Kepala Intelijen Prancis Mundur karena Salah Prediksi Agresi Rusia
Kendaraan lapis baja di Kota Mariupol, Ukraina. (REUTERS/ALEXANDER ERMOCHENKO)
Jakarta, CNN Indonesia --
Kepala badan intelijen militer Prancis, Eric Vidaud, mengundurkan diri karena gagal memprediksi terjadinya agresi Rusia di Ukraina, Kamis (31/3).
Informasi ini didapatkan dari beberapa sumber anonim dan email internal yang mengumumkan pemberhentian Vidaud, dikutip dari Reuters.
Sejumlah sumber mengatakan pada surat kabar L'Opinion bahwa Vidaud dinilai tak memiliki pengarahan yang cukup dan kurang "menguasai mata pelajaran."
L'Opinion juga melaporkan bahwa Vidaud disuruh melepaskan jabatannya di musim panas ini karena kesalahan memprediksi perang Ukraina. Namun, Vidaud memutuskan untuk langsung berhenti.
Vidaud sendiri telah memimpin badan intelijen Prancis selama tujuh bulan.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Prancis masih belum memberikan respons terkait kabar ini kepada Reuters.
Meski demikian, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Prancis, Thierry Burkhard, sempat mengatakan bahwa intelijen France gagal memprediksi invasi Rusia di Ukraina, berbeda dengan intelijen Amerika Serikat.
"Pihak Amerika mengatakan bahwa Rusia akan menyerang, mereka benar. Layanan kami malah berpikir menginvasi Ukraina dapat membuat Rusia mengeluarkan biaya yang mengerikan dan Rusia masih memiliki pilihan lain," kata Burkhard kepada Le Monde pada bulan ini.
Perang antara Rusia dan Ukraina dimulai sejak 24 Februari lalu, yakni kala Presiden Vladimir Putin memutuskan untuk melakukan operasi militer khusus ke negara itu.
Keputusan ini diambil tak lama setelah ia mengakui kemerdekaan dua wilayah yang dikuasai separatis pro-Rusia, Donetsk dan Luhansk.
(pwn/bac)
Saksikan Video di Bawah Ini:
VIDEO: Zelensky Tegaskan Teror Rusia Akan Diingat Berabad-abad
TOPIK TERKAIT
BERITA UTAMA
LAINNYA DARI DETIKNETWORK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar