Hari Ini dalam Sejarah: Soekarno Barter Telik Sandi Amerika dengan Pesawat Hercules - Indonesia Today - Okezone

 

Hari Ini dalam Sejarah: Soekarno Barter Telik Sandi Amerika dengan Pesawat Hercules

Hari Ini dalam Sejarah: Soekarno Barter Telik Sandi Amerika dengan Pesawat Hercules

JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat menyerahkan Pesawat Hercules C130-B kepada Angkatan Udara Republik Indonesia, (AURI)  di Pangkalan Udara Kemayoran, Jakarta Pusat pada 18 Maret 1960 atau tepat 62 tahun silam.

(Baca juga: Kisah Pesawat Tempur Perang Dunia II Warisan Dai Nippon Pengawal Kemerdekaan RI)

Pemberian pesawat ini bukan tanpa pamrih, melainkan lobi Pemerintah Amerika Serikat kepada Presiden Soekarno atas tertangkapnya seorang telik sandi negara Adidaya tersebut.

Kisah bermula saat  Allan Pope, pilot swasta Amerika Serikat ditembak jatuh oleh Kapten Udara Penerbang Dewanto, dalam pertempuran udara saat peristiwa PRRI/Permesta pada 1958.

Saat itu tanggal 18 Mei 1958, pesawat pembom B-26 Invader yang dipiloti Allan Pope menjatuhkan bom ke arah kapal TNI AL yang bertolak dari Pelabuhan Halong, Ambon.

(Baca juga: Heldy Djafar, Cinta Terakhir Bung Karno saat Senjakala Kekuasaan)

“Sekitar jam tujuh pagi 18 Mei 1958, saat kami sedang bersiap-siap makan pagi, sayup-sayup terdengar bunyi pesawat terbang,” kata Letkol Herman Piters, komandan “Operasi Mena I” mengutip buku “Siasat Jitu Intel Dunia”.

Allan Pope dan Pedro yang belakangan diketahui bernama Harry Rantung berhasil meloncat dengan parasut, sebelum pesawatnya hancur menghantam permukaan air. Di sebuah pulau kecil, posisi Allan Pope dan Pedro terpojok. Paha Allan terluka akibat terkena tembakan.

Sebelum pasukan TNI datang menyergap, Allan mencabut pistol dari pinggangnya dan menyerahkan kepada Harry Rantung alias Pedro seraya membuka mulut. “Maksudnya agar Rantung (Pedro) menembaknya, tapi ia menolak”.

Letkol Herman Piters lalu menggelandang keduanya ke atas kapal Sawega. Allan Pope berusaha tetap tenang. Begitu juga saat diinterogasi, ia memperlihatkan sikap santai, dan bahkan sempat meminta rokok dan wiski.

“Kebetulan saya punya satu kaleng rokok 555 dan sebotol wiski. Ketika disodorkan, Pope (Allan Pope) tersenyum dan bilang thanks,” tutur Letkol Herman Piters seperti dalam buku “Siasat Jitu Intel Dunia”.

Letkol Herman baik hati. Ia juga memberikan kemejanya untuk dipakai Allan sebagai ganti bajunya yang kotor. Mendapat perlakuan baik, Allan Pope geleng-geleng kepala.

“Selalu saya unggul (dalam pertempuran udara), kali ini Indonesia yang unggul,” kata Herman menceritakan dialognya dengan Allan Pope.

Prajurit TNI lalu menggeledah Allan dan menyita dokumen penting terkait perannya. Dokumen yang disita menyebut Allan Lawrence Pope sebagai tentara sewaan yang digerakkan CIA, dinas intelejen Amerika Serikat.

Penangkapan Allan Pope sebagai agen CIA langsung dilaporkan Jakarta. Namun Pemerintahan Soekarno tidak segera mengumumkan dengan pertimbangan operasi Morotai masih perlu dirahasiakan.

Pengadilan RI kemudian menjatuhi vonis hukuman mati kepada Allan Pope dan hukuman 15 tahun penjara kepada Harry Rantung. Pemerintah Amerika Serikat langsung turun tangan.

Amerika Serikat berusaha keras melobi Bung Karno agar vonis mati terhadap Allan Pope, dibatalkan. Jaksa Agung Amerika Serikat, Robert Kennedy bahkan diutus ke Jakarta menemui Bung Karno.

Kennedy membawa surat Presiden Dwight D. Eisenhower yang intinya meminta kebijaksanaan Presiden Soekarno, agar Allan Pope bebas. Istri Allan yang cantik juga diterbangkan dari Amerika untuk secara khusus menemui Bung Karno.

Pada Februari 1962, jelang subuh. Sejumlah anggota CPM bersenjata lengkap membawa terpidana Allan Pope dan Harry Rantung. Sebelumnya anggota CPM meminta Allan mengemasi barang-barang pribadinya. Sedangkan Rantung diperintahkan ikut tanpa membawa apa-apa.

Keduanya dinaikkan ke dalam kendaraan Panser yang melaju kencang tanpa ada percakapan. Setengah jam kemudian Panser berhenti, dan keduanya tahu sedang berada di Bandara Kemayoran. Beberapa pejabat Amerika Serikat di Indonesia sudah menunggu di pintu VIP.

Terlihat pesawat Constellation yang tengah bersiap tinggal landas. Mata Allan Pope berkaca-kaca. Ia memeluk Harry Rantung. Pemerintah Soekarno telah membebaskannya. “Pasti kita akan jumpa lagi,” kata Harry Rantung menirukan Allan Pope.

Sebelumnya 1 2 Selanjutnya #Ilmu Pengetahuan dan Sejarah #sejarah Indonesia #TNI AU #Soekarno

Baca Juga

Komentar

Posting Komentar