Garuda Indonesia Berharap Merger Pelita Air Diselesaikan dengan Cepat
Tangerang, Beritasatu.com - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) sedang mempertimbangkan rencana penggabungan usaha (merger) dengan PT Pelita Air Service, anak usaha Pertamina. Proses pengkajian merger dilakukan secara menyeluruh, mencakup aspek finansial, prospek bisnis, hingga keputusan yang menguntungkan semua pihak terlibat.
"Dalam diskusi kami membahas peluang pasar ke depan, detailnya, dan bagaimana implikasinya dari segi finansial. Setelah selesai dengan Pertamina, kami akan menyampaikan opsi-opsi yang ada kepada pemegang saham," kata Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, kepada Investor Daily di kantor Garuda Indonesia di Tangerang, Banten, pada Rabu (30/8/2023).
Irfan menambahkan bahwa opsi-opsi tersebut mencakup komposisi saham yang diusulkan hingga posisi di pasar. Semua rincian ini akan disampaikan kepada pemegang saham. Dia juga menyatakan bahwa pertemuan dan diskusi lebih mendalam dengan Menteri BUMN Erick Thohir dan Dirut Pertamina akan berlangsung untuk memutuskan langkah yang akan diambil.
BACA JUGA
Irfan menyatakan bahwa rencana korporasi ini kemungkinan tidak akan berlarut-larut. “Kalau melihat gayanya Pak Erick, beliau pasti minta cepat,” ujar dia.
Irfan menekankan bahwa tidak ada yang akan dikorbankan dalam rencana merger tiga maskapai ini. Sebaliknya, tujuan dari aksi korporasi ini adalah untuk meningkatkan nilai dari Garuda, Citilink (anak usaha Garuda di bidang low cost carrier), dan Pelita Air.
Inisiatif merger antara Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air dalam satu klaster penerbangan pertama kali diumumkan oleh Menteri BUMN Erick Thohir dalam acara Indonesia Cafetalk dengan tema Indonesia Diaspora Network Bersama Erick Thohir pada Senin (21/8/2023).
Erick menyatakan bahwa klasterisasi dalam sektor penerbangan merupakan upaya Kementerian BUMN untuk mengurangi biaya logistik yang tinggi di Indonesia. Dengan demikian, diharapkan bahwa beban logistik dalam dunia bisnis akan menjadi lebih ringan di masa depan.
Citilink adalah anak perusahaan dari Garuda, sementara Pelita Air merupakan anak perusahaan dari PT Pertamina. Penggabungan tiga maskapai BUMN ini juga direspons terhadap krisis pasokan pesawat yang dihadapi Indonesia. Menurut Erick, Indonesia menghadapi kekurangan sekitar 200 pesawat jika dibandingkan dengan jumlah pesawat di Amerika Serikat.
Komentar
Posting Komentar