Penunjukkan Maudy Ayunda Sebagai Jubir G-20 Tuai Kritik, Dianggap Hanya Gimmick
JAKARTA, KOMPAS.TV - Penunjukkan Ayunda Faza Maudya atau lebih dikenal Maudy Ayunda (27) sebagai juru bicara G20 menuai sejumlah kritik.
Mengutip Bloomberg, Wakil Ketua Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Irfan Wahyu, menilai penunjukkan Maudy Ayunda sebenarnya masuk akal mengingat latar belakang pendidikan Maudy yang merupakan jebolan universitas ternama luar negeri.
Penunjukkannya, kata Irfan, juga sejalan dengan keinginan pemerintah untuk menciptakan sosok panutan bagi kaum muda.
Namun, posisi juru bicara G-20, menurut Irfan perlu diisi oleh seseorang yang dapat membicarakan mengenai isu global. Sementara sosok Maudy dianggap tidak memiliki pengalaman diplomatik dan ekonomi
"Dalam kasus ini, penggunaan kaum muda akan dilihat hanya sebatas gimik, bukan fungsi strategis," kata Irfan mengutip Bloomberg, Senin (18/4/22).
Sementara itu, Peneliti Politik di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Wasisto Raharjo Jati, mengatakan, penunjukkan simbolis ini merupakan bagian dari meredam kritik dari kaum muda terhadap isu-isu kritis, seperti masalah lapangan pekerjaan dan pelayanan sosial.
"Jangkauan Pemerintah cenderung bertumpu pada kaum muda perkotaan yang memiliki hak istimewa – jenis milenial yang sesuai dengan ide yang ingin mereka promosikan – sementara meninggalkan mayoritas yang berpenghasilan menengah ke bawah dan tinggal di daerah pedesaan," kata Wasisto.
Lebih dari setengah dari 273 juta orang di Indonesia berusia di bawah 35 tahun dan tingkat pengangguran di dalam negeri berusia 16 hingga 30 tahun berkisar 14 persen tahun lalu.
Dikutip dari Bloomberg, kaum muda Indonesia lebih mungkin menjadi pengangguran dua kali lipat dari tingkat nasional 6,5 persen.
Terlepas dari program pelatihan kerja dan beasiswa untuk pendidikan tinggi yang dikelola negara, sekitar satu dari lima di antaranya tidak bekerja atau belajar, angka yang menjadi pertanda buruk bagi tujuan Indonesia untuk menjadi ekonomi berpenghasilan tinggi pada tahun 2045.
Diketahui, Maudy Ayunda ditunjuk sebagai juru bicara G-20 pada 31 Maret 2022. Pada pengarahan pertama, Maudy menuai kritik karena tampak mengabaikan pertanyaan mengenai absennya Putin dari G-20.
Maudy mengatakan kepada Bloomberg bahwa perannya sebagai juru bicara ialah untuk melaporkan hasil pertemuan G20 yang relevan dengan Indonesia sementara isu-isu sensitif akan ditangani oleh perwakilan lain.
"Ia terpilih sebagai sosok yang dapat menjangkau masyarakat luas, khususnya generasi millennial dan Gen Z," kata Dedy Permadi, Juru Bicara Kementerian Komunikasi.
Komentar
Posting Komentar