Jepang Mau Buang Limbah Nuklir Fukushima ke Laut, China Murka - CNBC Indonesia

 

Jepang Mau Buang Limbah Nuklir Fukushima ke Laut, China Murka

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
News
Rabu, 23/08/2023 15:23 WIB
Foto: Pemandangan udara menunjukkan tangki penyimpanan air olahan di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi yang lumpuh akibat tsunami di kota Okuma, prefektur Fukushima, Jepang 22 Agustus 2023, dalam foto yang diambil oleh Kyodo. (via REUTERS/KYODO)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jepang bersiap untuk merilis air limbah dari pembangkit nuklir Fukushima, Kamis (24/8/2023). Hal ini memicu reaksi keras dari China yang khawatir pembuangan itu akan mengancam ekosistem laut.

Sebelumnya, Pemerintah Jepang menegaskan akan mengambil semua langkah yang mungkin dilakukan untuk menjamin keselamatan, mencegah dampak buruk terhadap reputasi, dan mendukung kelangsungan mata pencaharian di industri maritim. Ini sesuai dengan petunjuk Badan Atom Internasional (IAEA).

"Jepang akan mengambil semua tindakan yang mungkin dilakukan untuk menjamin keamanan pembuangan limbah ke laut bahkan setelah pembuangan limbah tersebut dimulai, dan tidak akan membuang limbah apa pun yang dapat berdampak buruk terhadap kesehatan atau lingkungan," tulis Tokyo dalam sebuah keterangan kepada CNBC Indonesia, Rabu (23/8/2023).

Jepang juga menitikberatkan kembali bahwa dari IAEA sendiri, pembuangan tersebut telah konsisten dengan standar keselamatan internasional. Negeri Sakura menambahkan dampak radiasi terhadap manusia dan lingkungan dapat diabaikan.

"Kami akan terus memberikan informasi dengan komprehensif dan mengambil tindakan yang diperlukan berdasarkan bukti ilmiah dengan cara yang sangat transparan, termasuk tindakan pencegahan terhadap upaya penyebaran disinformasi untuk memastikan pemahaman yang benar di Jepang dan luar negeri."

Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida juga telah berkomunikasi terkait resiko pembuangan ini kepada Ketua Federasi Nasional Asosiasi Koperasi Perikanan, Masanobu Sakamoto, Senin lalu. Kishida berusaha meyakinkan komunitas nelayan bahwa pembuangannya aman.

Menjelang pertemuan tersebut, Sakamoto mengatakan penolakan kelompoknya terhadap rencana tersebut "tidak berubah sedikit pun". Ia mengatakan mereka memahami bahwa pelepasan air tersebut aman secara ilmiah, namun masih khawatir akan kerusakan.

Kishida mengakui keprihatinan itu tetapi menegaskan bahwa pelepasan air "sama sekali bukan sesuatu yang dapat ditunda jika ingin menonaktifkan pembangkit nuklir Fukushima dan menghidupkan kembali daerah tersebut".

"Saya berjanji bahwa kami akan mengambil seluruh tanggung jawab untuk memastikan industri perikanan dapat terus mencari nafkah, meskipun itu akan memakan waktu puluhan tahun," katanya kepada wartawan, Senin.

China 'Ngamuk'-Korsel Khawatir

Meski telah berupaya meyakinkan domestik maupun internasional, keputusan Jepang untuk membuang air limbah pembangkit yang rusak akibat Tsunami 2011 itu masih ditentang oleh negara lain. China pada Selasa telah memanggil Duta Besar Jepang terkait hal ini dan telah melarang impor hasil laut dari lokasi dekat pembangkit.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin pada hari Selasa menuduh Tokyo "sangat egois dan tidak bertanggung jawab" dengan terus melakukan pembuangan air limbah nuklir. Ia menambahkan bahwa laut harus diperlakukan sebagai barang umum bagi umat manusia "bukan saluran pembuangan air Jepang yang terkontaminasi nuklir."

"China sangat mendesak Jepang untuk menghentikan kesalahannya, membatalkan rencana pembuangan ke laut, berkomunikasi dengan negara-negara tetangga dengan tulus dan niat baik, membuang air yang terkontaminasi nuklir dengan cara yang bertanggung jawab dan menerima pengawasan internasional yang ketat," kata Wang pada konferensi pers.

Kepala Eksekutif Hong Kong John Lee "sangat menentang" pembuangan air limbah dari pembangkit listrik Fukushima. Menanggapi pengumuman Jepang, Hong Kong mengumumkan pembatasan impor beberapa produk makanan Jepang.

Kekhawatiran juga timbul di Korea Selatan (Korsel). Meski sejauh ini membatalkan keberatannya terhadap pelepasan limbah tersebut, partai-partai oposisi dan banyak warga Negeri Ginseng khawatir mengenai dampak pelepasan tersebut terhadap keamanan pangan.

Tak hanya pemerintahan, Greenpeace menggambarkan proses penyaringan tersebut memiliki kelemahan. Lembaga memperingatkan bahwa sejumlah besar bahan radioaktif akan tersebar ke laut dalam beberapa dekade mendatang.

Baca Juga

Komentar