Dua Ketakutan Terbesar AS Saat Israel Ngotot Lancarkan Serangan Darat Besar-besaran Masuk Gaza - Halaman all
Dua Ketakutan Terbesar AS Saat Israel Ngotot Lancarkan Serangan Darat Besar-besaran Masuk Gaza
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat dilaporkan menggunakan pengaruh yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap rencana Israel melancarkan darat besar-besaran melawan Hamas di Gaza.
Laporan tersebut menyebut, hal itu bukan lantaran AS menentang Israel dalam rencana operasinya, melainkan menekankan Tel Aviv untuk 'hati-hati' dalam rencana tersebut.
Melototnya AS ke rencana Israel itu disebutkan didasari oleh dua ketakutan besar.
Pertama, Washington khawatir bahwa serangan besar-besaran terhadap Gaza dapat mengobarkan kemarahan seluruh Timur Tengah
Baca juga: Milisi Poros Bersenjata Targetkan AS dan Israel di Semua Front: Dari Yaman, Irak, Hingga Lebanon

"AS khawatir kalau serangan besar-besaran Israel dapat mengakibatkan aktor-aktor regional lainnya ikut serta dalam konflik tersebut," tulis laporan Bloomberg pada Kamis (19/10/2023), mengutip sumber.
Menurut outlet berita tersebut, pada awal konflik, Israel menjanjikan serangan terkoordinasi dari udara, laut dan darat” terhadap Hamas.
"Militernya (Israel) kemudian mengindikasikan bahwa operasi darat “mungkin berbeda dari apa yang Anda pikirkan,” tulis laporan menjelaskan pandangan Israel ke AS soal rencana serangan darat besar-besaran ke Gaza.
Bloomberg mencatat kalau perubahan nada dari AS ini terjadi setelah serangkaian kunjungan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Israel oleh pejabat tinggi AS, termasuk Presiden Joe Biden sendiri.
Baca juga: Jerman Cemas UNIFIL Ditarik dari Perbatasan Israel-Lebanon, Indonesia Kontingen Terbesar Pasukan PBB
Menurut tiga pejabat senior Israel yang tidak disebutkan namanya, yang diwawancarai oleh kantor berita tersebut, peran dan pengaruh AS dalam konflik Israel-Hamas lebih dalam dan intens dibandingkan apa yang dilakukan Washington di masa lalu.
Meskipun AS dilaporkan ingin melihat infrastruktur militer Hamas di Gaza dihancurkan, AS berupaya membatasi korban sipil di daerah kantong Palestina, yang merupakan rumah bagi lebih dari dua juta warga Palestina.
Selain itu, ketakutan besar lain dari Washington adalah serangan darat Israel dapat menarik Hizbullah ke dalam konflik.
"Di mana kelompok militan Islam yang berbasis di Lebanon memelihara hubungan dekat dengan Iran," kata laporan itu.
Hal ini berpotensi membuka konflik kedua, yang dapat membuat seluruh kawasan menjadi kacau dan menggagalkan upaya Gedung Putih untuk menstabilkan Timur Tengah dengan mendorong perdamaian antara Israel dan negara-negara Arab, kata artikel tersebut.
Joe Biden pada Jumat (20/10/2023) mengutuk serangan Hamas terhadap warga sipil Israel.
Dia mengisyaratkan kalau dia akan meminta Kongres AS untuk menyetujui bantuan keamanan tambahan untuk Israel.
Namun, dia mengingatkan Israel untuk tidak dibutakan oleh dendam dan kemarahan.
Sementara itu, pada Kamis, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant bertemu dengan tentara negaranya yang ditempatkan di dekat Gaza.
Pada kesempatan itu, Yoav Gallant mengatakan kepada para tentaranya untuk bersiap menyerang.
“Bersiaplah, bersiaplah” untuk melakukan serangan. Siapa pun yang melihat Gaza dari jauh sekarang, akan melihatnya dari dalam,” katanya.
Konflik antara Hamas dan Israel meletus pada tanggal 7 Oktober ketika kelompok pejuang pembebasan Palestina melancarkan serangan rudal dan serangan darat mendadak ke Israel, yang mengakibatkan ribuan korban tewas dan terluka.
Sebagai tanggapan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan Israel berada dalam keadaan “perang” dan bersumpah akan melakukan pembalasan.
Menurut data resmi terbaru, pertempuran tersebut telah merenggut nyawa lebih dari 3.800 warga Palestina dan 1.400 warga Israel.
(oln/RT/*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar