Studi Bongkar Sumber-sumber Polusi Udara Radius 200 Km dari Jakarta By CNN Indonesia

 

Studi Bongkar Sumber-sumber Polusi Udara Radius 200 Km dari Jakarta

By CNN Indonesia
cnnindonesia.com
Ilustrasi. Studi ungkap sumber polusi udara tidak hanya di dalam kota, tapi juga ada kontribusi emisi dari luar Jakarta dalam radius 200 kilometer. (Foto: REUTERS/WILLY KURNIAWAN)
Jakarta, CNN Indonesia --

Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) mengungkap sumber-sumber polusi udara di Jakarta tidak hanya di dalam kota, tapi juga ada kontribusi emisi dari luar Jakarta di radius 200 kilometer.

"Dengan menganalisis emisi dalam wilayah yang lebih luas, dengan menggunakan radius 200 km sebagai ilustrasi, terungkap bahwa terdapat beberapa sumber utama: pembangkit listrik, transportasi, industri, dan pembakaran terbuka," menurut lembaga nirlaba itu dalam keterangan tertulisnya, Rabu (30/8).

CREA menyebutkan pembakaran terbuka mencakup pembakaran limbah dan pembakaran sisa pertanian. Selain itu, kebakaran hutan yang terletak jauh dari Jakarta terkadang memberikan kontribusi yang juga signifikan.

Polutan utama dalam polusi udara di Jakarta adalah Particulate Matter (PM). Ini merupakan salah satu jenis polutan berdasarkan ukurannya, terdiri dari PM10 dan PM2.5 (di bawah 2,5 mikron). Umumnya, jenis ini berasal dari asap kendaraan bermotor dan industri.

"Pencemaran PM2.5 di Jakarta tidak hanya disebabkan oleh emisi PM2.5 saja, tetapi juga emisi polutan lain yang diubah menjadi partikel PM2.5 di udara, seperti emisi SO2 (sulfur dioksida) dan NOx (nitrogen oksida)," kata CREA.

Sektor ketenagalistrikan menjadi sumber emisi SO2 yang dominan (93 persen), sedangkan transportasi merupakan sumber emisi NOx terbesar (56 persen), disusul oleh sektor ketenagalistrikan dan industri.

Pembakaran biomassa dan limbah merupakan sumber emisi PM terbesar, diikuti oleh transportasi. Biomassa digabungkan dengan sektor pertanian, komersial, dan perumahan, dan bersama dengan pembakaran limbah, menghasilkan 47 persen emisi PM.

Berikut rincian sumbangsih masing-masing sektor berdasarkan data CREA:

1. PM


Pembangkit listrik 4 persen
Transportasi 44 persen
Industri manufaktur 4 persen
Sisa pertanian pembakaran terbuka 36 persen
Komersial dan residensial 6 persen
Limbah padat dengan pembakaran terbuka 5 persen
Lainnya 1 persen

2. SO2

Pembangkit listrik 93 persen
Transportasi 5 persen
Industri manufaktur 2 persen
Sisa pertanian pembakaran terbuka 0 persen
Komersial dan residensial 0 persen
Limbah padat dengan pembakaran terbuka 0 persen
Lainnya 0 persen

3. NOx

Pembangkit listrik 27 persen
Transportasi 56 persen
Industri manufaktur 14 persen
Sisa pertanian pembakaran terbuka 1 persen
Komersial dan residensial 1 persen
Limbah padat dengan pembakaran terbuka 0 persen
Lainnya 0 persen

Penjelasan BMKG

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya juga mengungkap sejumlah sumber polusi udara di Jakarta dan sekitarnya.

"Buruknya kualitas udara di suatu wilayah disebabkan oleh banyak faktor seperti kendaraan bermotor hingga sektor energi seperti PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)," kata Plt. Deputi Bidang Klimatologi di BMKG Ardhasena Sopaheluwakan, saat dihubungi beberapa waktu lalu.

"Emisi yang dikeluarkan oleh PLTU memang merupakan salah satu faktor penyebab buruknya kualitas udara tapi bukan merupakan satu satunya faktor," kata dia menambahkan.

Ardhasena mengatakan buruknya kualitas udara di suatu wilayah merupakan akumulasi dari berbagai aktivitas manusia, seperti kendaraan bermotor hingga sektor energi seperti PLTU.

Berdasarkan pantauan Satelit TROPOMI terhadap Total Kolom NO2 (Nitrogen Dioksida), Ardhasena juga mengungkap ada indikasi kontribusi pencemaran udara lintas batas dari wilayah luar Jakarta.

NO2 merupakan salah satu polutan udara yang bersumber dari pembakaran bahan bakar fosil.

"Hal ini dimungkinkan karena pergerakan angin di sekitar wilayah Jakarta dari sumber emisi," jelas Ardhasena.

Namun demikian, sumber emisi lokal dari sektor-sektor lain seperti transportasi dan industri, baik di dalam maupun di area sekitar Jakarta juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kondisi kualitas udara di Jakarta.

Temuan CREA juga menegaskan keterangan BMKG soal polusi lintas batas sekaligus membantah pernyataan KLHK yang menyebut aktivitas PLTU, utamanya Suralaya, Banten, tak mencemari kualitas udara di Jakarta.

Dengan menggunakan metode meteorologi The Air Pollution Model (TAPM) dan metode penyebaran Calpuff (simulasi dengan berbagai variasi kondisi cuaca) sepanjang 2014,CREA mengungkap emisi dari sejumlah PLTU itu terbawa hingga ke Jakarta.

Dampak emisi sejumlah PLTU terhadap kualitas udara di Jakarta itu juga bergantung dengan arah, kecepatan angin, serta faktor atmosfer lainnya.

(tim/dmi)

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya