Sri Lanka Izinkan PNS Kerja Empat Hari Seminggu, Sisa Waktunya Diminta untuk Bertani
COLOMBO, KOMPAS.com - Sri Lanka menyetujui waktu empat hari kerja seminggu bagi pegawai negeri sipil, dan mendorong mereka menggunakan waktu sisanya untuk bercocok tanam demi negara di tengah krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade.
Kabinet Sri Lanka pada Senin (13/6/2022) malam menyetujui proposal bagi pekerja sektor publik untuk diberikan cuti setiap Jumat selama tiga bulan ke depan.
Kebijakan itu diberlakukan sebagian karena kekurangan bahan bakar kronis di seluruh negeri yang membuat perjalanan menjadi sulit, dan juga untuk mendorong mereka bertani.
"Tampaknya tepat untuk memberikan cuti satu hari kerja kepada pejabat pemerintah ... untuk terlibat dalam kegiatan pertanian di halaman belakang mereka atau di tempat lain sebagai solusi untuk kekurangan pangan," kata kantor informasi pemerintah dalam sebuah pernyataan pada Selasa (14/6/2022) sebagaimana dilansir CNA.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pekan lalu memperingatkan krisis kemanusiaan yang membayangi negara Asia Selatan itu dan berencana memberikan 47 juta dollar AS (hampir Rp 700 miliar) untuk membantu lebih dari satu juta orang yang rentan.
Video Rekomendasi
Negara kepulauan, yang mempekerjakan sekitar satu juta orang di sektor publiknya, telah dilanda kekurangan devisa yang parah, yang membuatnya berjuang untuk membayar impor bahan bakar, makanan, dan obat-obatan yang kritis.
Banyak dari 22 juta penduduk negara itu harus mengantri di pom bensin selama berjam-jam dan telah mengalami pemadaman listrik yang lama selama berbulan-bulan.
Sementara itu depresiasi mata uang, kenaikan harga komoditas global dan kebijakan melarang pupuk kimia mendorong inflasi makanan menjadi 57 persen pada April.
Pemerintah Sri Lanka kini sedang dalam pembicaraan untuk paket bailout dengan Dana Moneter Internasional dan delegasi diharapkan di Colombo pada 20 Juni.
Amerika Serikat (AS) juga siap membantu, dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan setelah panggilan telepon dengan Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe pada Senin (13/6/2022) malam.
"Selama masa-masa yang menantang secara ekonomi dan politik ini, AS siap bekerja dengan Sri Lanka, dalam koordinasi yang erat dengan Dana Moneter Internasional dan komunitas internasional," kata Blinken di Twitter.
Wickremesinghe mengatakan bulan ini Sri Lanka membutuhkan setidaknya 5 miliar dollar AS untuk memenuhi impor penting sepanjang sisa tahun ini.
Komentar
Posting Komentar