Lubang Hitam Ini Memangsa Bintang yang Sedang Sekarat, Seperti Tombol Saklar - Antariksa - Republika

 

Lubang Hitam Ini Memangsa Bintang yang Sedang Sekarat, Seperti Tombol Saklar - Antariksa

NASA -- Tampaknya kosmos dilengkapi dengan saklar lampu tersendiri. Sekitar 500 juta tahun cahaya jauhnya, sebuah bintang malang seukuran matahari kita tersedot ke dalam lubang hitam kecil, merenggut semua cahayanya.

Para astronom menemukan situasi tersebut karena mereka melihat kilatan cahaya cemerlang yang menyertai peristiwa itu. Kilatan ini tampak meletus ketika materi bintang dimakan oleh lubang hitam, kemudian bersinar terang selama tujuh hingga 10 hari sebelum berhenti tiba-tiba, seperti menekan tombol sakelar lampu. Hampir sebulan kemudian, lubang hitam itu kembali menyerang bintang tersebut.

Pertama kali direkam pada Juni 2022 oleh teleskop luar angkasa bernama Neil Gehrels Swift Observatory l, pengamatan ini menunjukkan bintang katai putih bernama Swift J0230, melepaskan massa sejajar tiga kali massa Bumi setiap kali lewat dekat lubang hitam. Para astronom menyebut proses ini sebagai peristiwa gangguan pasang surut, hanya sekitar 100 peristiwa seperti ini yang diketahui sampai sekarang.

Bukan hal yang aneh bagi bintang yang terkoyak sebagian oleh perangai lubang hitam seperti itu. Penelitian sebelumnya menunjukkan kematian setengah seperti itu lebih umum terjadi daripada yang hancur total. Namun, ledakan sebelumnya terjadi setiap beberapa jam atau setahun sekali. Pengamatan baru tim peneliti memberikan titik tengah, yang lain dari biasanya.

“Swift J0230 adalah tambahan yang menarik untuk kelas bintang yang terganggu sebagian karena menunjukkan kepada kita bahwa dua kelas objek yang telah ditemukan ini benar-benar terhubung, dengan sistem baru kami yang memberi kita mata rantai yang hilang,” kata Rob Eyles-Ferris, salah satu peneliti associate di Universitas Leicester Inggris seperti dilansir Space.com, pekan lalu.

Tim peneliti menyebut Swift J0230 sebagai penemuan yang tidak disengaja. Sebab, pengamatan sebelumnya antara Desember 2021 dan Januari 2022 tidak mendeteksi peristiwa yang mengganggu tersebut. Setelah deteksi awal pada Juni, pengamatan reguler terhadap Swift J0230 mengungkapkan penurunan kecerahan bintang secara cepat pada hari keempat. 

Menurut studi baru itu, pada titik itulah ia meredup sebanyak 20 persen hanya dalam waktu 57 kilodetik (15,8 jam). Tak lama kemudian, bintang tersebut menjadi sulit dilihat oleh pengamatan teleskop.

Tebakan terbaik tim itu adalah Swift J0230 berada dekat dengan pusat galaksi, karena di sanalah biasanya lubang hitam berada. Namun perlu dicatat, tempat yang diduga sebagai tempat bintang tersebut juga bertepatan dengan lokasi supernova Tipe-II yang ditemukan pada tahun 2020.

Tim itu juga tidak sepenuhnya mengesampingkan kemungkinan bahwa apa yang mereka lihat sebenarnya adalah ledakan bintang. “Sulit untuk melihat bagaimana supernova bisa berevolusi menjadi objek yang kami deteksi,” tulis para peneliti.

Bagian lubang hitam dari persamaan ini berada di pusat galaksi bernama 2MASX J02301709+2836050, galaksi kecil dengan massa sekitar 10.000 hingga 100.000 kali massa Matahari. Sebagai perbandingan, lubang hitam supermasif di pusat galaksi Bima Sakti kita 4 juta kali lebih besar dari matahari kita, dan banyak lubang hitam lain yang bersembunyi di kedalaman ruang angkasa memiliki massa sekitar 100 juta kali massa matahari.

Penelitian baru ini, yang menandai pertama kalinya sebuah bintang seukuran matahari kita terkoyak, menunjukkan betapa lubang hitam yang relatif kecil adalah monster kosmik yang lapar. Namun, mengapa dia hanya mengganggu sebagian bintang, itu masih belum dipahami dengan baik. 

Sebagian besar penelitian terkini mengenai peristiwa mengganggu berfokus pada jarak sebuah bintang dari lubang hitam sebagai penentu utama sejauh mana bintang tersebut terkoyak. Untuk mempelajari lebih lanjut, tim astronom berbeda pada tahun 2021 telah menggunakan superkomputer untuk mensimulasikan bagaimana delapan jenis bintang terdistorsi ketika mereka mendekati lubang hitam supermasif.

Kamis, 14 September 2023 | 20:38 WIB
Gambar X-ray dari lokasi yang sama di langit sebelum (kiri) dan sesudah (kanan) bintang bernama Swift J0230 meletus. Gambar: Daniele B. Malesani / PanSTARRS (Daniele B. Malesani / PanSTARRS)
Gambar X-ray dari lokasi yang sama di langit sebelum (kiri) dan sesudah (kanan) bintang bernama Swift J0230 meletus. Gambar: Daniele B. Malesani / PanSTARRS (Daniele B. Malesani / PanSTARRS)

Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa kepadatan awal bintang-bintang juga merupakan faktor yang signifikan. Gangguan parsial juga memainkan peran yang signifikan, walaupun sebelumnya diabaikan dalam peristiwa kematian bintang. "Gangguan parsial dapat mengurangi bintang-bintang yang sebelumnya masif, sebelum mereka benar-benar terganggu,” tulis peneliti.

Swift J0230 tampaknya sedang menuju nasib serupa. Penelitian ini dijelaskan dalam makalah yang diterbitkan di jurnal Nature Astronomy edisi 7 September 2023. Sumber: Space.com

Halaman:
Kamis, 14 September 2023 | 20:38 WIB
Gambar X-ray dari lokasi yang sama di langit sebelum (kiri) dan sesudah (kanan) bintang bernama Swift J0230 meletus. Gambar: Daniele B. Malesani / PanSTARRS (Daniele B. Malesani / PanSTARRS)
Gambar X-ray dari lokasi yang sama di langit sebelum (kiri) dan sesudah (kanan) bintang bernama Swift J0230 meletus. Gambar: Daniele B. Malesani / PanSTARRS (Daniele B. Malesani / PanSTARRS)

NASA -- Tampaknya kosmos dilengkapi dengan saklar lampu tersendiri. Sekitar 500 juta tahun cahaya jauhnya, sebuah bintang malang seukuran matahari kita tersedot ke dalam lubang hitam kecil, merenggut semua cahayanya.

Para astronom menemukan situasi tersebut karena mereka melihat kilatan cahaya cemerlang yang menyertai peristiwa itu. Kilatan ini tampak meletus ketika materi bintang dimakan oleh lubang hitam, kemudian bersinar terang selama tujuh hingga 10 hari sebelum berhenti tiba-tiba, seperti menekan tombol sakelar lampu. Hampir sebulan kemudian, lubang hitam itu kembali menyerang bintang tersebut.

Pertama kali direkam pada Juni 2022 oleh teleskop luar angkasa bernama Neil Gehrels Swift Observatory l, pengamatan ini menunjukkan bintang katai putih bernama Swift J0230, melepaskan massa sejajar tiga kali massa Bumi setiap kali lewat dekat lubang hitam. Para astronom menyebut proses ini sebagai peristiwa gangguan pasang surut, hanya sekitar 100 peristiwa seperti ini yang diketahui sampai sekarang.

Bukan hal yang aneh bagi bintang yang terkoyak sebagian oleh perangai lubang hitam seperti itu. Penelitian sebelumnya menunjukkan kematian setengah seperti itu lebih umum terjadi daripada yang hancur total. Namun, ledakan sebelumnya terjadi setiap beberapa jam atau setahun sekali. Pengamatan baru tim peneliti memberikan titik tengah, yang lain dari biasanya.

“Swift J0230 adalah tambahan yang menarik untuk kelas bintang yang terganggu sebagian karena menunjukkan kepada kita bahwa dua kelas objek yang telah ditemukan ini benar-benar terhubung, dengan sistem baru kami yang memberi kita mata rantai yang hilang,” kata Rob Eyles-Ferris, salah satu peneliti associate di Universitas Leicester Inggris seperti dilansir Space.com, pekan lalu.

Tim peneliti menyebut Swift J0230 sebagai penemuan yang tidak disengaja. Sebab, pengamatan sebelumnya antara Desember 2021 dan Januari 2022 tidak mendeteksi peristiwa yang mengganggu tersebut. Setelah deteksi awal pada Juni, pengamatan reguler terhadap Swift J0230 mengungkapkan penurunan kecerahan bintang secara cepat pada hari keempat. 

Menurut studi baru itu, pada titik itulah ia meredup sebanyak 20 persen hanya dalam waktu 57 kilodetik (15,8 jam). Tak lama kemudian, bintang tersebut menjadi sulit dilihat oleh pengamatan teleskop.

Tebakan terbaik tim itu adalah Swift J0230 berada dekat dengan pusat galaksi, karena di sanalah biasanya lubang hitam berada. Namun perlu dicatat, tempat yang diduga sebagai tempat bintang tersebut juga bertepatan dengan lokasi supernova Tipe-II yang ditemukan pada tahun 2020.

Tim itu juga tidak sepenuhnya mengesampingkan kemungkinan bahwa apa yang mereka lihat sebenarnya adalah ledakan bintang. “Sulit untuk melihat bagaimana supernova bisa berevolusi menjadi objek yang kami deteksi,” tulis para peneliti.

Bagian lubang hitam dari persamaan ini berada di pusat galaksi bernama 2MASX J02301709+2836050, galaksi kecil dengan massa sekitar 10.000 hingga 100.000 kali massa Matahari. Sebagai perbandingan, lubang hitam supermasif di pusat galaksi Bima Sakti kita 4 juta kali lebih besar dari matahari kita, dan banyak lubang hitam lain yang bersembunyi di kedalaman ruang angkasa memiliki massa sekitar 100 juta kali massa matahari.

Penelitian baru ini, yang menandai pertama kalinya sebuah bintang seukuran matahari kita terkoyak, menunjukkan betapa lubang hitam yang relatif kecil adalah monster kosmik yang lapar. Namun, mengapa dia hanya mengganggu sebagian bintang, itu masih belum dipahami dengan baik. 

Sebagian besar penelitian terkini mengenai peristiwa mengganggu berfokus pada jarak sebuah bintang dari lubang hitam sebagai penentu utama sejauh mana bintang tersebut terkoyak. Untuk mempelajari lebih lanjut, tim astronom berbeda pada tahun 2021 telah menggunakan superkomputer untuk mensimulasikan bagaimana delapan jenis bintang terdistorsi ketika mereka mendekati lubang hitam supermasif.

Halaman:

Baca Juga

Komentar