Mengenal Gaya Hidup Hikikomori di Jepang, Apa Itu? - inews - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Mengenal Gaya Hidup Hikikomori di Jepang, Apa Itu? - inews

Share This

 

Mengenal Gaya Hidup Hikikomori di Jepang, Apa Itu? 

Mengenal Gaya Hidup Hikikomori di Jepang, Apa Itu? 
Mengenal Gaya Hidup Hikikomori di Jepang (Foto:Wikipedia)

JAKARTA, iNews.id - Inilah hal yang perlu kamu ketahui untuk mengenal gaya hidup hikikomori di Jepang. Secara umum, istilah hikikomori digunakan masyarakat Jepang untuk menggambarkan seseorang yang mengisolasi diri di rumah.

Di negeri Sakura tersebut, hikikomori termasuk dalam masalah sosial yang serius dan harus diatasi. Rata-rata perilaku ini datang dari kelompok usia 20-29 tahun. 

Pemerintah Jepang memperkirakan ada sekitar 700 ribu orang yang hidup sebagai hikikomori. terbaru, PM Jepang Yoshihide mengumumkan bahwa 2021, ada lebih dari 1 juta orang di Jepang melakukan hikikomori.

Dikutip dari BBC, istilah hikikomori pertama kali diciptakan oleh seorang psikolog Jepang bernama Tamaki Saito pada tahun 1998.
Istilah hikikomori berasal dari kata “hiki” yang berarti “menarik” dan “komori” yang berarti “dari dalam”.

Mengutip Japan Times, Kementerian Kesehatan Jepang mendefinisikan hikikomori sebagai orang yang tetap terisolasi di rumah setidaknya selama enam bulan berturut-turut. Dalam keadaan tersebut, mereka tidak pergi ke sekolah atau bekerja dan tidak melakukan interaksi dengan orang di luar anggota keluarganya. 

Menurut Tamaki Saito, orang yang melakukan hikikomori biasanya mereka yang merasa malu dan mendapat tekanan mendalam dari orang-orang di sekitarnya.

Saito mengatakan jika mereka dilumpuhkan oleh ketakutan sosial yang mendalam. "Mereka tersiksa dalam pikiran," kata Saito, seperti dikutip dari BBC.

Lebih lanjut Saito menjelaskan jika para pelaku hikikomori ini ingin keluar dan menjalin hubungan atau berteman dengan orang lain. Namun, mereka tidak mampu melakukannya.
Pelaku hikikomori ini mayoritas adalah remaja laki-laki berusia 18-35 tahun.

Penyebab Hikikomori

Salah satu alasan terjadinya hikikomori adalah kehidupan sosial yang penuh kedisiplinan dan tekanan. Takahiro Kato, seorang profesor neuropsychiatrist dari Universitas Kyushu, menjelaskan bahwa norma sosial yang kaku, harapan yang tinggi dari orang tua, dan budaya malu membuat masyarakat Jepang menjadi tempat berkembang biak yang subur bagi perasaan tidak mampu.

"Kami berpikir bahwa ada aspek psikologis pada kondisi ini— yang berasal dari depresi dan kecemasan—tetapi juga ada budaya dan pengaruh sosial pada prakteknya," terang Kato seperti dilansir oleh BBC.

 "Orang-orang ini mempunyai level ketahanan yang lebih rendah dan bisa sering merasa sangat tertekan,” lanjutnya. Takahiro Kato menanggapi epidemi hikikomori di Jepang dengan menyebut kesuksesan atau prestasi seseorang adalah kunci.

Saat seseorang merasa gagal, mereka akan merasa kacau dan hal ini memicu keinginan untuk menutup diri atau bahkan bunuh diri. 
Hikikomori sendiri bukanlah sebuah penyakit kesehatan jiwa, melainkan hanya sebuah istilah untuk sebuah masalah sosial yang dipicu oleh gangguan mental (kecemasan dan depresi), wabah trend, kebiasaan berperilaku, lingkungan traumatik, pemasungan dan seterusnya.

Nah, itulah ulasan singkat iNews.id mengenai gaya hidup Hikikomori di Jepang. Bagaimana pendapatmu?

Editor : Komaruddin Bagja

Bagikan Artikel:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages