiers here amid fears of a Russian invasion of Ukraine. Some 4,000 U.S. troops have been stationed in Poland since 2017. (AP Photo/Czarek Sokolowski)
Foto: AP/Czarek Sokolowski

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah laporan terbaru menunjukkan mata uang digital bitcoin telah digunakan sebagai alat sumbangan bagi beberapa lembaga di Ukraina. Hal ini digunakan agar kelompok masyarakat di negara itu dapat mempersiapkan diri di tengah kekhawatiran serangan dari Rusia, yang memicu kekhawatiran Perang Dunia III.

Dalam laporan Al Jazeera, Rabu (9/2/2022), lembaga peneliti blockchain Elliptic menunjukkan ada peningkatan signifikan dari pundi-pundi LSM Ukraina. Salah satunya adalah Come Back Alive yang berbasis di Kyiv. Saat ini lembaga itu telah mengumpulkan US$ 200 ribu dalam rentang waktu 3 tahun saja.

Come Back Alive sendiri mengatakan pihaknya menyediakan material dan pasokan medis untuk tentara Ukraina termasuk drone, teropong senapan sniper, dan sistem pengawasan bergerak.

"Mata uang kripto dapat dikirim dan diterima secara anonim, memungkinkan organisasi untuk mengumpulkan uang bahkan jika perusahaan keuangan tidak mengizinkan atau memeriksa rekening dengan ketat," ujar peneliti Elliptic.

Selain dengan Come Back Alive, Elliptic mencatat ada Aliansi Siber Ukraina yang berhasil mengumpulkan hampir US$ 100 ribu selama setahun terakhir di ranah kripto. Grup itu mengaku dana yang didapatkan adalah untuk menggali informasi rahasia mengenai pihak berwenang Rusia.

Ukraina sendiri dilaporkan memang telah melakukan pelatihan kepada warga sipilnya agar dapat menjadi komponen cadangan. Ini juga dilakukan mengingat Rusia yang saat ini bersitegang dengan negara itu memiliki jumlah militer yang jauh lebih banyak.

Saat ini Rusia dilaporkan telah melakukan mobilisasi pasukannya secara besar-besaran ke wilayah dekat Ukraina. Hal ini memicu kekhawatiran Kiev akan adanya invasi mirip dengan kejadian Krimea pada 2014 lalu. Krimea sendiri telah lepas dari Ukrania dan saat ini dimiliki Rusia.

Hal ini juga membuat negara yang merupakan ladang gandum Eropa itu memanggil Amerika Serikat (AS) dan NATO yang notabenenya rival Rusia. Bahkan, Ukraina saat ini sedang mengajukan diri untuk mengikuti blok pakta itu.

Rusia berdalih mobilisasi ini untuk berjaga-jaga bila Ukraina masuk ke dalam NATO. Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan bahwa perang besar pun bisa terjadi bila Kiev dan NATO melakukan operasi militer demi merebut Krimea.

Rusia - Ukraina Memanas


(tps/tps)

Baca Juga

Komentar