Biden Siapkan Paket Senjata Baru untuk Ukraina Senilai Rp14,9 Triliun

WASHINGTON, iNews.id - Pemerintahan Joe Biden mengumumkan paket bantuan keamanan senilai 1 miliar dolar AS atau setara Rp14,9 triliun untuk Ukraina pada Senin (8/8/2022) waktu setempat. Ini merupakan bantuan senjata terbesar sejak invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari lalu.
Paket bantuan militer yang akan datang, tahap ke-18 ini membawa komitmen AS menjadi sekitar 9,8 miliar dolar AS atau mencapai Rp145,7 triliun. Paket bantuan tersebut, termasuk amunisi untuk senjata jarak jauh dan kendaraan transportasi medis lapis baja.
Mengutip CNBC International, paket bantuan terbaru terdiri dari tambahan amunisi untuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi atau HIMARS, 75.000 butir amunisi artileri 155 mm, 20 sistem mortar 120 mm, dan 20.000 butir amunisi mortar 120 mm. Selain itu, amunisi untuk Sistem Rudal Permukaan ke Udara Tingkat Lanjut Nasional atau NASAMS.
HIMARS, yang diproduksi oleh raksasa pertahanan Lockheed Martin dirancang untuk menembakkan berbagai rudal dari truk bergerak dan menempati urutan teratas dalam daftar keinginan Ukraina.
Wakil Menteri Pertahanan untuk Kebijakan Colin Kahl mengatakan, AS tidak mengirimkan HIMARS dalam paket terbaru ini, hanya amunisi untuk sistem tersebut. Kahl menolak untuk mengatakan berapa banyak amunisi yang akan diberikan pada pengiriman berikutnya.
AS sejauh ini telah mengirimkan 16 HIMARS ke Ukraina. Pentagon juga akan mengirim 1.000 Javelin, ratusan sistem anti-armor AT4, 50 kendaraan perawatan medis lapis baja, amunisi antipersonel, bahan peledak, amunisi pembongkaran, dan peralatan pembongkaran.
Sampai saat ini, paket bantuan terbesar Ukraina diumumkan pada 15 Juni tetapi bantuan itu merupakan kombinasi dari Otoritas Penarikan Presiden (PDA) dan Inisiatif Bantuan Keamanan Ukraina. Paket bantuan terbaru, berasal dari PDA, berarti senjata datang langsung dari persediaan AS.
“Kami akan terus berkonsultasi dengan Ukraina dan meningkatkan sistem dan kemampuan tambahan yang tersedia dengan hati-hati dikalibrasi untuk membuat perbedaan di medan perang dan memperkuat posisi Ukraina di meja perundingan,” kata Menteri Luar Negeri Antony Blinken dalam sebuah pernyataan.
Editor : Jujuk Ernawati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar