Penjual Suvenir Reog Ponorogo Sambat, Lapak Sepi-Omzet Turun
Salah seorang penjual suvenir reog, Widi Wardoyo mengaku saat ini kondisinya serbasulit. Apalagi, 2 tahun terakhir para pedegang kena imbas pandemi COVID-19. Dia hanya mampu menjual satu unit dadak merak ke Palembang.
"Padahal dulu sebelum pandemi, saat ada pagelaran pentas seni, Festival Reog, Grebeg Suro itu selalu laris. Sekarang kan kumpul-kumpul enggak boleh, akhirnya omzet juga menurun," tutur Widi kepada detikJatim, Sabtu (9/4/2022).
Pria 58 tahun ini menggeluti usaha penjualan suvenir reog sejak 25 tahun lalu. Baru dua tahun ini omzetnya menurun hingga 70 persen.
"Dulu omzet Rp 30-60 juta, sekarang Rp 10-20 juta menurun," papar Widi.
Widi menambahkan jika biasanya ada kegiatan di Ponorogo, para wisatawan domestik bakal belanja suvenir Reog. Mulai dari baju penadon hingga perlengkapan Reog lain.
"Turis domestik kalau pulang Ponorogo biasanya belanja, karena pandemi kemarin tidak ada kegiatan otomatis tidak ada kegiatan kumpul bersama pentas Reog," kata Widi.
Bahkan karena saking sepinya peminat, dia juga harus mengurangi jumlah karyawan. Dari sebelumnya 3 hingga 4 orang, kini hanya 1 orang. Hasil penjualan sehari-hari hanya cukup memenuhi kebutuhan keluarga.
Widi pun berharap pandemi selesai dan hilang. Serta ekonomi bisa menggeliat kembali. Pentas segera dimulai dan mudik diperbolehkan.
"Kami bertahan dan menunggu perkembangan, kalau mencari usaha lain sudah tidak mampu. Cuma sekarang dibantu anak saya untuk jualan online, jadi sedikit terbantu," pungkas Widi.
Simak Video "Ratusan Seniman Turun ke Jalan, Minta Reog Masuk UNESCO"
(dte/dte)
Komentar
Posting Komentar