Pasien Hipertensi Paru Tetap Perlu Berolahraga, Berikut Tips dari Dokter Halaman all - Kompas.com
KOMPAS.com - Aktivitas fisik seperti olahraga telah diketahui bermanfaat bagi kesehatan tubuh, untuk meningkatkan kekuatan fisik maupun menjaga psikis tetap sehat.
Berolahraga juga bukan hanya diperuntukkan bagi orang yang sehat saja, tetapi mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu misalnya hipertensi paru memerlukannya.
Akan tetapi, olahraga untuk penderita hipertensi paru tidak boleh sembarangan, dan harus disesuaikan dengan kondisi pasien.
Dijelaskan Pakar Kardiologi Anak dan Penyakit Jantung Bawaan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta, dr Radityo Prakoso, Sp.JP (K) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi pasien untuk berolaharaga.
"Penting untuk tidak melakukan olahraga yang berlebihan, namun melakukan olahraga ringan sangatlah penting, itu yang disebut sebagai rehabilitasi," papar Radityo dalam webinar, Kamis (10/3/2022).
Artinya, di samping pemberian obat, upaya untuk rehabilitasi melalui olahraga dibutuhkan untuk mengurangi risiko penyakit yang lebih parah di kemudian hari. Dokter Radityo pun membagikan tips berolahraga untuk pasien hipertensi paru.
"Oalahraga ini bagaimana sih? Sebenarnya ada parameternya di dokter jantung yang namanya dilakukan uji latih beban nanti dihitung, (kemudian) dapat resep bisa dikasih ke personal trainer kalau di gym atau rekomendasi latihan," jelasnya.
Sederhananya, kata dia, aktivitas olahraga ringan dapat dilihat dari nadi maksimum dihitung pada 110 per menit. Dia pun mengingatkan apabila sudah merasa lelah, pasien harus berhenti dan segera beristirahat.
"Badan kita punya alarm kalau sudah lelah stop, istirahat. Jadi intinya itu. Kuncinya adalah alarm kita dari diri kita, kalau lelah istirahat," imbuhnya.
Aktivitas fisik ringan bertujuan agar kondisi pasien tetap bugar dan sehat. Terlebih, sebagian orang dengan hipertensi paru juga memiliki penyakit penyerta seperti kegemukan atau obesitas. Menurutnya, kegemukan dapat memperparah kondisi hipertensi paru karena adanya obstruksi kronik di saluran pernapasan atas.
"Jadi dia kalau tidur kan ngorok, banyak anggapan lelap banget tidurnya itu justru salah. Apalagi ngorok-nya berhenti-berhenti, itu sangat tidak baik dan bisa menyebabkan secondary pulmonary hypertension," ungkap Radityo.
Apa itu hipertensi paru?
Hipertensi pulmonal (pulmonary hypertension) atau hipertensi paru adalah kelainan patofisiologi pada pembuluh darah paru-paru.
Hipertensi paru dapat terjadi saat tekanan darah di pembuluh paru meningkat hingga lebih dari 25 mmHg.
"Pada hipertensi paru ini terjadi penebalan dari pembuluh darah paru-nya, sehingga tekanan di pembuluh darah paru meningkat dan mengakibatkan aliran darah di tubuh menjadi lambat," jelas Pakar Kardiologi Anak Rumah Sakit Adam Malik Medan, dr Rizky Adriansyah, M.Ked (Ped), Sp.A(K).
Hipertensi paru juga bisa dialami anak-anak hingga usia dewasa, di mana pada kasus tertentu, kondisi ini dapat menjadi salah satu komplikasi dari penyakit jantung bawaan dengan gejala tahap awal yang tidak spesifik.
Kendati demikian, gejala hipertensi paru meliputi sesak saat beraktivitas, mudah lelah, lemas, nyeri dada, pusing, yang kadang disertai batuk. Maka dari itu, penyakit hipertensi paru ini perlu dikenali dan dipahami lebih lanjut oleh masyarakat, khususnya para orangtua.
"Konsultasi kepada tenaga medis (dokter) penting dilakukan apabila memiliki risiko dan gejala hipertensi paru pada anak agar mendapatkan penanganan yang tepat sesegera mungkin setelah diagnosis," ucap Rizky.
Sebab, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat hipertensi paru dapat memicu komplikasi dan bisa berakibat fatal hingga menyebabkan kegagalan fungsi paru, dan jantung bagian kanan.
Pasien juga diwajibkan untuk terus mengonsumsi obat, guna mencegah penyakit parah di kemudian hari.
Sementara itu, beberapa literatur menyebutkan hipertensi paru pada anak bisa disebabkan berbagai faktor, termasuk:
- Penyakit jantung bawaan
- Penyakit paru obstruktif knronik
- Infeksi kronik
- HIV/AIDS
- Down syndrom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar