Bingung Membedakan Antara Beracun dan Berbisa, Ternyata Begini Caranya
Selasa, 28 Maret 2023 - 23:22 WIB
A A A
WASHINGTON - Tumbuhan beracun dan hewan berbisa sama-sama berbahaya dan dapat membunuh, jadi harus diwaspadai. Namun, istilah racun (poison) dan bisa (venom) tidak dapat disamakan atau dipertukarkan karena memiliki perbedaan yang subtansi.
Secara sederhana ular disebut berbisa, sedangkan untuk buah atau tumbuhan disebut beracun. Jadi, istilah bisa itu jika disuntikkan langsung oleh hewan, sedangkan racun bekerja secara pasif, seperti disentuh atau ditelan.
“Jika Anda menggigitnya dan Anda sakit, itu beracun. Sebaliknya, jika itu menggigit atau menyengat Anda dan Anda sakit, itu berbisa," kata Jason Strickland, seorang ahli biologi di University of South Alabama dikutip dari laman Live Science, Selasa (28/3/2023).
Secara sederhana ular disebut berbisa, sedangkan untuk buah atau tumbuhan disebut beracun. Jadi, istilah bisa itu jika disuntikkan langsung oleh hewan, sedangkan racun bekerja secara pasif, seperti disentuh atau ditelan.
“Jika Anda menggigitnya dan Anda sakit, itu beracun. Sebaliknya, jika itu menggigit atau menyengat Anda dan Anda sakit, itu berbisa," kata Jason Strickland, seorang ahli biologi di University of South Alabama dikutip dari laman Live Science, Selasa (28/3/2023).
Baca Juga
Dalam sebuah artikel penelitian yang diterbitkan pada tahun 2013 di jurnal Biological Review, para ilmuwan mengusulkan kategori ketiga dari racun alami, yaitu "toxungens". Toxungens secara aktif disemprotkan atau dilemparkan ke arah korbannya tanpa suntikan, misalnya ular kobra yang meludah dapat memuntahkan racun dari taringnya.
Tidak peduli bagaimana racun dan bisa dikirim, bahan kimia beracun ini adalah senjata yang sangat efektif antara pemangsa dan mangsa. Dalam beberapa kasus, seekor hewan dapat menggunakan racunnya untuk menyerang dan bertahan.
Kobra penyembur, seperti kobra penyembur berleher hitam (Naja nigricollis) dan kobra Filipina (Naja philippinensis), mengeluarkan racun untuk membela diri saat menghadapi ancaman dan menyuntikkan racun ke mangsanya untuk berburu. Fakta ini menjadikan mereka makhluk beracun dan berbisa.
Terkadang, dua metode berbeda digunakan untuk tujuan yang sama. Salamander api (Salamandra salamandra) membela diri dengan racun di kulitnya dan racun yang disemprotkan dari matanya. Hal ini membuatnya juga disebut hewan beracun dan berbisa.
Baca Juga
Secara biologis, semua zat beracun ini juga sangat beragam. Bisa telah berevolusi secara mandiri lebih dari 100 kali, pada makhluk yang beragam seperti ular, kalajengking, laba-laba, dan siput kerucut. Mereka juga sangat umum karena setidaknya, sekitar 15% dari semua spesies hewan di Bumi berbisa.
Sedangkan banyak dari bisa alami ini terdiri dari senyawa yang bekerja dengan cara berbeda. Misalnya, neurotoksin (seperti yang ditemukan dalam bisa ular mamba), menyerang sistem saraf. Sementara hemotoksin (seperti yang ditemukan di bisa ular kepala tembaga menyerang sistem darah.
Mode serangan yang berbeda juga dapat mencerminkan bagaimana bisa digunakan. Misalnya, semut berbisa sering menggunakan racunnya sebagai mekanisme pertahanan, sehingga menyebabkan rasa sakit segera untuk menghalau penyusup. Racun ular, sebaliknya, melumpuhkan korbannya sehingga ular itu bisa makan.
Sementara itu, beberapa hewan beracun bisa langsung menyebabkan kematian jika tertelan, seperti katak panah beracun dari genus Phyllobates. Makhluk-makhluk ini menggunakan batrachotoxin, yang merusak pensinyalan listrik dalam tubuh, secara efektif menghentikan aktivitas jantung dan saraf.
Baca Juga
Jadi perbedaan antara racun, bisa, dan toxungen tampak berbaur atau secara sembarangan dianggap sama, itu karena sangat tipis perbedaannya. Belum lagi, dalam beberapa bahasa, hanya ada satu kata untuk "racun" untuk menyebut racun dan bisa. Dalam bahasa Spanyol, misalnya, keduanya diterjemahkan sebagai "veneno", dan dalam bahasa Jerman, keduanya diterjemahkan sebagai "Gift".
Komentar
Posting Komentar