Apakah Militer Rusia Gagal Seperti yang Dikatakan Ukraina? Eks Perwira AS: Kami Melihat Sebaliknya - Tribunnnews - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Apakah Militer Rusia Gagal Seperti yang Dikatakan Ukraina? Eks Perwira AS: Kami Melihat Sebaliknya - Tribunnnews

Share This

 m.tribunnews.com

Apakah Militer Rusia Gagal Seperti yang Dikatakan Ukraina? Eks Perwira AS: Kami Melihat Sebaliknya - Halaman all

9-11 minutes
TRIBUNNEWS.COM, KYIV - Perang yang pecah di tanah Ukraina telah memasuki hari ke-17, Sabtu (12/3/2022).

Sejak ekspedisi militer Rusia dimulai pada Kamis (24/2/2022) lalu, kota-kota di Ukraina terus digempur serangan dari tiga arah; udara, darat, dan laut.

Namun demikian, pasukan Rusia belum bisa merebut ibu kota Kyiv, seperti yang prediksi banyak pihak bisa dilakukan dalam waktu cepat.

Bahkan dalam berita-berita yang dirilis media mainstream internasional, satu per satu mesin perang Rusia bertumbangan.

Mulai dari pesawat tempur, helikopter, hingga kendaraan lapis baja dilaporkan banyak yang telah dihancurkan Ukraina.

Baca juga: Konvoi Besar Pasukan Rusia Kembali Bergerak ke Ibu Kota Ukraina, Kini Bubar karena Masalah Logistik

Ekspedisi militer Putin di Ukraina sepertinya memang tidak berjalan seperti yang diharapkan Moskow pada awalnya.

Namun, beberapa pakar dan pengamat internasional tetap meyakini Rusia tidak melakukan blunder separah yang dilaporkan media Barat.

Seperti diketahui, ketika perang Ukraina memasuki pekan kedua pada tanggal 4 Maret, Rusia menyalurkan 95 persen dari senjata yang terkumpul di perbatasan ke berbagai arah untuk memaksa para penentangnya tunduk.

Tetapi Ukraina melakukan perlawanan keras, mencegah tentara terbesar kedua di dunia itu meraih kemenangan cepat.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengharapkan Kiev untuk menyerah ke Moskow seperti Semenanjung Krimea, dengan cepat menyerah kepada pasukan Rusia pada tahun 2014.

Hanya saja, setidaknya, hingga berita ini diturunkan, Ibu Kota Kyiv masih tetap bertahan.

Namun, menurut beberapa ahli, kemajuan Rusia yang lambat dan mahal di Ukraina tidak boleh disalahartikan sebagai kegagalan total tujuan militer Moskow.

"Selama ini kami hanya melihat berita pertempuran Ukraina, dari yang dilaporkan oleh wartawan yang bersimpati kepada mereka (Ukraina--Red). Terus terang, saya hanya tidak percaya bahwa Rusia melakukan seburuk yang dilaporkan media barat, ”kata Edward Erickson, mantan perwira militer Amerika dan pensiunan Profesor Sejarah Militer dari Departemen Studi Perang di Universitas Korps Marinir.

Baca juga: Ukraina dalam Bahaya, Rusia Kerahkan SU-35 & Rudal Kh-31P yang Dirancang Menindas Pertahanan Udara

“Pada tingkat operasional perang, kami justru melihat operasi Rusia sebagai kampanye terpadu. Rusia menjalankannya cukup baik. Mereka maju ke berbagai arah dan membuat keuntungan besar setiap hari, ”kata Erickson kepada TRT World.

Pekan lalu, tentara Rusia berhasil menghubungkan Semenanjung Krimea yang dianeksasi ke wilayah Donbas, kantong separatis pro-Moskow di Ukraina timur.

Pekan ini, mereka tampaknya akan menyerang Odessa, kota pelabuhan Laut Hitam yang penting di Ukraina.

Menurut Erickson, semua perkembangan ini menunjukkan bahwa Rusia membuat keuntungan besar di Ukraina selatan.

“Mereka telah mengisolasi Kharkiv, dan saya pikir mereka akan segera mengisolasi Kiev. Faktanya, mereka belum membawa sumber daya senjata mereka yang besar untuk dibawa secara massal ke mana pun, dan kami belum melihat AU Rusia menggelar operasi besar-besaran,” kata Erickson.

Sementara Ioannis Koskinas, seorang rekan senior di program keamanan internasional New America, sebuah think-tank Amerika, memiliki pandangan yang serupa dengan pandangan Erickson.

"Sejauh yang saya tahu, mencermati jalannya perang sangat kompleks. Harus dilihat dari berbagai sisi. Ada banyak pertimbangan yang dilakukan seorang komandan, itu semua baru terlihat atau bisa dinilai di babak akhir,” kata Koskinas.

"Tampaknya Rusia telah merebut wilayah di timur, selatan dan berkumpul di pinggiran Kiev dan beberapa kota besar lainnya, tapi itu bergerak dengan lamban. Apakah itu untuk melindungi jalur pasokan? Kekurangan bahan bakar? Atau sengaja memperlambat, untuk melemahkan pertahanan, sulit diketahui jika hanya dari informasi umum yang diberikan kepada publik,” ujar mantan perwira militer AS, mengatakan kepada TRT World.

Koskinas juga berpikir sebelum merangsek masuk ke dalam kota, pasukan Rusia akan meluncurkan rentetan berat pemboman pesawat yang didukung salvo roket dan artileri.

“Tidak seperti perang lima hari di Georgia, pada tahun 2008, konflik di Ukraina ini akan lebih seperti Grozny [Chechnya] dan Aleppo [Suriah], dengan penargetan serangan berat ke kota-kota, untuk menggusur warga sipil agar mereka melarikan diri."

Apa strategi militer Rusia?

Edward Erickson telah lama bertugas di militer AS dan memiliki pengalaman operasi di berbagai negara.

Sebagai ahli strategi militer Amerika, apa pendapatnya tentang keadaan akhir dari rencana kampanye Rusia ?

"Saya pikir pendudukan Ukraina di sepanjang garis Kiev-Odessa, termasuk pantai Laut Hitam kecil di sebelah barat Odessa, dapat dicapai, mengingat konsistensi serangan Rusia selama ini,” jawabnya.

"Namun untuk merebut kota-kota besar Ukraina yang kini diperkuat milisi sipil, saya kira akan sangat menantang bagi Rusia. Mereka tidak memiliki pasukan infanteri yang cukup untuk melakukan hal itu."

Meskipun Rusia mempunyai pasukan besar, menurutnya, tidak mudah menguasai Ukraina.

Ukraina adalah negara yang mempunyai wilayah terbesar kedua di Eropa.

Erickson justru berasumsi bahwa Rusia akan memilih melakukan serangan "gerak lambat", maju selangkah demi selangkah untuk memaksa warga di kota-kota Ukraina menyerah.

"Analisa saya, strategi itu akan diikuti dengan cara mengepung kota sambil melakukan isolasi elektronik dan fisik, pemutusan komunikasi, listrik, energi, air, makanan, dan pasokan medis. Untuk menambah tekanan, Rusia juga tetap melakukan pemboman berat yang berkelanjutan oleh artileri, roket."

"Rusia tidak perlu mengambil kota dengan paksa. Mereka justru menginginkan warga kota untuk menyerah," jelasnya.

Ia menambahkan, tujuan di balik penyerangan infrastruktur komunikasi Ukraina adalah untuk memisahkan orang dari pemerintah mereka dalam perang psikologis.

"Ini lebih untuk menciptakan kejutan massal dan kepanikan di masyarakat dan juga memaksa orang untuk melarikan diri dari Ukraina. Tujuan lebih luasnya menciptakan gelombang besar pengungsi yang menghantam negara-negara Eropa, menyebarkan ketakutan akan destabilisasi di seluruh Uni Eropa," katanya.

Erickson juga percaya bahwa Valery Gerasimov, panglima militer Rusia, yang telah menduduki kursinya sejak 2012, adalah seorang jenderal yang "brilian".

“Saya telah mengikutinya sejak 2014. Saya pikir rencana kampanye Rusia pasti memiliki tujuan strategis yang dapat dicapai, dan Gerasimov telah menyeimbangkan cara-cara operasional yang diperlukan untuk sukses.”

“Saya tidak membela tentara Rusia. Saya hanya menunjukkan bahwa menonton perang tidak selalu sama dengan memahami apa yang sebenarnya terjadi."

Situasi 'Neraka' di Mariupol: Warga Sipil Menjarah Toko

Sementara situasi di Mariupol, Ukraina semakin memburuk.

Hal ini seakan membenarkan analisa di atas.

Warga menjarah toko dan saling menyerang satu sama lain demi mendapatkan makanan

Hal ini terjadi di tengah kepungan pasukan Rusia yang terus menyerang kota pelabuhan di Laut Azov itu.

Berada di tengah kepungan pasukan Rusia, membuat penduduk Mariupol tak memiliki pemanas selama berhari-hari dengan suhu berkisar -1 derajat Celcius saat malam dan persediaan makanan hampir habis.

Dikutip dari The Telegraph, beberapa terpaksa membobol toko dan supermarket untuk mengumpulkan makanan untuk keluarga mereka.

Dalam laporan yang sangat menyedihkan mengenai kondisi suram di Mariupol, Sasha Volkov, Wakil Kepala Delegasi Komite Internasional Palang Merah di kota itu berkata, "Beberapa penduduk masih memiliki makanan, tapi saya tidak yakin berapa lama (persediaan) akan bertahan."

Sebuah video yang disediakan oleh Associated Press menunjukkan serangan udara Rusia meluluhlantakkan sebuah rumah sakit bersalin di kota pelabuhan Mariupol yang terkepung, Rabu (9/3/2022). (YT Ap News)

Baca juga: Konvoi Militer Rusia Sepanjang 64 Km Mulai Bergerak, hingga Ada Artileri Disembunyikan di Pepohonan

Baca juga: WHO Sarankan Ukraina Hancurkan Patogen di Laboratorium Kesehatan untuk Cegah Penyebaran Penyakit

"Banyak orang melaporkan tak memiliki makanan untuk anak-anak. Orang-orang mulai saling menyerang untuk mendapatkan makanan. Beberapa juga mulai merusak mobil seseorang untuk mengambil bensinnya."

Lebih dari 1.200 warga sipil diyakini telah tewas di kota berpenduduk 430 ribu jiwa itu.

Jumlah pasti korban belum diketahui, tapi dampak invasi secara langsung dapat dilihat di sebuah kuburan kota.

Para pekerja mendorong mayat ke parit sepanjang 25 meter karena banyaknya korban yang membanjiri kamar mayat kota.

Wali Kota Mariupol, Vadym Boychenko, mengakui tidak mungkin mengidentifikasi banyak dari korban yang terkubur.

"Kami tidak memiliki kesempatan untuk menguburkan mereka di kuburan pribadi," ujarnya.

Di rumah sakit bersalin, sebuah kawah besar di halaman menjadi saksi kekuatan dahsyat pemboman Rusia.

Segera setelah serangan itu, pekerja darurat membawa seorang wanita hamil menggunakan tandu di atas puing-puing, sementara yang lain mencari di reruntuhan untuk mencari korban.

4 komentar:

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages