Changeling: Anakku Bukan Anakku
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fekspresionline.com%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2Fchangeling.jpg)
Ekspresionline.com–Sejak dulu, fenomena hukum tumpul ke atas dan tajam ke bawah sudah sering terjadi. Rakyat miskin seringkali kalah melawan hukum. Kekalahan demi kekalahan yang terjadi kadang disebabkan oleh pejabat hukum yang korup, maupun produk hukum yang memang tidak berpihak pada rakyat miskin.
Clint Eastwood kemudian mencoba untuk mengejawantahkan ketidakadilan tersebut lewat film Changeling. Diangkat dari kisah nyata, film ini mengurai pelik dan suramnya proses hukum.
Alkisah, Christine (Angelina Jolie) yang baru saja pulang dari bekerja, tidak mendapati anaknya di rumah. Peristiwa hari itu tentu menjadi pukulan yang berat bagi Christine, sebab hanya Walter (Gattlin Griffith), anaknya, satu-satunya keluarga yang tersisa. Karena kekhawatiran dan kepanikan tersebut, ia pun akhirnya melapor ke kepolisian kota Los Angeles (LAPD). Laporan Christine pun diterima oleh LAPD.
Singkat cerita, polisi mengabarkan bahwa anak Christine telah ditemukan. Christine senang bukan kepalang mendengar kabar tersebut. Ia pun menunggu di stasiun tempat kepolisian berjanji mengembalikan anaknya.
Nah, di sinilah terjadi adegan yang begitu menyentuh. Unsur drama pada naskah yang dibuat oleh Eastwood begitu kuat pada adegan di stasiun ini. Untuk mengetahui apa yang terjadi, silakan tonton filmnya terlebih dahulu.
Hari demi hari berselang, Christine mulai muak dengan keadaan anaknya. Ibu macam apa yang terima bila dipaksa untuk mengakui seorang anak yang ternyata bukan anaknya? Begitu pula yang terjadi dengan Christine. Sampai suatu ketika amarahnya memuncak dan secara spontan menghardik anaknya tersebut, “Aku bukan ibumu!”. Emosi yang terpancar dari akting Angelina Jolie patut diacungi jempol pada adegan ini.
Kata changeling sendiri berasal dari bahasa Inggris, yang menurut Merriam-Webster bermakna “anak yang semenjak masa bayi ditukar secara rahasia”.
Fenomena changeling berawal dari legenda Eropa pada abad pertengahan. Dikutip dari Britannica, peristiwa changeling berdasarkan legenda merupakan ulah peri jahat yang menculik bayi, dan kemudian mengubah wujudnya untuk menggantikan bayi yang ia culik.
Para orang tua pada masa itu tidak begitu melihat perbedaan saat mendapati “anak” mereka pertama kali. Namun, sifat jahat yang dibawa oleh peri jahat tidak hilang. Sehingga, dalam beberapa waktu, para orang tua akan sadar bahwa yang mereka timang adalah bayi “jadi-jadian”.
Fenomena changeling juga sempat ditulis oleh sejarawan abad pertengahan asal Inggris, Ralph of Coggeshall. Menurut Ralph, masa bayi merupakan masa yang rentan bagi manusia untuk kerasukan setan. Ralph yang juga merupakan seorang biarawan menjelaskan bahwa bayi yang belum dibaptis sangat rentan untuk menjadi korban changeling.
Kongkalikong Menyalahgunakan Kekuasaan
Bukan rahasia lagi bila penguasa kerap menggunakan pers sebagai media pencitraan dengan modal dan kekuasaan yang dimiliki. Mereka menyadari peran pers sebagai media penyiaran—sehingga mudah untukn menyebarkan citra baiknya. Hal tersebut digambarkan pula pada film ini.
Sebenarnya, penemuan anak palsu oleh LAPD hanya merupakan dalih untuk memperbaiki citranya. Hilangnya Walter merupakan buntut panjang dari kasus-kasus changeling lain yang sebelumnya tidak pernah berhasil dibongkar. Inkompetensi penyidik kepolisian inilah yang kemudian menurunkan kepercayaan publik terhadap instansi tersebut.
Nah, pencapaian palsu kepolisian dalam menemukan anak Christine ini kemudian dijadikan alasan bagi kepolisian untuk mengundang media dan memberitakannya. Hal ini terbukti dengan banyaknya awak pers yang ikut serta dalam momen penyerahan anak palsu Christine.
Pertarungan wacana yang kemudian terjadi di antara Christine dan LAPD menarik untuk diperbincangankan. Sebab, Eastwood begitu rapi menampilkan pertarungan “David vs Goliath”—meskipun kita semua tahu siapa pemenangnya.
LAPD digambarkan sangat tidak ingin kehilangan muka di depan masyarakat Los Angeles. Lantas, berbagai persekusi dilakukan terhadap Christine demi menghentikan upayanya mengungkap kebenaran. Namun, salut untuk Christine, ia tidak gentar sedikitpun.
Dari gejolak itulah abuse of power bermula. Demi menutupi kesalahan karena menemukan anak palsu, LAPD mencoba mengkriminalisasi Christine. Pihak kepolisian menggunakan kekuasaannya untuk membungkam Christine yang kala itu gencar mencari kebenaran. Mereka memasukkan Christine ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) tanpa melalui prosedur yang jelas. Kepala kepolisian Los Angeles secara sepihak mengirim Christine ke RSJ lantaran dianggap kerap berhalusinasi tentang anaknya.
Sialnya bagi Christine, pihak RSJ menerima begitu saja ketika ia dimasukkan ke dalam RSJ. Menurut pihak RSJ, siapa saja yang direkomendasikan oleh kepolisian akan diloloskan dari tes dan langsung dikarantina. RSJ dengan semena-mena menuruti kemauan kepala LAPD yang dibekingi Walikota Los Angeles.
Penyalahgunaan wewenang merupakan tindakan untuk melakukan dominasi simbolis dengan menggunakan kapital yang dimiliki. Kapital ini bukan persoalan uang semata. Pierre Bourdieu mengklasifikasikan kapital sebagai keuntungan individu untuk bertarung dalam arena sosial dalam 3 unsur, yaitu kapital ekonomi; kapital budaya; dan kapital sosial.
Pada kasus Christine, polisi dan RSJ sama-sama memanfaatkan kapital budaya dan kapital sosial untuk dapat memenangkan pertarungannya. Komunikasi yang terjadi di antara keduanya, yang sama-sama memiliki otoritas, menyebabkan dominasi. Sehingga, dengan mudah mengatur pergerakan Christine yang ngotot ingin menyingkap tabir kebenaran.
Satu-satunya yang bisa Christine lakukan adalah terus mencoba. Beruntung ada yang memihak pada dirinya, yaitu Pendeta Gustav yang juga merupakan penyiar radio lokal milik gereja Los Angeles. Akhirnya, kebenaran terungkap setelah penyidik LAPD berhasil membongkar sindikat penculikan anak.
***
Untuk film berdurasi 140 menit, konfilk yang terjadi disajikan dengan cukup: tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Namun, justru kompleksitas yang ingin Eastwood sajikan nampak terlalu simpel terjadi. Pertarungan wacana antara Christine dengan LAPD, misalnya, cukup mudah ditebak. Sedangkan konflik sampingan, seperti munculnya anak kecil yang menjadi tangan kanan si penculik, terlalu mudah untuk bisa disebut kebetulan.
Meski demikian, film ini patut untuk Anda masukkan dalam daftar tonton pekan ini. Film yang diproduksi tahun 2008 ini bernilai cukup bagus di beberapa situs kritik film. Audiens pada RottenTomatoes memberikan nilai 82%. Sementara, di Metacritic, film yang menghabiskan dana USD 55 juta ini mendapatkan nilai 7,8 dari audiens.
Adilan Azmy
Editor: Fadli Muhammad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar