Kenapa Rusia Tarik Pasukan Dekat Ukraina Setelah Rumor Invasi? - CNN Indonesia - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Kenapa Rusia Tarik Pasukan Dekat Ukraina Setelah Rumor Invasi? - CNN Indonesia

Share This

 

Kenapa Rusia Tarik Pasukan Dekat Ukraina Setelah Rumor Invasi?

CNN Indonesia
3-4 minutes

Rabu, 16 Feb 2022 15:12 WIB

Sehari sebelum rumor invasi berlangsung, Rusia malah menarik pasukannya di dekat Ukraina. Ada apa sebenarnya?

Sehari sebelum rumor invasi berlangsung, Rusia malah menarik pasukannya di dekat Ukraina. (Foto: AFP/VALERY SHARIFULIN)

Jakarta, CNN Indonesia --

Setelah membuat negara Barat bergidik tegang soal rumor invasi, Rusia secara terbuka menyatakan menarik pasukan di dekat perbatasan Ukraina pada Selasa (15/2).

Penarikan pasukan ini berlangsung sehari sebelum Rusia dirumorkan akan menyerbu Ukraina hari ini.

Padahal ketegangan Rusia-Ukraina terus memanas dalam dua bulan terakhir. Rusia bahkan disebut terus menumpuk pasukan dan alat tempur di perbatasan dekat Ukraina sambil melakukan berbagai latihan militer.


Tak lama dari pengumuman penarikan pasukan, Presiden Vladimir Putin bahkan menyatakan Rusia tak ingin perang dengan Ukraina. Alih-alih perang, Putin ingin mengajukan negosiasi.

Pengamat menilai pengerahan pasukan yang dilakukan Rusia merupakan "gimik" belaka agar pada akhirnya situasi dapat mengikuti kepentingan Moskow.

Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, mengatakan Rusia memang sejak awal tak berniat perang. Tindakan mereka selama ini di Ukraina, menurutnya hanya sebagai gertakan.

"Ya, gertakan ala Putin. Sejak awal Rusia tak mau menyerang Ukraina," kata Rezasyah, kepada CNNIndonesia.com, Rabu (16/2).

Tuntutan Rusia di antaranya, Ukraina tak bergabung dengan NATO, meminta blok ini menarik pasukan di negara-negara Eropa Timur, dan meminta gencatan senjata 2015 di Ukraina bisa dilaksanakan.

Menurut Rezasyah, ketegasan Rusia selama sebulan terakhir di wilayah perbatasan sudah berhasil memastikan Ukraina tidak akan pernah menjadi anggota NATO.

"(Rusia) mengharapkan Ukraina netral dan tidak memihak aliansi militer apapun," kata dia.

Rezasyah mengakui penempatan pasukan Rusia di sepanjang perbatasan berhasil membuat 30 negara anggota NATO kelimpungan.

Dengan demikian, NATO bertindak hati-hati, dan tidak akan pernah lagi mengulangi ambisi dan agenda tertentu untuk bergerak mendekati "halaman rumah" Rusia.

Lebih lanjut, Rezasyah menjelaskan, gelar pasukan Rusia menggambarkan ketegasan Moskow sebagai pemimpin atas seluruh negara bekas Uni Soviet sekaligus menguji kekompakan NATO yang dinilai tak lagi padu.

Selain itu, Rusia dianggap sudah berhasil mencapai tujuan jangka panjang di Eropa, Asia, Timur Tengah dan Amerika Latin tanpa kehilangan eksistensinya.

"Semua negara berdaulat pecahan Uni Soviet menjadikan Rusia sebagai rujukan pembangunan nasional mereka pada tataran lokal, regional, dan global," kata dia.

Berlanjut ke halaman berikutnya >>>

Ancaman Rusia Masih Nyata

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

Sehari sebelum rumor invasi berlangsung, Rusia malah menarik pasukannya di dekat Ukraina. Ada apa sebenarnya?

Citra satelit tunjukkan penumpukan pasukan Rusia dekat Ukraina. (Foto: via REUTERS/MAXAR TECHNOLOGIES)

Senada dengan Rezasyah, pengamat dari Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI), Fahmi Salsabila, juga menilai sikap Rusia ini menunjukkan Negeri Beruang Merah tak mau berperang.

"Ya diplomatis, asal delapan tuntutan Rusia dipenuhi NATO dan Barat," kata Fahmi.

Meski begitu, Fahmi masih menganggap ancaman militer Rusia masih nyata bagi Ukraina. Sebab, hingga kini ia tak melihat adanya tanda-tanda deeskalasi antara Rusia dan Ukraina.

Sekitar, 150 ribu pasukan Rusia masih berada di dekat perbatasan Ukraina.

Lihat Juga :

"Bisa kapan saja perang terbuka terjadi, belum ada tanda-tanda deeskalasi," lanjutnya.

Jika invasi tetap dilakukan, Amerika Serikat dan sekutu mengancam akan mengembargo ekspor dan mematikan akses perbankan Rusia. Namun, bagi Fahmi, negara ini akan tetap kuat sebab mendapat dukungan dari Timur Tengah.

"Kalo saya memandang Rusia pede karena dia tidak sendiri, kepentingannya bisa aman karena ada negara Timur Tengah plus China, walaupun jika terjadi perang terbuka kemungkinan bisa saja lain," jelasnya.

Konflik antara Rusia dan Ukraina sempat panas dalam beberapa bulan terakhir usai Moskow mengerahkan 100 ribu pasukan dan peralatan militer ke wilayah perbatasan.

AS menuding Rusia akan menginvasi Ukraina. Namun, Moskow membantahnya. Beragam diplomasi pun sudah dilakukan, tapi tak ada hasil.

Tempo hari, beberapa media juga geger Rusia akan menyerang Ukraina hari ini, Rabu (16/2). Dugaan itu kemudian dijawab Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang mengaku siap negosiasi dan tak mau perang.

Dengan demikian serbuan Rusia ke Ukraina dianggap batal. Washington tak mau percaya begitu saja. Mereka mengaku belum memverifikasi soal penarikan pasukan Moskow di Kiev dan mengklaim invasi bisa terjadi di masa mendatang.

(isa/rds/bac)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages