90 Persen Hepatitis B Ditularkan Ibu ke Anak, Bagaimana Mencegahnya? - CNN Indonesia

90 Persen Hepatitis B Ditularkan Ibu ke Anak, Bagaimana Mencegahnya?

CNN Indonesia
Kamis, 18 Mei 2023 11:26 WIB
Ilustrasi. Sebanyak 90 persen kasus hepatitis B di Indonesia ditularkan dari ibu ke anak. (Pixabay/RitaE)
Jakarta, CNN Indonesia --

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Syahril mengatakan, mayoritas temuan kasus hepatitis B di Indonesia terjadi akibat penularan dari ibu ke anak. Penularan terjadi baik sejak dalam kandungan, saat proses kelahiran, atau bahkan saat menyusui.

"Penularan hepatitis B didominasi oleh penularan secara vertikal dari ibu ke anak, mencapai 90-95 persen kasus. Sementara penularan secara horizontal sekitar 5-10 persen kasus," kata Syahril, Selasa (16/5).

Lantas bagaimana langkah pencegahan untuk menekan penularan hepatitis B dari ibu ke anak?

Dokter spesialis obstetri dan ginekologi Muhammad Fadli mengatakan bahwa anak yang lahir dari ibu dengan hepatitis B memiliki risiko 90 persen terinfeksi virus yang sama.

Pilihan Redaksi

"Jika ibu hamil terdeteksi HBsAg positif atau terkena virus hepatitis B, maka ada kemungkinan anaknya bisa terkena infeksi sekitar 90 persen dari ibu yang terkena hepatitis B," ucap Fadli saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (17/5).

Nantinya, bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis akan mendapatkan immunoglobulin atau HBIg dalam waktu 12 jam pertama setelah dilahirkan.

Immunoglobulin sendiri, jelas Fadli, bisa didapat secara gratis dan diambil di puskesmas dengan membawa hasil hepatitis B positif.

Lantas apakah ibu hamil yang terpapar hepatitis B harus melahirkan dengan operasi caesar? Jawabannya adalah tidak.

"Ibu dengan hepatitis B tidak harus menjalani operasi caesar. Indikasi untuk melakukan caesar adalah indikasi obstetri, bukan hanya disebabkan oleh hepatitis B saja," jelasnya.

Bagi ibu yang melakukan persalinan normal tetap harus dipastikan bahwa prosesnya berjalan dengan lancar dan bayi tidak terpapar oleh darah atau plasenta dari ibu.

"Harus dijaga jangan sampai ketubannya pecah lama, ada terkontaminasi darah. Dilakukan banyak tindakan seperti alat bantu persalinan. Jangan sampai kecampur darah dan terpapar darah banyak," ucap Fadli.

Sebelumnya, Syahril mengimbau agar pemutusan penularan penyakit hepatitis B di Indonesia dilakukan sedini mungkin. Khusus untuk kasus hepatitis B perlu dilakukan deteksi dini minimal 80 persen ibu hamil diperiksa terintegrasi dengan HIV dan sifilis.

"Pemberian vaksin hepatitis B secara lengkap dan tepat dapat menurunkan prevalensi hepatitis B. Tetapi masih terdapat permasalahan yang harus dihadapi, yaitu risiko menjadi sirosis dan hepatoma, serta belum ada pengobatan yang efektif," ujar Syahril.

Sementara bayi yang lahir dari ibu yang reaktif HBsAg diberikan vitamin K, HB0, dan HBIg kurang dari 24 jam.

"Sebab dengan adanya DDHB beban negara berkurang karena dapat dicegah penularannya," lanjut dia.

(del/asr)

Baca Juga

Komentar