Timeline Sejarah Boeing 737 Max: Mahakarya Tersukses-Paling Bermasalah - detik - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Timeline Sejarah Boeing 737 Max: Mahakarya Tersukses-Paling Bermasalah - detik

Share This

 

Timeline Sejarah Boeing 737 Max: Mahakarya Tersukses-Paling Bermasalah

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Boeing 737
Boeing 737 (Foto: CNN)
Jakarta -

Boeing 737 Max adalah seri pesawat paling sukses di dunia. Armada ini adalah mahakarya terbesar dan paling berharga dari pabrikan hingga jadi yang paling bermasalah.

Diberitakan CNN, sepanjang sejarahnya yang panjang, muaranya dari seri Boeing 737. Pesawat ini telah memperoleh lebih banyak julukan daripada pesawat komersial lainnya.

Boeing 737 dinamai Baby Boeing, Tin Mouse, Light Twin, Guppy, Bobby, Rudder Rotor. Ada pula beberapa nama yang kurang bagus, seperti Fat Freddy dan Dung Beetle atau kumbang kotoran.

Tapi belum ada pesawat yang setenar Max, nama yang diberikan Boeing untuk inkarnasi terbaru seri 737. Pesawat itu sekarang identik dengan bencana, serta salah satu kesalahan perusahaan terburuk sepanjang masa.

Masalah yang merusak citra Boeing 737 Max terkait erat dengan fakta bahwa pondasi pesawatnya berasal dari tahun 1960-an.

Lebih dari 50 tahun setelah penerbangan perdananya, Boeing 737 adalah pesawat paling sukses yang pernah dibuat. Lalu, masa depan pesawat ini menjadi tidak pasti dari sebelumnya.

Boeing 737 adalah mesin uang

Boeing 737 pertama diluncurkan pada 17 Januari 1967 dan terbang untuk pertama kalinya tiga bulan kemudian. Pesawat itu telah dipesan 17 maskapai dalam pembuatan pertamanya.

Maskapai penerbangan Jerman, Lufthansa, menerima pengiriman pertama versi produksi pesawat tersebut, dikenal sebagai 737-100, pada akhir tahun itu juga. Waktu itu menandai pertama kalinya peluncuran pesawat Boeing oleh maskapai penerbangan Eropa.

United Airlines menerima 737 pertamanya pada hari berikutnya. Versi yang diterima membentang satu meter lebih lebar dan bisa memuat lebih banyak kursi, dijuluki 737-200, yang terbukti lebih populer.

"Pada awalnya, 737 adalah pesawat yang sangat kuat dan sangat andal," kata Graham Simons, sejarawan penerbangan dan penulis buku 'Boeing 737: Pesawat Komersial Paling Kontroversial di Dunia'.

"Beberapa dari pesawat itu bahkan digunakan untuk mendarat di jalur kerikil, dan mereka masih digunakan untuk melakukannya di Kanada utara," kata dia.

"Beberapa perusahaan charter Eropa, pada peak season, menerbangkannya selama 18-20 jam sehari tanpa masalah," tambahnya.

Dibandingkan dengan dua pesawat Boeing sebelumnya, pesawat bermesin empat 707 dan 727 bermesin tiga, Boeing 737 merupakan pesawat yang lebih kecil dan lebih ekonomis.

Pesaing utama Boeing 737 saat itu adalah BAC-111 dan Douglas DC-9 yang juga memiliki dua mesin tapi ditempatkan di dekat ekor pesawat. Desain itu membuat bagian belakang kabin lebih sempit dan berisik.

Perancang Boeing 737 menempatkan mesin di bawah sayap. Efeknya, kebisingan dan getaran dapat dikurangi serta membuat perawatan lebih mudah, karena mesin itu dapat dicapai tanpa tangga.

Tidak seperti pesawat Boeing yang lebih besar, mesin 737 tidak dipasang di tiang di depan sayap, tetapi tepat di bawahnya. Ini memungkinkan pesawat memiliki jarak yang sangat rendah dengan tanah, membuatnya lebih mudah untuk memuat barang bawaan.

"Anda bisa memuat pesawat dari belakang truk, tanpa mesin khusus. Ini juga lebih mudah untuk mengisi bahan bakar, karena sayapnya lebih rendah ke tanah," kata Simons.

"Boeing 737 tidak memerlukan tangga eksternal untuk akses penumpang. Sebaliknya, ada tangga udara yang bisa mengurangi waktu boarding di bandara besar dari sekitar 90 menjadi 40 menit. Penghematan yang luar biasa," urai dia.

Untuk menambah nilai jual ini, Boeing 737 juga memiliki enam kursi per baris, pesaing hanya memiliki lima. Artinya, pesawat dapat membawa lebih banyak penumpang.

"Ini menjadi mesin pembuat keuntungan yang sangat bagus," kata Simons.

Boeing 737
Konfigurasi Boeing 737 (Foto: CNN)

Permintaan Boeing 737 begitu kuat

Boeing 737 adalah pesawat dua pilot pertama Boeing. Pesawat ini menyingkirkan bagian insinyur penerbangan yang biasa ikut pada saat terbang dan memperkenalkan inovasi lain yang akan menjadi standar dalam penerbangan di masa depan.

Untuk mendemonstrasikan bahwa pesawat dapat dikelola dengan aman hanya oleh dua pilot, Boeing menerbangkannya di sepanjang rute Washington-Boston. Jalur ini amat sibuk karena ada 40 kali penerbnagan dalam enam hari selama Thanksgiving di tahun 1967, mensimulasikan berbagai kegagalan dan masalah.

Oleh karena pembuktian itu, FAA menyetujui pesawat tersebut untuk beroperasi dipiloti dua awak. Namun, maskapai penerbangan tidak cepat beradaptasi.

"Pada saat itu, hampir setiap pesawat memiliki tiga awak. Terkadang, pada penerbangan trans-Atlantik, malah ada empat awak yakni dua pilot, seorang insinyur penerbangan dan seorang navigator," kata Simons.

"Tapi teknologi telah berkembang, dan ada lebih banyak peralatan otomatis pada Boeing 737. Pada penerbangan singkat, pekerjaan yang dilakukan oleh teknisi penerbangan dapat dibagi ke dua pilot," tambah dia.

"Inovasi ini adalah penghematan besar untuk maskapai karena lebih sedikit bobot untuk dibawa dan satu gaji telah dipotong. Namun, serikat pekerja tidak menyukainya," tegas dia.

Penolakan dari serikat pekerja memperlambat ke penerapan operasi dua pilot. Banyak maskapai penerbangan mempertahankan insinyur penerbangan hingga awal 1980-an.

Ini adalah salah satu faktor yang memperlambat langkah komersial awal Boeing 737. Maskapai pada awalnya mengoperasikan pesawat dengan tiga awak.

Pada tahun 1987, bagaimanapun, Boeing 737 adalah pesawat yang paling banyak dipesan dalam sejarah pesawat komersial, menurut Boeing.

Keberhasilannya datang sebagai hasil dari desain ulang besar pertama pesawat tersebut. Pesawat baru itu memulai debutnya dengan 737-300 pada tahun 1984.

Model ini lebih panjang dan lebar, dengan kapasitas hingga 150 penumpang. Pesawat ini dirancang untuk bersaing dengan saingan barunya, Airbus A320 buatan Eropa, yang diluncurkan pada tahun yang sama.

Boeing 737-300 memiliki mesin baru yang lebih modern. Itu yang menjadi tantangan besar pertama bagi para insinyur Boeing.

Mesin Boeing 737-300 itu jauh lebih besar dari mesin sebelumnya dan tidak akan muat dipasang di bawah sayap. Karena, pesawat telah dirancang memiliki jarak yang rendah dengan tanah.

Masalah tersebut diselesaikan dengan mengurangi diameter kipas dan memindahkan komponen mesin dari bagian bawah pod ke samping. Ini memberinya bentuk yang berbeda, alas mesinnya datar yang dikenal sebagai kantong hamster.

Keberhasilan peningkatan ini mengesampingkan rencana awal untuk merancang pesawat baru dan lebih modern untuk menggantikan Boeing 737. Itu menunjukkan kepada Boeing bahwa hasil dapat dicapai dengan mengaplikasikan trik baru.

Boeing 737
Mesin Boeing 737 tidak bulat (Foto: CNN)

Krisis keamanan pertama Boeing 737

Pengiriman terakhir Boeing 737-200 pada tahun 1988. Pabrikan lalu pindah sepenuhnya ke versi yang ditingkatkan, termasuk 737-400, versi terpanjang dengan kapasitas 188 penumpang.

Dan Boeing 737-500 yang lebih kecil pengganti Boeing 737-200 yang pertama kali diterbangkan oleh Southwest Airlines. Saat ini, maskapai itu jadi operator 737 terbesar di dunia dengan 732 pesawat dan tidak menerbangkan pesawat lain.

Pada awal 1990-an, Boeing 737 mengalami krisis keselamatan yang ditimbulkan oleh dua kecelakaan fatal. Pada tahun 1991, sebuah penerbangan United jatuh saat mendarat di Colorado Springs, menewaskan 25 orang dan pada tahun 1994 sebuah penerbangan USAir jatuh di dekat Pittsburgh, menewaskan 132 orang.

Dalam kedua kecelakaan tersebut, rudder yakni permukaan bergerak di bagian ekor pesawat yang memengaruhi arah horizontal, mulai bergerak secara tidak terduga. Ini menyebabkan pilot kehilangan kendali atas pesawat.

Saat investigasi sedang dilakukan, penerbangan lain pada tahun 1996 hampir mengalami kecelakaan menyusul masalah serupa dengan kendala rudder.

Pada tahun 1999, Dewan Keselamatan Transportasi Nasional mengkonfirmasi bahwa kemudi adalah pelakunya karena cacat desain. FAA lalu memerintahkan modifikasi pada seluruh armada Boeing 737.

"Dua kecelakaan serius, selang tiga tahun. Sangat tragis, tetapi tidak menciptakan suasana krisis yang sama saat itu, seperti yang terjadi pada kecelakaan 737 Max," kata Simons.

Generasi Boeing 737 Max selanjutnya

Pada 1993, lebih dari 3.000 Boeing 737 telah dipesan. Sekitar seperempat di antaranya masih terbang hingga hari ini.

Pada tahun yang sama, Boeing mengumumkan desain ulang ketiga pesawat tersebut, disebut Next Generation. Pesawat ini terbukti sangat populer dan semakin memperkuat posisi Boeing 737 sebagai pesawat paling sukses di dunia.

Dibangun sekali lagi di badan pesawat yang sama untuk mempercepat sertifikasi, pabrikan ingin membawa pesawat ke maskapai penerbangan dengan cepat. Boeing meningkatkan sayap pesawat, kapasitas bahan bakar, mesin, kokpit dan interiornya, serta meningkatkan bobot lepas landas.

Empat varian awalnya dirilis (diikuti oleh beberapa revisi). Kapasitas pesawat baru Boeing 737 yakni antara 110 dan 189 penumpang.

Jajaran produk tersebut termasuk model 737 terpanjang hingga saat ini, yakni Boeing 737-900ER, yang memiliki panjang 42 meter lebih panjang dan 13,5 meter lebih lebar dari 737-100 asli, dan menawarkan jangkauan yang hampir dua kali lipat.

Total, keluarga Next Generation menerima lebih dari 7.000 pesanan. Sehingga, membantu keluarga Boeing 737 menjadi pesawat komersial pertama yang melampaui 10.000 pesanan, pada tahun 2012.

Pada saat itu, hampir sepertiga dari semua penerbangan komersial dioperasikan oleh 737. Perhitungannya sampai satu akan lepas landas atau mendarat di suatu tempat di dunia setiap dua detik.

Selama peluncuran desain ulang ini, Boeing kembali mulai mengerjakan pengganti baru untuk Boeing 737 yang sekarang sudah tua, sebuah proyek dengan nama kode Y1.

Namun, gagasan itu ditangguhkan sekali lagi, karena keberhasilan peningkatan sebagian lagi dan tekanan berkelanjutan dari Airbus A320 yang laris.

Era Boeing 737 Max

Boeing 737 Max diumumkan pada tahun 2011, generasi keempat dari seri pesawat tersebut.

"Boeing perlu melakukan perlawanan terhadap apa yang dilakukan Airbus dengan A320neo, versi pesawat dengan mesin baru yang secara substansial lebih hemat bahan bakar," kata Simons.

Namun, untuk melakukannya, perusahaan mengalami masalah lawas yang telah mereka hadapi sebelumnya. Mesin baru yang jauh lebih besar yang diinginkan untuk 737 Max tidak akan muat di bawah sayap rendah pesawat.

Masalah ini yang tidak dimiliki Airbus. Karena A320 adalah pesawat yang dibangun jauh lebih tinggi dari B737.

Apa solusinya? Boeing menambah panjang roda pendaratan depan dan memasang mesin lebih jauh ke depan dan lebih tinggi pada sayap, itu memberi ruang yang dibutuhkan.

Tapi, seperti yang kemudian ditemukan Boeing dalam simulator, ini mengubah aerodinamika pesawat. Keberadaan mesin yang demikian membuat pesawat dapat miring ke dalam keadaan berbahaya dalam situasi tertentu.

Untuk mengatasi masalah tersebut, perusahaan merancang sistem keamanan yang disebut MCAS. Ini akan segera mendorong hidung 737 ke bawah jika miring terlalu tinggi.

MCAS dirancang untuk membuat 737 Max terbang seperti 737 sebelumnya. Boeing percaya bahwa sistem itu hanya akan menyala dalam keadaan yang ekstrim, keberadaannya itu dirahasiakan.

Boeing memutuskan untuk tidak memasukkannya ke dalam pelajaran singkat. Pabrikan beranggapan bahwa pilot yang sudah bersertifikat 737 akan bisa dan lancar menerbangkan Boeing 737 Max.

Lebih lanjut, MCAS mengandalkan satu sensor, sebuah hal klenik dalam dunia penerbangan di mana redundansi selalu disukai.

Maskapai menyukai 737 Max, karena lebih ekonomis untuk dioperasikan dan tidak memerlukan pelatihan simulator yang mahal bagi pilot mereka.

Empat varian pesawat menawarkan beberapa peningkatan lain, termasuk kapasitas hingga 204 penumpang, jarak yang lebih jauh, dan winglet atau wing tip terpisah yang khas di ujung setiap sayap sebagai standar, untuk lebih meningkatkan efisiensi bahan bakar.

Boeing 737 Max bisa terus melampaui 5.000 pesanan. Sehingga, total pesanan hingga saat ini mencapai lebih dari 16.000 pesawat, sebelum bencana melanda.

Boeing 737 Max
Boeing 737 Max (Foto: CNN)

Grounded Boeing 737 Max skala global

Dua kecelakaan fatal melibatkan varian Boeing 737 MAX 8. Hal itu terjadi pada 29 Oktober 2018 dan 10 Maret 2019.

Di kecelakaan kedua, MCAS salah diaktifkan karena data yang salah dari sensor yang salah. Pilot menurunkan hidung pesawat.

Pilot tidak tahu bagaimana harus mengatasinya. Mereka mati-matian mencoba mengangkat hidung pesawat, MCAS diaktifkan berulang kali dan akhirnya malah menabrak tanah.

Total ada 346 orang tewas dalam dua penerbangan tersebut. Beberapa hari setelah kecelakaan kedua, setelah ditemukan kemiripan dengan yang kecelakaan pertama, menjadi jelas untuk membuat Boeing menghentikan seluruh armada 737 Max.

"Dalam pandangan saya, Max adalah serangkaian modifikasi yang terlalu jauh. Mereka seharusnya tidak mengendalikannya terlalu dini. Mereka seharusnya duduk dulu dengan layar komputer kosong untuk merancang pesawat yang baru dalam segala hal," kata Simons.

Menurut dokumen internal yang dirilis pada awal 2020, seorang karyawan Boeing menggambarkan pesawat itu dirancang oleh badut. Selanjutnya, proses sertifikasi diawasi oleh monyet.

Maskapai sudah bertekuk lutut karena pandemi dan industri penerbangan masih menunggu keputusan akhir untuk saga Boeing 737 Max.

Maskapai penerbangan di AS kembali menerbangkan pesawat Boeing 737 Max pada hari ini. FAA mengizinkannya untuk lepas landas pada akhir November.

Sementara itu, produksi pesawat dihentikan selama berbulan-bulan dan ratusan pesanan dibatalkan.

Tersiar kabar bahwa Boeing akan mengubah penyebutan nama pesawat itu, apakah masih Max atau mengubah namanya dengan yang baru. Apakah publik akan menunjukkan ketidakpercayaan dan menghindarinya?

Tapi apakah aman untuk terbang dengan Boeing 737 Max? Itu tidak diragukan lagi.

"Tidak ada otoritas penerbangan di seluruh dunia yang akan mengambil risiko untuk membebaskan pesawat bisa terbang lagi jika mereka belum mengujinya secara menyeluruh," tambahnya.

"Mereka mungkin akan melakukan lebih banyak pengujian yang diperlukan secara realistis. Mereka akan memastikan 100% bahwa Boeing 737 Max aman untuk terbang lagi," ujar Simons.





Simak Video "Maskapai Dunia Ramai-ramai Kandangkan Boeing 737 MAX"

(msl/msl)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages