Melihat Masjid Tertua di Ponorogo, Saksi Penyebaran Islam di Bumi Reog
Dalam prasasti yang tertempel di salah satu bagian masjid, tertulis bangunan masjid ini dibangun pada tahun 1600 oleh tiga Kiai. Yakni Kiai Donopuro, Kiai Noyopuro, dan Kiai Wongsopuro.
Ketiga kiai tersebut merupakan pengikut Pangeran Sumende. Kedatangan rombongan Pangeran Sumende ke Desa Setono karena faktor politik di Kartosuro yang tengah dilanda peperangan melawan Belanda.
Di desa yang berada di pinggir Kali Keyang inilah, Pangeran Sumende memilih untuk singgah dan menetap. Karena semua rombongan sudah memeluk agama Islam, maka di tempat itu juga didirikan masjid yang dipakai untuk salat jemaah. Di depan masjid ini pun didirikan pondok pesantren.
Imam masjid, Sudrajat menjelaskan akibat bangunan pondok pesantren banyak yang rusak, pada tahun 1982, pondok tersebut dibongkar dan dipergunakan untuk tempat wudhu.
"Di masjid ini masih menyimpan benda peninggalan yang masih asli yaitu sebuah Bedug dengan diameter 1 meter dan sebuah mimbar yang masih tersimpan," tutur Sudrajat saat ditemui detikcom di lokasi, Selasa (14/5/2019).
Bagian dalam masjid (Foto: Charoline Pebrianti)
Sudrajat mengatakan masjid ini sempat 3 kali direnovasi, pertama pada tahun 1924 yang semula dindingnya dari anyaman bambu diganti dengan tembok dan ditinggikan. Renovasi kedua, tahun 1992 seluruh jendela dan atap diganti. Terakhir, tahun 2007 renovasi bagian lantai dan kayu belandar diganti baru.
"Masjid ini sudah 3 kali renovasi, bentuk bangunan masjid ini sudah berubah," terangnya.
Pantauan detikcom, bangunan masjid berbentuk seperti rumah adat Jawa kuno lengkap dengan bentuk atap yang menjulang tinggi dengan ditopang 4 tiang soko guru kayu berukuran besar.
Luasan bagian dalam masjid berukuran 11 x 11 meter persegi. Sedangkan bagian serambi masjid berukuran 11 x 6 meter persegi.
Bagian luar masjid ada hamparan halaman luas yang sejuk karena banyaknya pepohonan. Pun juga lokasinya yang jauh dari kebisingan kota, membuat suasana di masjid ini tenang dan damai.
"Masjid ini jadi yang tertua dan bertahan di Ponorogo karena meski beberapa kali direnovasi, masjidnya tetap utuh," pungkas Sudrajat.
Simak Juga 'Masjid Babah Alun, Simbol Akulturasi Budaya Tionghoa dan Islam':
(iwd/iwd)
Komentar
Posting Komentar