Kampung Unik di Pecinan Jakarta, Bekas Tempat Isolasi yang kini Jadi Kawasan Wisata Populer - inews - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Kampung Unik di Pecinan Jakarta, Bekas Tempat Isolasi yang kini Jadi Kawasan Wisata Populer - inews

Share This

 

Kampung Unik di Pecinan Jakarta, Bekas Tempat Isolasi yang kini Jadi Kawasan Wisata Populer 

Kampung Unik di Pecinan Jakarta, Bekas Tempat Isolasi yang kini Jadi Kawasan Wisata Populer 
Mengintip kampung unik di Jakarta (Foto: Instagram @pantjoran_tea)

JAKARTA, iNews.id - Ada banyak kampung unik di Jakarta yang bisa dijelajahi wisatawan. Terutama jika singgah ke kawasan Glodok, di sini ada satu desa unik yang sangat bersejarah.

Ya, desa tersebut bernama Pecinan, yang  merupakan permukiman masyarakat Tionghoa, dan biasanya terletak di tengah-tengah kota yang identik dengan berbagai elemen berwarna merah.

Baca Juga

Di Indonesia, terutama Jakarta, masyarakat Tionghoa adalah bagian dari sejarah bangsa, yang keberadaannya sudah ada jauh sebelum Belanda membangun Batavia (Jakarta).

Namun siapa sangka, kawasan Glodok dulunya merupakan bekas tempat isolasi kaum Tionghoa. Pada abad 17, Verenigde Oost Indie Compagnie (VOC) menempatkan masyarakat Tionghoa dalam satu wilayah yang kini dikenal sebagai Pecinan, wilayah di sekitar kawasan Wihara Dharma Bhakti.

Baca Juga

Strategi itu diterapkan demi alasan keamanan para kolonis Belanda dan warga penghuni benteng pasca-Perang China. Glodok dan Pancoran sejak dahulu menjadi urat nadi perekonomian Jakarta, bahkan di Indonesia hingga dekade 1990-an. Hingga saat ini, banyak pedagang grosir besar hingga eceran di kawasan Glodok.

Penasaran ingin tahu seputar keunikan Kampung Pecinan di Jakarta? Berikut ulasannya dirangkum pada Sabtu (1/4/2023).

Baca Juga

Kampung unik di Pecinan Jakarta 

Diperkirakan, sejak tahun 1619, orang-orang Tionghoa sudah tinggal di sebelah timur Sungai Ciliwung, yang letaknya tak jauh dari pelabuhan. Hal tersebut terlihat dari peninggalan bangunan yang masih ada di beberapa kawasan di Jakarta. Kemampuan dan kepintaran masyarakat Tionghoa pada masa pembangunan Belanda di Jakarta, membuat resah para penjajah. 

Akhirnya masyarakat Tionghoa dipindahkan dari pusat kota (Kota Tua), ke kawasan Selatan. Dengan menggunakan sistem grade permukiman ala Belanda, masyarakat Tionghoa kala itu berpindah ke kawasan yang sekarang dikenal dengan nama Petak Sembilan, Roa Malaka, Tambora dan Glodok. Dipindahkannya orang-orang Tionghoa ini, dimaksudkan agar gampang dikendalikan. 

Baca Juga

Pecinan Glodok

Pecinan Glodok merupakan salah satu desa wisata yang terletak di Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Glodok, Jakarta Barat. Desa yang mengusung wisata sejarah ini merupakan hasil kolaborasi seluruh etnis yang ada, Tionghoa, Sunda, Betawi, Jawa dan lainnya. Etnis Tionghoa yang bermukim di sana kala itu membantu dalam menggerakkan serta memperkuat roda perekonomian. Tak heran, jika sejak tahun 1872 Glodok telah menjadi urat nadi perekonomian Jakarta.

Adanya sungai atau kanal yang menghubungkan Glodok dan Pancoran, menjadi salah satu urat nadi transportasi bagi sejumlah perahu yang memuat barang-barang dagangan. Pusat bisnis yang berkembang di Glodok Pancoran kala itu didominasi oleh kuliner khas Tionghoa dan toko obat-obatan tradisional.

Baca Juga

Pecinan Glodok saat Ini 

Di kawasan Glodok hingga kini masih dijumpai banyak keturunan masyarakat Tionghoa yang mayoritas memiliki usaha atau bisnis mulai dari toko peralatan elektronik, hingga kuliner. Salah satu tempat yang populer di Pecinan Glodok baru-baru ini adalah Petak Enam. Memasuki kawasan ini Anda tak hanya akan menjumpai beragam kuliner autentik khas Tionghoa, tetapi juga makanan Melayu, Indonesia, hingga Barat.

Tak jauh dari kawasan Petak Enam, masih ada peninggalan klenteng yang dinamakan Kim Tek Le atau Vihara Dharma Bhakti yang didirikan sejak tahun 1650. Kelenteng ini merupakan salah satu yang tertua, selain kelenteng Ancol.

Cara Menuju ke Pecinan Glodok

Untuk menuju ke Desa Wisata Pecinan Glodok, ada beberapa pilihan, yaitu dapat menggunakan transportasi umum seperti Trans Jakarta dan Commuter Line.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages