Sweet Bean: antara dorayaki kacang merah dan penyakit kusta - ungbowie

Sweet Bean: antara dorayaki kacang merah dan penyakit kusta

Saat mencari hal yang ingin di tonton apa yang pertama kali ada di kepala kita? Terhibur apa tidak? Seru ga?..artis nya kah? Cerita nya? Atau mau cari efek dari film tersebut terhadap diri kita atau dengan sekeliling kita??

Saya pribadi sekarang jika ingin menonton film mencari sesuatu yg bisa memberikan stimulant terhadap otak dan hati..atau memang sudah berumur aja..*ups

Saya bukan termasuk pencinta film-film festival tapi bukan anti juga, kadang film festival lebih mempunyai visi dan mempunyai efek dalam kehidupan kita, salah satu nya film garapan Sweet bean atau AN (Red Bean), film garapan sutradara wanita jepang, Naomi Kawase, di garap dengan indah dan berkesan, Sentuhan budaya dan kedekatan kultural sangat terasa.

Tokoh sentral film ini Sentaro, seorang pria paruh baya yang menjalankan sebuah toko dorayaki kecil sering dikunjungi oleh penduduk setempat dan murid sekolah menengah. Ketik sebuah pengumuman yang mengatakan bahwa ia sedang mencari asisten, tiba-tiba Tokue, seorang wanita pada pertengahan tujuh puluhan, yang menyatakan bahwa dia selalu ingin bekerja di sebuah toko dorayaki. Sentaro awalnya menolak lamarannya, takut bahwa pekerjaan terlalu banyak untuk wanita tua yang, apalagi, memiliki tangan yang agak cacat. Namun, ketika ia mencoba pasta kacang yang di buat Tokue. Yang mempunyai rasa dan tekstur yang jauh lebih unggul dengan dari pasta kacang buatan pabrik. Sentaro meminta Tokue untuk mulai membuat pasta kacang dengan dia, mengungkapkan bahwa sampai sekarang ia tidak benar-benar menyukai produk sendiri. Bisnis mulai berkembang pesat, Tokue juga mulai melayani pelanggan dan mengemas dorayaki.

Ketika pelanggan menyadari bahwa cacat tangan Tokue ini disebabkan oleh penyakit kusta mereka mulai tinggal jauh, bagaimanapun, dan Sentaro dipaksa untuk membiarkan Tokue pergi. Wakana, seorang gadis sekolah yang telah berteman Sentaro, akhirnya menunjukkan bahwa mereka pergi dan mengunjungi Tokue di sanatorium di mana ia dan pasien lainnya dipaksa untuk tinggal sampai 1996 pencabutan 1953 Kusta Hukum Pencegahan. Sentaro merasa bersalah karena ia tidak mampu melindungi Tokue terhadap prasangka dari pelanggan mereka, tapi dia meyakinkannya bahwa dia berterima kasih atas waktu dia diizinkan untuk menghabiskan di toko.

Cerita yang sederhana namun di garap dengan sangat baik, menjadikan film ini sangat patut di nikmati bersama keluarga, teman dan kerabat, kenapa? Ya karena ini film kelurga..

Penggarapan yang apik oleh Naomi di dukung dengan acting yang sangat natural yang di bawakan oleh aktris senior, Kirin Kiki sebagai Tokue, seorang mantan penderita kusta yang sangat mendambakan bisa hidup berbaur dengan orang normal, disini kita bisa melihat canggung nya saat berinteraksi dengan orang lain, namun mempunyai passionate dalam membuat masakan, semua nya penuh dengan perasaan.

Kita juga dapat melihat film ini diawali dengan bermekaran nya bunga sakura, tapi dengan perkembangan cerita film ini atmosfernya berubah dengan berguguran nya bunga-bunga tersebut, dan kembali bermekaran pada akhir cerita.

Perkembangan karakater nya juga terasa, seperti yang di bawakan dengan apik oleh Masatoshi Nagase sebagai Sentaro, seorang penjual dorayaki yang awal nya tidak mempunyai gairah dalam bekerja, hingga dia mendapatkan arti nya hidup ini lewat dorayaki.

Chemistry antara pemain/actor yang baik, di dukung dengan skrip yang sangat baik, dengan banyak unsur surprise dan puitis yang tidak di paksakan ketika di ucapkan membuat film ini sangat bisa di nikmati.

Dapat di katakan bahwa Naomi Kawase sangat memahami interaksi dan hubungan antara kultur Negara, dorayaki, sakura, red bean…pasti jepang!! penggarapan karakter masing-masing juga sangat kuat di bangun dengan sebuah pemahaman yang baik terhadap fungsi dan visi karakternya..Setiap adegan di garap dengan pemahaman terhadap cerita dan tujuan dari film tersebut.