Gempa Turki: Apartemen mewah hancur jadi debu, setelah kekhawatiran soal keamanan bangunan disuarakan sejak sebelum gempa - Tribunnews - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Gempa Turki: Apartemen mewah hancur jadi debu, setelah kekhawatiran soal keamanan bangunan disuarakan sejak sebelum gempa - Tribunnews

Share This

 

Gempa Turki: Apartemen mewah hancur jadi debu, setelah kekhawatiran soal keamanan bangunan disuarakan sejak sebelum gempa - Halaman all

X

Isu keamanan di sebuah kompleks apartemen di Gaziantep, Turki, sempat dikemukakan jauh sebelum gempa mematikan yang melanda wilayah ini pada 6 Februari 2023. Lebih dari 130 orang yang tinggal di kompleks apartemen itu kehilangan nyawa. Tim BBC menghabiskan waktu tiga hari untuk melihat apa yang terjadi, serta peringatan dini yang disuarakan oleh warga.

Diterangi api unggun pada suatu malam di musim dingin yang getir, sebuah keluarga besar duduk di pinggir jalan menunggu keajaiban.

Tetapi keajaiban itu tidak kunjung datang.

Mereka sudah berada di sini selama sembilan hari sembilan malam, tetapi orang-orang tersayang mereka belum juga ditemukan.

Duka mereka berasal dari reruntuhan di salah satu jalan yang paling diimpikan, yang hanya bisa didapat dengan uang.

"Ini adalah salah satu kawasan permukiman paling mewah di Gaziantep," kata musisi Yunus Emre, yang masih kehilangan sepupu dan empat anggota keluarganya.

"Orang-orang paling kaya tinggal di sini. Flat-flat itu dijual seharga jutaan," ujarnya.

Tapi harga properti itu tidak berarti apa-apa saat gempa terjadi.

"Saya merasa marah. Saya ingin menuntut seseorang ke pengadilan tapi saya tidak tahu siapa," kata laki-laki berusia 28 tahun itu.

Baginya, ada begitu banyak pihak yang bersalah dan ini bukan hanya sebuah tragedi nasional, tetapi dengan runtuhnya begitu banyak bangunan, ini juga merupakan skandal nasional.

"Dimulai dari kontraktor," kata dia.

"Dia menggunakan bahan bangunan berkualitas rendah. Selanjutnya sertifikasi dari otoritas. Tangan mereka menyimpan darah orang-orang yang meninggal di sini."

"Tidak benar juga untuk mengkambinghitamkan kontraktor. Yang menyetujui gedung inilah yang bertanggung jawab bersama pemerintah dan negara. Mereka semestinya tidak menandatangani proyek gedung ini sama sekali."

Kompleks apartemen AyÅŸe Mehmet Polat ini telah berusia 24 tahun. Empat dari enam bloknya runtuh, sementara bangunan lain di sekitarnya berdiri tegak.

Kami datang ke lokasi ini setelah mendengar bahwa seorang laki-laki yang disebut sebagai kontraktor bangunan telah ditangkap.

Dia kemudian memberi tahu kami melalui pengacaranya bahwa dia tidak melakukan kesalahan dan tidak bertanggung jawab.

Tapi apa sebenarnya yang terjadi di sini pada 6 Februari, dan bisakah dicegah?

Saat kami kembali ke kompleks apartemen ini keesokan paginya, layanan darurat mengungkap data yang mengejutkan - 136 orang meninggal dunia di sini saat mereka tidur.

Di pom bensin sebelah, kami bertanya apakah mereka memiliki rekaman CCTV ketika gempa terjadi. Kami pun diberi video dari empat kamera terpisah yang menunjukkan kengerian yang terjadi.

Mulanya lampu bergoncang hebat, lalu beberapa detik kemudian, orang-orang lari menyelamatkan diri sebelum akhirnya gumpalan asap dan debu tebal menyelimuti semua yang mereka lalui.

Bangunan apartemen di sebelah pom bensin ini runtuh dalam hitungan detik.

Ketika kami meninggalkan pom bensin, kami melihat tumpukan barang pribadi di tepi halaman depan apartemen itu.

Ini adalah museum kehidupan yang sangat menyedihkan yang tiba-tiba hancur - pekerjaan rumah, boneka, panci, dan foto keluarga. Sambil menggosok tumpukan itu, Emel Filik, 65 tahun, menangis tersedu-sedu.

"Semuanya hilang," kata Emel kepada kami.

Dia menceritakan bahwa sepupunya tidur di salah satu dari empat blok yang hancur, dan tidak ada yang bertanggung jawab untuk memastikan keamanan bangunan tersebut.

"Begitu Anda mulai menempati flat Anda, tidak ada yang dilakukan. Tidak ada pemeriksaan. Asuransi gempa dan asuransi properti juga tidak berfungsi. Pemerintah kota tidak mengecek, tidak ada yang namanya pengawasan."

Menurutnya, pernah ada kekhawatiran yang mengemuka soal apartemen ini. Ketua asosiasi warga, seorang perempuan yang dikenal sebagai Selma, bahkan mengadakan pertemuan penghuni untuk menyampaikan kekhawatirannya.

"Enam bulan lalu, Selma memberi tahu kami tentang masalah bangunan ini. Dia mengatakan, 'Warga yang terhormat, bangunan kita bisa runtuh hanya dengan gempa bumi. Mari perkuat pilar-pilarnya. Kalau Anda kekurangan uang, pemerintah kota bisa membantu kita dengan solusi yang lebih murah'. Dia mengadakan beberapa pertemuan, tapi tidak ada yang terjadi."

Kami menemukan nomor telepon Selma dan dia membenarkan bahwa dia mengadakan pertemuan untuk mengutarakan kekhawatirannya.

Tetapi haruskah para penghuni benar-benar membayar agar aman di rumah mereka sendiri? Ini adalah pertanyaan soal integritas struktural, bukan sekadar pengecatan ulang dinding.

Ketua organisasi arsitek di Turki, Eyüp Muhçu, mengatakan bahwa tanggung jawab utama untuk memastikan keamanan bangunan berada di tangan pemerintah Turki.

"Prioritas pemerintah pusat bukan untuk membuat kota-kota aman, tetapi untuk mengimplementasikan sejumlah proyek yang direncanakan semata-mata demi meraup keuntungan maksimal. Atas alasan ini, 65% stok bangunan di Turki saat ini berisiko. Dan tidak ada tindakan yang dilakukan terkait risiko ini."

Setelah dua penghuni memberi tahu kami bahwa ada potensi masalah di bangunan apartemen itu, kami mencoba mencari tahu apakah mereka yang bertanggung jawab atas bangunan tersebut mengetahuinya dan apakah mereka melakukan sesuatu.

Ketika kami pertama kali tiba di blok apartemen itu pada malam sebelumnya, seorang anak laki-laki mendatangi kami dan menceritakan bahwa ayahnya telah menarik tujuh orang dari puing-puing bangunan dengan tangan kosong.

Itu terdengar luar biasa, mengingat skala kehancuran yang terlihat, tapi kami tidak mengabaikannya.

Dan tentu saja, ketika kami mendengar orang lain bercerita tentang keberanian seorang laki-laki bernama Bahattin AÅŸan, kami memutuskan untuk melacaknya.

"Saya melihat bangunan terguncang dan runtuh. Saya datang ke sini berlari, gelap, hujan, ada salju dan saya adalah responden pertama," katanya.

Bahattin AÅŸan dulunya bekerja sebagai satpam di kawasan pemukiman ini.

Dia menunjukkan kepada kami video mengerikan yang dia ambil di antara reruntuhan berasap, dia mencoba memanggil mereka yang terjebak. Sejumlah orang menjawab.

"Saya menyelamatkan tujuh orang sendirian. Itu seperti kiamat. Bahkan sekarang saya masih gemetar," kata dia.

Lalu saya bertanya, bagaimana dengan kekhawatiran tentang keamanan bangunan ini? Apakah dia mengetahuinya?

"Di tempat parkir mobil, saya menyaksikan cacat bangunan ini dengan mata kepala saya sendiri. Ketika saya menyentuh kolom beton, itu hancur menjadi debu di tangan saya, seolah-olah itu bukan beton sama sekali. Kolom-kolomnya berkarat, hujan merusak dan membuat besinya berkarat."

Ketika saya bertanya kepada Bahattin AÅŸan apakah dia pernah melaporkan hal ini, dia menegaskan bahwa itu sudah jelas bagi manajemen dan juga warga.

"Saya pernah mengatakan kepada seorang teman bahwa jika mereka memberi saya sebuah flat di sini, saya tidak akan menerimanya. Saya mengatakan itu karena menurut saya tiang-tiangnya tidak kokoh dan jika terjadi gempa, bangunan itu akan runtuh."

Namun orang yang dituduh sebagai kontraktor, Mehmet Akay, mengklaim bangunan itu sudah dibangun sesuai aturan.

Dia mengklaim bahwa pengerjaan saluran limbah dan instalasi air dilakukan setelah konstruksi, dan itu mungkin telah merusak kolom bangunan.

Berapa banyak petugas keamanan di seluruh Turki yang telah menyuarakan keprihatinan serupa di negara yang lokasinya berada di patahan lempeng tektonik yang bergeser?

Apa yang terjadi di pemukiman di Gaziantep ini adalah bentuk ketidakpedulian atau kelambanan dalam bertindak.

Semua orang tahu ada masalah soal struktur bangunan, tapi tidak ada yang melakukan apa pun.

Bagi anggota parlemen dari partai HDP, yang merupakan oposisi pemerintah, Garo Paylan, ini menunjukkan kelalaian kriminal dalam skala industri dalam konstruksi dan pengawasan Turki.

"Ini adalah kejahatan. Ini adalah sebuah dosa."

Baca juga:


[Category Opsiin, Media Informasi]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages