Masyarakat Kudus Masih Pegang Teguh Tradisi Lebaran Ketupat, Ini Maknanya
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Masyarakat di Kabupaten Kudus masih memegang teguh tradisi lebaran ketupat. Tradisi ini dilaksanakan pada 8 Syawal atau H+7 lebaran.
Lebaran ini ditandai dengan memakan ketupat atau kupat dan menyambung silaturahim pada lebaran 1 Syawal.
Lebaran ketupat ini adalah tradisi dari zaman kewalian di tanah Jawa.
Memakan ketupat atau kupat memiliki arti ganda yakni ngaku lepat atau mengakui kesalahan atau laku papat yang berarti empat tindakan, yang sesuai dengan sisi pada ketupat.
Empat tindakan yang dimaksudkan antara lain adalah luberan yang artinya melimpahi, leburan artinya melebur dosa, lebaran yakni pintu ampunan terbuka lebar dan laburan menyucikan diri.
Tradisi kupatan tersebut terus dipegang teguh oleh masyarakat Kabupaten Kudus hingga saat ini, sebagian masyarakat mempercayai apabila tidak membagikan kupat maka akan mendapatkan kesialan.
"Itu sudah seperti itu dari zaman dahulu, dari saya bayi sampai sekarang kalau tidak membagikan nanti mendapat kesialan," ujar Atik, warga Kudus yang membeli Janur untuk membuat Ketupat Di Sepanjang Jalan Mayor Basuno, Kecamatan Ploso Kabupaten Kudus
Nantinya, ketupat yang dibeli oleh Atik, akan dibagikan kepada tetangga, keluarga ataupun kerabatnya.
"Biasanya habis dimasak nanti bareng sama opor, terus ketupat dibagi-bagikan sama tetangga, saudara atau teman, yang penting dibagikan kalau habis bertamu harus dibawakan ketupat," kata Atik.
Kentalnya kebudayaan lebaran ketupat di Kabupaten Kudus pun dirasakan oleh Sayuti, penjual Janur asal Jepara yang memilih berdagang di Jalan Mayor Basuno Kabupaten Kudus.
Menurut Sayuti, masyarakat di Kabupaten Kudus lebih erat memegang kebudayaan lebaran ketupat ketimbang daerah asalnya.
"Di Jepara juga ada Lebaran Ketupat sama kaya di Kabupaten Kudus. Tapi di sana tidak seramai di sini makannya saya memilih berjualan di sini selain itu juga penjual di sini rata-rata dari Jepara," kata pria ramah yang sedang menganyam ketupat.
Sayuti yang telah berjualan janur, pada momen sebelum lebaran ketupat selama 10 tahun itu, mengaku tidak mengambil keuntungan yang besar atau mremo, pada momen ini.
"Untuk selongsong ketupat satu ikat berisi sepuluh helai di jual Rp 2 ribu hingga Rp 5ribu, untuk lepet dijual Rp 7 ribu perikatnya, kalau ketupat Rp8ribu perikatnya," katanya.
Sayuti mengatakan bahwa dirinya berjualan ketupat mulai dari H+2 dan H+5 lebaran.
"Untuk pendapatan Alhamdulillah perharinya sekitar Rp200ribu sampai Rp300ribu," tutupnya. (Rad)
Komentar
Posting Komentar