Airlangga: Harga Pangan dan Tarif Angkutan Udara Jadi Tantangan Jaga Inflasi - Beritasatu - Opsiin

Informasi Pilihanku

demo-image
demo-image

Airlangga: Harga Pangan dan Tarif Angkutan Udara Jadi Tantangan Jaga Inflasi - Beritasatu

Share This
Responsive Ads Here

 

Airlangga: Harga Pangan dan Tarif Angkutan Udara Jadi Tantangan Jaga Inflasi

Minggu, 5 Maret 2023 | 14:32 WIB
Oleh: Arnoldus Kristianus / RZL

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam kick off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) 2023 yang dipantau secara virtual pada Minggu, 5 Maret 2023. (Foto: Arnoldus Kristianus/Investor Daily)

Jakarta, Beritasatu.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan harga komoditas pangan dan tarif angkutan cenderung meningkat di ramadan dan Idulfitri. Oleh karena itu pemerintah terus melakukan pemantauan agar harga komoditas pangan yang biasanya berpotensi meningkat dapat tetap terjaga.

Advertisement

“Memasuki bulan ramadan dan menjelang hari raya Idulfitri peningkatan harga pangan dan tarif menjadi tantangan. Kami berharap langkah antisipatif bisa dilakukan dengan pemantauan harga kebutuhan pokok seperti beras,minyak goreng, cabai, bawang, daging, telur ayam ras,” ucap Airlangga dalam kick off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) 2023 pada Minggu (5/3/2023).

Secara historis pada ramadan dan Idulfitri selalu terjadi kenaikan inflasi pada komponen harga pangan bergejolak (volatile food) dan harga diatur pemerintah (administered price). Komoditas dalam komponen volatile food yang biasanya mengalami kenaikan harga adalah daging ayam ras, daging sapi, bawang merah, ikan segar, dan cabai.

Sementara komponen administered price yang biasanya mengalami kenaikan harga adalah tarif angkutan antar kota dan tarif angkutan udara.

Advertisement

“Kita harus memonitor bulan Maret dan April 2023 apalagi memasuki bulan ramadan dan hari besar keagamaan. Terkait administered price pemerintah melihat komponen tertinggi dari transportasi udara adalah avtur dan pemerintah sudah melihat upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi harga avtur,” kata Airlangga.

Pemerintah dan Bank Indonesia sudah menugaskan Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) serta Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk menjaga stabilitas inflasi. Khususnya untuk komponen volatile food maupun administered price. Airlangga mengatakan dalam beberap bulan terakhir terjadi peningkatan harga beras, namun pada bulan Maret dan April memasuki musim panen.

“Tentu kita tidak ingin saat kemarin produksi beras rendah harga tinggi dan pada saat panen harga turun. Sehingga kita akan kehilangan beberapa segi baik dari nilai tukar petani maupun dari segi inflasi. Tentu ini perlu kita jaga agar nilai tukar petani bisa baik dan nilai inflasi bisa terkendali,” tandas Airlangga.

Dalam kesempatan yang sama Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan tantangan inflasi ke depan adalah kendala dalam produksi dan distribusi, meliputi hilirisasi pangan, ketahangan pangan, serta digitalisasi pangan.

Perry memperkirakan sampai dengan semester I 2023 inflasi masih akan berada di atas 5%. Dia juga menyoroti tentang kenaikan harga beras.

Oleh karena itu, menurut Perry harus ada upaya memperbaiki distribusi beras agar harga terjaga. Masalahnya upaya menjaga komponen harga pangan begejolak juga terkendala masalah iklim. Fenomena El Nino berdampak pada kenaikan curah hujan di daerah sentra produksi beras.

“Ini yang harus kita kendalikan karena sebentar lagi kita memasuki bulan ramadan dan hari raya Idulfitri. Mari kita semakin memperkuat sinergi untuk mendorong inflasi bisa terkendali,” tutur dia.

Untuk komponen administered price, Perry mengatakan harus ada penanganan menyeluruh secara nasional. Khususnya yang terkait dengan tarif angkutan udara. Dia mengatakan komponen harga tarif angkutan udara mengalami kenaikan cukup tinggi.

“Apalagi tahun ini wisata sudah mulai bergerak, kemarin saya baru saja dari Wakatobi dan Raja Ampat, tiket angkutan udara ini mahal banget. Ini yang menjadi masalah secara nasional yang perlu kita atasi bersama,” kata Perry.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam empat tahun terakhir terdapat sejumlah komoditas yang menyebabkan inflasi di bulan ramadan. Pada tahun 2019 bulan ramadan jatuh di bulan Mei yang saat itu terjadi inflasi 0,68%. Komoditas yang memberikan andil inflasi pada Mei 2019 adalah cabai Merah (0,10%), daging ayam ras (0,05%), bawang putih (0,05%), ikan segar (0,04%), angkutan antar kota (0,04%), dan telur ayam ras (0,02%).

Pada tahun 2020 bulan ramadan jatuh di bulan April yang pada saat itu terjadi inflasi 0,08%. Komoditas yang memberikan andil inflasi pada April 2020 adalah bawang merah (0,08%), emas perhiasan (0,06%), gula pasir (0,02%), bahan bakar ruta (0,01%), pepaya (0,01%), dan rokok kretek filter (0,01%).

Pada tahun 2021 bulan Ramadan jatuh di bulan April yang pada saat itu terjadi inflasi 0,13%. Komoditas yang memberikan andil inflasi pada April 2021 adalah daging ayam ras (0,06%), minyak goreng (0,01%), jeruk (0,01%), bahan bakar ruta (0,01%), emas perhiasan (0,01%), dan anggur (0,01%).

Pada tahun 2022 bulan Ramadan jatuh di bulan April dengan inflasi sebesar 0,95%. Komoditas yang memberikan andil inflasi pada April 2022 adalah minyak goreng (0,19%), bensin (0,16%), daging ayam ras (0,09%), tarif angkutan udara (0,08%), bahan bakar ruta (0,03%), dan telur ayam ras (0,02%).

Saksikan live streaming program-program BTV di sini

TAG: 

Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arenanews

Berbagi Informasi

Media Informasi

Opsiinfo9

Post Bottom Ad

Pages