Sosok Ramzan Kadyrov, Presiden Chechnya yang Kirim Tentara ke Ukraina
Tempo.co
Suci Sekarwati
TEMPO.CO, Jakarta - Sosok Ramzan Kadyrov, Presiden Chechnya, menjadi sorotan publik dunia setelah memutuskan mengirim tentara Chechen ke Ukraina. Rusia serang Ukraina pada Kamis pagi, 24 Februari 2022, setelah berbulan-bulan terjadi ketegangan di perbatasan Ukraina timur dengan Rusia.
Pemerintahan Presiden Kadyrov di Chechnya, yang terpilih pada 2007, mendapatkan dukungan dari Presiden Rusia, Vladimir Putin. Saat Rusia serang Ukraina, Kadyrov terdorong untuk membela Rusia dengan mengirimkan tentaranya ke Ukraina.
Dia mengklaim, sejauh ini pasukannya tidak mengalami kekalahan, tidak ada yang gugur, bahkan tidak ada yang pilek. Kadyrov meyakinkan tentara Chechnya akan berusaha sebaik mungkin menghindari jatuhnya korban jiwa.
Chechnya adalah sebuah wilayah yang secara de factor telah meraih kemerdekaan setelah perang Chenchen pada 1994 – 1996. Namun secara de jure masih menjadi bagian dari Rusia.
Saat ini Kadyrov, dilaporkan sedang terinfeksi virus corona. Dia menyebut dokter-dokter di Chechen seharusnya di pecat. Padahal, dokter-dokter di Chechen mengeluh karena kurangnya APD.
Kantor berita di Rusia pada Kamis, 24 Februari 2022, mewartakan Kadyrov saat ini sudah diterbangkan ke Ibu Kota Moskow untuk mendapatkan perawatan virus corona.
Kadyrov, 45 tahun, memegang tampuk kekuasaan di Chechnya persisnya setelah ayahnya Akhmat Kadyrov, yang memimpin Chechnya sebelumnya, tewas terbunuh dalam sebuah serangan bom mobil. Pemerintahan Kadyrov saat ini mendapat dukungan dari Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kadyrov dan ayahnya sama-sama memerangi Moskow saat terjadi pertumpahan darah pertama dalam konflik separatis Chechnya pada 1994 – 1996. Namun keduanya berubah menjadi mendukung Rusia ketika terjadi pertumpahan darah kedua pada 1999 atau saat Rusia sudah dipimpin Presiden Putin.
Lalu, apa yang membuat Kadyrov berubah sikap menjadi mendukung Rusia? Kadyrov menegaskan Rusia mendukung kemerdekaan Chechnya dan dalam beberapa tahun terakhir banyak terjadi pembangunan di Chechnya lewat bantuan Moskow. Sebagaian besar penduduk Chechnya beragama Islam.
“Kalau bukan karena Putin, Chechnya mungkin tidak pernah ada,” kata Kadyrov, dalam sebuah wawancara.
Kadyrov ditunjuk menjadi Presiden Chechnya saat dia baru berusia 30 tahun. Dia telah dikenal sebagai pemimpin yang dengan tegas memberantas pemberontakan-pemberontakan kelompok garis keras dan mengatasi segala bentuk silang pendapat.
Sumber: aljazeera.com
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Komentar
Posting Komentar