Pratu F Tewas Usai Terjun ke Jurang 140 Meter Hindari Serangan KKB

Pratu F ditemukan gugur usai diserang kelompok kriminal bersenjata (KKB) dalam operasi pencarian pilot Susi Air Capt Philip Mark Merthens di Nduga, Papua Pegunungan. Ternyata Pratu F tidak tewas tertembak, melainkan terjun ke jurang sedalam 140 meter saat menghindari serangan KKB.
Kapuspen TNI Laksda Julius Widjojono mengatakan saat itu Pratu F bersama 35 prajurit lainnya dikepung KKB saat mencoba menyelamatkan pilot Susi Air.
"Dikepung dari atas, kiri, kanan samping tebing. Nah mencoba menyerang, yang bawah itu ternyata ada seperti ada surprise," kata Julius saat dihubungi, Minggu (23/4/2023).
Sesaat setelahnya, para prajurit diserang KKB. Untuk menghindari serangan, Pratu F pun terjun ke jurang setinggi 140 meter hingga meninggal dunia.
"Jadi escape-nya dia itu lompat ke jurang itu, tapi tidak ada luka tembak senjata masih ada. (Penyebab meninggal) karena mencoba untuk escape dari serangan," ujarnya.
Dalam peristiwa tersebut, dilaporkan lima prajurit gugur. Mereka yakni Pratu F, Pratu Ibrahim, Pratu M Arifin, Pratu Kurniawan, dan Prada Syukra.
Julius mengatakan, setelah insiden tersebut operasi pencarian pilot Susi Air masih terus dilanjutkan. Hanya saja, status operasi di sana berubah menjadi siaga tempur seperti yang sudah disampaikan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono sebelumnya.
Siaga Tempur Operasi
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono mengatakan status operasi di Nduga, Papua Pegunungan, ditingkatkan menjadi siaga tempur imbas serangan KKB menyebabkan 1 prajurit gugur, 4 luka-luka, dan 4 lainnya hilang. Yudo menegaskan peningkatan status operasi itu diperlukan saat ini.
"Dari awal saya sudah katakan kita akan melakukan operasi penegakan hukum, yakni dengan cara soft approach. Tapi dengan kondisi seperti ini, khususnya di daerah tertentu, ya kita ubah operasinya menjadi operasi siaga tempur," kata Yudo saat jumpa pers di Mimika, Papua Tengah, dilansir detikSulsel, Selasa (18/4/2023).
Yudo menjelaskan, peningkatan status operasi ini untuk meningkatkan naluri bertempur prajurit. Dia lalu membandingkan status operasi yang dilakukan di Laut Natuna.
"Jadi kalau TNI di Laut Natuna itu operasi siaga tempur laut. Nah kalau di sini ada operasi siaga tempur darat. Artinya, ditingkatkan dari soft approach menjadi operasi siaga tempur. Agar apa, pasukan kita terbangunnya naluri tempurnya," tegasnya.
Namun Yudo menuturkan operasi humanis tetap dilakukan untuk seluruh masyarakat Papua. Hal itu dilakukan untuk bersama-sama TNI dan masyarakat menjaga keamanan.
"Saya jelaskan operasi humanis itu bukan untuk KKB. Itu untuk semua masyarakat Papua di daerah operasi. Tapi kalau KKB melakukan kontak tembak kita humanis, ya habis kita," tegasnya.
(wnv/dek)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar