Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Rusia Ukraina

    Buktikan Ancamannya, Rusia Hancurkan Rudal Anti-Pesawat Ukraina Hasil Bantuan dari Eropa - Tribunnews

    6 min read

     

    Buktikan Ancamannya, Rusia Hancurkan Rudal Anti-Pesawat Ukraina Hasil Bantuan dari Eropa - Halaman all

    Sistem rudal pertahanan S-400 buatan Rusia - Rusia mengatakan mereka telah menggunakan rudal jelajah untuk menghancurkan sistem rudal S-300 yang telah dipasok ke Ukraina dari Eropa.
    Sistem rudal pertahanan S-400 buatan Rusia - Rusia mengatakan mereka telah menggunakan rudal jelajah untuk menghancurkan sistem rudal S-300 yang telah dipasok ke Ukraina dari Eropa.

    TRIBUNKALTIM.CO -  Buktikan ancamannya, Rusia hancurkan rudal Anti-Pesawat S-300 Ukraina yang merupakan hasil bantuan dari negara di Eropa.

    Sebelumnya, Rusia mengancam akan menghancurkan persenjataan yang dikirim barat ke Ukraina.

    Rusia pun menyebut sudah melakukannya dengan menghancurkan sistem rudal S-300.

    Rusia mengatakan pada Senin (11/4/2022), bahwa mereka telah menggunakan rudal jelajah untuk menghancurkan sistem rudal S-300 yang telah dipasok ke Ukraina oleh negara Eropa yang tidak disebutkan namanya.

    Rudal S-300 merupakan rudal antipesawat.

    Kementerian Pertahanan Rusia mengeklaim Moskwa telah meluncurkan rudal jelajah Kalibr pada Minggu (10/4/2022), terhadap empat peluncur S-300 yang disembunyikan di hanggar di pinggiran kota Dnipro, Ukraina.

    Dilansir dari Kompas.com, Rusia mengatakan 25 tentara Ukraina terkena serangan itu.

    “Rudal Kalibr yang diluncurkan dari laut dengan presisi tinggi menghancurkan peralatan divisi rudal anti-pesawat S-300 yang telah dikirim ke rezim Kyiv oleh negara Eropa,” kata Kementerian itu, dilansir dari Reuters.

    Rusia tidak mengatakan negara Eropa mana yang memasok sistem S-300.

    Negara anggota NATO, Slovakia, yang telah menyumbangkan sistem rudal semacam itu ke Ukraina, mengatakan bahwa senjata yang dipasoknya tidak terkena.

    "S-300 kami tidak hancur," kata juru bicara pemerintah Slovakia Lubica Janikova.

    Kementerian Pertahanan Rusia mengeklaim pasukan Moskwa juga telah menembak jatuh dua pesawat Su-25 Ukraina di dekat kota Izium dan menghancurkan dua gudang amunisi, salah satunya di dekat kota selatan Mykolaiv.

    Militer Ukraina tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Diberitakan Russia Today (RT), pada Jumat (8/4/2022) lalu, Slovakia mengumumkan bahwa mereka telah menyumbangkan satu-satunya baterai S-300 ke Ukraina.

    Sistem senjata itu adalah bagian dari persenjataan warisan anggota NATO dari masa lalu Soviet.

    Tidak jelas berapa banyak kendaraan yang dikirim Slovakia ke Ukraina. Baterai S-300 biasa dapat memiliki sedikitnya 4-12 peluncur menggunakan radar tunggal untuk mengidentifikasi target, dan dikendalikan oleh satu pos komando.

    Tak akan Tunduk pada Amerika, Rusia Sebut Operasi Militer di Ukraina untuk Akhiri Ekspansi AS

    Rusia menegaskan negaranya tidak akan pernah tunduk pada Amerika Serikat (AS) dan negara barat.

    Moskwa menyebut negaranya menjadi bagian dari komunitas internasional yang setara.

    Bahkan, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, menjelaskan aksi militer Rusia di Ukraina dimaksudkan untuk mengakhiri tatanan dunia yang didominasi Amerika Serikat.

    "Washington telah mencari supremasi dengan memberlakukan aturan ad-hoc dan melanggar hukum internasional," kata dia dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh televisi Rusia pada Senin (11/4/2022), seperti dilansir dari Kompas.com.

    Dia mengacu pada upaya Amerika Serikat untuk memaksakan apa yang disebut mereka sebagai "tatanan internasional berbasis aturan" yang telah mendapat perlawanan keras dari Moskwa dan China.

    "Operasi militer khusus kami dimaksudkan untuk mengakhiri ekspansi (NATO) yang tak tahu malu dan dorongan tak tahu malu menuju dominasi penuh oleh AS dan rakyat Baratnya di panggung dunia," kata Lavrov kepada saluran berita Rossiya 24, dilansir dari Russia Today (RT).

    “Dominasi ini dibangun di atas pelanggaran berat hukum internasional dan di bawah beberapa aturan, yang sekarang sangat mereka sukai dan yang mereka buat berdasarkan kasus per kasus,” tambah dia.

    Menurut Lavrov, Rusia termasuk di antara negara-negara yang tidak akan tunduk pada kehendak AS.

    "Rusia hanya akan menjadi bagian dari komunitas internasional yang setara dan tidak akan membiarkan negara-negara Barat mengabaikan masalah keamanan (Rusia) yang sah," ungkap dia.

    Lavrov mengecam kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell karena muncul untuk mendorong lebih banyak pertempuran di Ukraina.

    Menurut dia, Borrell telah mengatakan bahwa konflik tersebut akan dimenangkan di medan perang saat dirinya mengumumkan lebih banyak bantuan militer ke Kyiv pada Sabtu (9/4/2022) lalu.

    Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berbicara kepada wartawan selama konferensi pers selama sesi ke-76 Majelis Umum PBB, Sabtu, 25 September 2021 di markas besar PBB. (AP PHOTO/MARY ALTAFFER)

    Lavrov menyebut pernyataan itu "keterlaluan".

    “Ketika seorang kepala diplomatik mengatakan konflik tertentu hanya dapat diselesaikan melalui aksi militer. Yah, itu pasti sesuatu yang pribadi. Dia salah bicara atau berbicara tanpa berpikir, membuat pernyataan yang tidak diminta oleh siapa pun. Tapi itu komentar yang keterlaluan,” ujar dia.

    Lavrov menilai peran Uni Eropa telah bergeser selama krisis keamanan Ukraina.

    Menurut dia, Uni Eropa sebelumnya tidak bertindak sebagai organisasi militer yang berjuang secara kolektif melawan ancaman yang diciptakan.

    Lavrov mengatakan perubahan itu adalah hasil dari tekanan yang diberikan kepada anggota Uni Eropa oleh AS, yang telah mendorongnya lebih dekat ke NATO.

    "Sementara itu, Rusia ingin merundingkan perdamaian dengan Ukraina," klaim Lavrov.

    Moskwa diketahui menyerang Ukraina pada akhir Februari.

    Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

    Kyiv telah menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali Donetsk dan Luhansk dengan paksa. (*)

    IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

    Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

    Tags:
    Komentar
    Additional JS