JawaPos.com - Gaya hidup tidak sehat ternyata bisa berujung fatal untuk kesehatan. Salah satunya menyebabkan kanker kolorektal.
Kanker kolorektal menyerang jaringan usus besar (kolon) dan usus paling bawah sampai anus (rektum). Gaya hidup dan lingkungan menjadi faktor risiko yang menyebabkan kanker kolorektal.
Diungkapkan Dokter spesialis penyakit dalam konsultan hemato-onkologi medik Prof. Dr. dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, gaya hidup masyarakat Indonesia sudah hampir sama dengan gaya hidup masyarakat negara maju. Ini terlihat dari berkurangnya rempah-rempah dan serat yang dikonsumsi dalam makanan sehari-hari.
Padahal, serat serta rempah-rempah seperti jahe dan kunyit dapat mengurangi risiko kanker di usus besar. "95 persen dari faktor risiko ada di lingkungan, kebiasaan, serta gaya hidup. Terutama pada kanker kolorektal adalah bahan-bahan (makanan) yang dimasukkan ke dalam usus kita," kata Aru dilansir dari ANTARA, Rabu (12/4).
Kebiasaan mengosumsi makanan tinggi lemak yang berlebihan juga tidak baik. Lalu merokok dan mengosumsi alkohol juga dapat menyebabkan kanker kolorektal.
Lalu, apa gejalanya?
Dokter Aru menerangkan, gejala kanker kolorektal antara lain nyeri pada perut, berat badan turun, merasa lemah berlebihan, buang air besar berdarah, dan adanya perubahan pola buang air besar.
"Perubahan pola buang air besar ini yang kadang-kadang terjadi sebelum ada gejala-gejala lainnya," ujar Aru saat diskusi daring yang diadakan Yayasan Kanker Indonesia dengan MSD Indonesia tersebut.
Saat ini kasus kanker kolorektal naik dengan amat pesat, termasuk di kalangan usia muda karena gaya hidup yang tidak sehat. Sehingga, di Amerika Serikat, batas usia skrining turun dari 50 tahun menjadi 45 tahun.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyebutkan kanker kolorektal menempati peringkat keempat dari total kasus kanker di Indonesia pada 2018. Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan RI, kanker kolorektal merupakan dua besar kasus kanker yang paling banyak menyerang pria dengan tingkat insidensi 15,9 per 100.000 orang dan tingkat kematian 10,8 per 100.000 kasus.
Masalahnya, kata Aru, 70 persen dari pasien kanker kolorektal baru berkonsultasi ke dokter ketika mereka sudah memasuki stadium tiga bahkan empat.
Padahal, penanganan kanker kolorektal akan semakin mudah dan efektif jika ditemukan lebih awal melalui deteksi dini, di antaranya dengan metode pemeriksaan kondisi anus, DNA feses, kadar CEA dalam darah, tes darah samar pada feses, dan penapis tumor M2-PK dari feses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar