Jerman Didesak Warganya Larang Migas Rusia, ISIS Larang Muslim Berpihak

Pemerintah Jerman telah menolak larangan total atas impor gas dan minyak (migas) Rusia sebagai sanksi atas invasi ke Ukraina. Namun, suara-suara kini meningkat agar pemerintah Jerman mengabaikan kepentingan ekonomi untuk mengambil sikap moral.
Setelah Amerika Serikat dan Inggris memberlakukan larangan migas Rusia, tekanan kini meningkat terhadap pemerintah Kanselir Jerman Olaf Scholz dan anggota G7 lainnya untuk mengikutinya.
Dilansir dari kantor berita AFP, Kamis (10/3/2022), sekelompok aktivis iklim, akademisi, penulis dan ilmuwan Jerman menerbitkan surat terbuka kepada pemerintah Jerman pada hari Rabu (9/3) waktu setempat. Isinya menuntut larangan total migas Rusia, dengan alasan bahwa "kita semua membiayai perang ini".
Selain berita tersebut, berikut ini berita-berita internasional yang menarik perhatian pembaca detikcom, hari ini, Kamis (10/3/2022):
- Rusia Tuduh AS Danai Penelitian Senjata Biologi di Ukraina
Rusia menuduh Amerika Serikat mendanai penelitian pengembangan senjata biologi di Ukraina. Tuduhan ini disampaikan Moskow di saat pasukannya meningkatkan kampanye militernya untuk menguasai kota-kota utama Ukraina.
Dilansir dari kantor berita AFP, Kamis (10/3/2022), juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov mengatakan dalam briefing yang disiarkan televisi bahwa "tujuan ini - dan penelitian biologi lainnya yang didanai Pentagon di Ukraina - adalah untuk membangun mekanisme penyebaran diam-diam dari patogen-patogen mematikan."
Konashenkov mengklaim kementeriannya telah memperoleh dokumen yang merinci kegiatan biologi-militer AS di Ukraina, termasuk transfer biomaterial Ukraina ke luar negeri.
- ISIS Sebut Perang Rusia-Ukraina Hukuman Tuhan, Muslim Tak Boleh Memihak
Kelompok ISIS mengomentari invasi Rusia ke Ukraina. ISIS menyebut perang tersebut sebagai perang antara sesama tentara salib. ISIS pun menyebut umat Muslim tidak boleh memihak dalam perang itu.
Dalam tulisan editorial di surat kabarnya, al-Naba seperti dilansir dari Daily Mail, Kamis (10/3/2022), ISIS memuji perang di Ukraina sebagai 'hukuman Tuhan' bagi Barat, yang diharapkan akan menghancurkan 'musuh-musuh Islam'.
Kelompok teror itu juga mengatakan Muslim tidak boleh memihak dalam perang itu, dan meramalkan bahwa akan ada 'konsekuensi besar' terlepas dari hasil perang tersebut.
- Gempur RS Ukraina, Rusia: Itu Basis Militer Batalyon Azov!
Gempuran pasukan Rusia ke sebuah rumah sakit ibu dan anak di kota Mariupol, Ukraina telah menimbulkan korban jiwa. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut serangan itu sebagai kejahatan perang.
Apa kata pemerintah Rusia mengenai serangan itu? Dilansir dari kantor berita AFP, Kamis (10/3/2022), Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengklaim bahwa rumah sakit yang digempur itu telah berfungsi sebagai basis militer bagi kaum nasionalis.
Lihat Video: Kekhawatiran UNICEF akan Trauma Psikologis Anak-anak Ukraina

"Rumah sakit bersalin ini telah lama ditempati oleh Batalyon Azov dan kaum radikal lainnya," ujarnya.
"Mereka mengusir para wanita yang bersalin, perawat dan staf umum. Itu adalah basis dari Batalyon Azov yang ultra-radikal," kata Lavrov, setelah pembicaraan di Turki dengan Menlu Ukraina pada Kamis (10/3).
- Rusia Akui Wamil Juga Dikirim ke Ukraina, Sempat Dibantah Putin
Kementerian Pertahanan Rusia untuk pertama kalinya mengkonfirmasi bahwa wajib militer (wamil) termasuk di antara personel militer yang terlibat dalam invasi Rusia ke Ukraina.
Dilansir dari Radio Free Europe Radio Liberty, Kamis (10/3/2022) yang mengutip pemberitaan media-media Rusia, TASS dan The Moscow Times, konfirmasi itu disampaikan oleh juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov.
Konashenkov mengatakan pada Rabu (9/3) waktu setempat, bahwa "beberapa wajib militer" telah ditangkap oleh angkatan bersenjata Ukraina. Dia menambahkan bahwa "hampir semua wajib militer" kini telah ditarik dari wilayah Ukraina.
- Tolak Larangan Migas Rusia, Jerman Didesak Warganya Ubah Sikap
Pemerintah Jerman telah menolak larangan total atas impor gas dan minyak (migas) Rusia sebagai sanksi atas invasi ke Ukraina. Namun, suara-suara kini meningkat agar pemerintah Jerman mengabaikan kepentingan ekonomi untuk mengambil sikap moral.
Setelah Amerika Serikat dan Inggris memberlakukan larangan migas Rusia, tekanan kini meningkat terhadap pemerintah Kanselir Jerman Olaf Scholz dan anggota G7 lainnya untuk mengikutinya.
Dilansir dari kantor berita AFP, Kamis (10/3/2022), sekelompok aktivis iklim, akademisi, penulis dan ilmuwan Jerman menerbitkan surat terbuka kepada pemerintah Jerman pada hari Rabu (9/3) waktu setempat. Isinya menuntut larangan total migas Rusia, dengan alasan bahwa "kita semua membiayai perang ini".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar