Omzet MS Glow Diklaim Capai Rp600 Miliar per Bulan, Shandy Purnamasari Sebut Berkat Reseller - Kompas

 

Omzet MS Glow Diklaim Capai Rp600 Miliar per Bulan, Shandy Purnamasari Sebut Berkat Reseller

Selebriti | 24 Maret 2022 | 21:07 WIB

Shandy Purnamasari, pemilik brand skincare asal Indonesia MS Glow. (Sumber: Instagram/shandypurnamasari)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pernyataan pengusaha Shandy Purnamasari dan Gilang Widya Pramana alias Juragan 99 soal omzet MS Glow yang mencapai Rp600 miliar per bulan menuai sorotan.

Pernyataan ini diungkap pada Kamis (24/3/2022), di mana Shandy mengatakan bahwa MS Glow mengalami peralihan sistem pemasaran, dari offline ke online gara-gara pandemi Covid-19.

“Alhamdulillah, di era pandemi, ketika banyak sekali bisnis yang struggling (=berjuang, Red) karena peralihan dari offline ke online, kami justru bisa membukukan penjualan lebih dari 2 juta per bulan," kata Shandy Purnamasari dalam keterangannya, dikutip dari Kompas.com, Kamis (24/3/2022).

Dari penjualan sebanyak 2 juta produk per bulan ini, suami Shandy, Gilang Widya Pramana alias Juragan 99 mengatakan bahwa hasil penjualan MS Glow mencapai Rp600 miliar.

"Dua juta kalikan harga produk yang mulai dari Rp50 ribu – Rp150 ribu, paket Rp300 ribu. Anggap saja Rp300 ribu kali dua juta, itu Rp600 miliar per bulan," jelas Juragan 99.

Shandy lantas menceritakan jerih payahnya mengawali bisnis produk kecantikan ini yang bermula pada tahun 2013.

“Saya sekadar menjual produk kecantikan dari seorang dokter,” ucapnya.

Bermodalkan investasi pribadi yang dikumpulkan dari hasil jualan online, istri Juragan 99 ini pun merintis MS Glow.

Dia menggunakan berbagai strategi agar produknya laris manis di pasaran, termasuk menawarkan konsumen yang loyal sebagai reseller untuk menjual kembali produknya dengan harga khusus.

Dia bersyukur, berkat para reseller yang terus meningkat hingga mencapai 3.000 orang, penjualan produk MS Glow bisa melambung.

Selain itu, perpaduan saluran pemasaran melalui online dan offline juga harus terintegrasi demi menjangkau konsumen yang beragam.

“Kami sadar, kami harus mengintegrasikan online dengan offline karena tidak semua konsumen dapat mengakses salah satu saluran ini saja,” pungkasnya.

Baca Juga