Jepang Kesulitan Rekrut Warganya untuk Jadi Tentara, Ada Apa? By BeritaSatu - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Jepang Kesulitan Rekrut Warganya untuk Jadi Tentara, Ada Apa? By BeritaSatu

Share This

 

Jepang Kesulitan Rekrut Warganya untuk Jadi Tentara, Ada Apa?

By BeritaSatu.com
beritasatu.com
September 25, 2023
Seorang anggota Pasukan Bela Diri Jepang berdiri di depan peluncur rudal Patriot-3 di Pangkalan Udara Yokota di Tokyo.
Seorang anggota Pasukan Bela Diri Jepang berdiri di depan peluncur rudal Patriot-3 di Pangkalan Udara Yokota di Tokyo.

Tokyo, Beritasatu.com – Sebuah festival digelar di pangkalan militer Jepang di dekat Tokyo, ramai dihadiri pengunjung karena ada permainan dan makanan ringan. Namun stan rekrutmen tentara Jepang sepi pengunjung.

"Inilah kenyataannya. Festival ini selalu ramai, tetapi tidak ada yang datang,” ungkap salah seorang dari dua tentara Jepang yang bertugas di stan rekrutmen militer.

Padahal, Jepang telah meningkatkan belanja pertahanannya secara besar-besaran dalam beberapa tahun terakhir, karena khawatir dengan semakin meningkatnya kekuatan militer Tiongkok di wilayah tersebut, dan frekuensi uji coba rudal Korea Utara.

Para ahli militer Jepang baru-baru ini bahkan menyoroti kemungkinan angkatan bersenjata negaranya akan melemah, karena kekurangan personel.

Meskipun jumlahnya berfluktuasi dari tahun ke tahun, sejak tahun 1990, kekuatan pasukan bela diri, sebutan militer Jepang, telah turun lebih dari tujuh persen menjadi di bawah 230.000 personel.

Pada tahun 2022, jumlah orang yang bergabung jadi tentara Jepang kurang dari 4.000 orang.

Kesulitan merekrut tenaga kerja dialami Jepang, dengan satu dari 10 orang warganya berusia 80 tahun ke atas. Namun, seorang mantan militer Jepang mengaku, bukan hanya demografi yang harus disalahkan.

“Saya malu untuk mengatakan, bahwa saya berada di pasukan bela diri. Itu sama sekali tidak membuat saya bangga,” kata Yuichi Kimura (45), mantan militer yang kini menjalankan sebuah perusahaan untuk membantu mantan tentara mendapatkan pekerjaan sipil.

Ia menyatakan, semangatnya sebagai tentara menjadi rendah, karena gaji yang diterima juga rendah, dan kurangnya ambisi.

Bahkan, banyak warga Jepang yang bergabung jadi tentara dengan harapan bisa menjadi relawan saat terjadi bencana alam. Mereka kecewa karena harus melakukan tugas militer.

“Sebagian besar tentara tidak memikirkan sama sekali tentang pertahanan nasional (ketika mereka bergabung),” kata Kohei Kondo (25), mantan tentara berpangkat sersan.

Kementerian Pertahanan Jepang bersikeras bahwa mereka hanya merekrut kandidat yang sesuai, tetapi menurut laporan media, standar perekrutannya telah menurun, termasuk dalam hal tes psikologi.

Pada bulan Juni, dua tentara tewas ditembak oleh anggota baru dalam insiden penembakan di lapangan tembak militer. “Jepang kini merekrut siapa saja karena tidak ada yang memperkirakan akan terjadi konflik bersenjata", kata Kimura.

Dalam upaya untuk menghentikan penurunan jumlah personelnya, pada tahun 2018 Jepang meningkatkan usia maksimal tentara baru menjadi 32 tahun dari sebelumnya 26 tahun.

Tentara bahkan dilaporkan mempertimbangkan untuk mengizinkan rekrutmen yang memiliki tato, tanda yang secara tradisional diasosiasikan dengan gangster yakuza.

Jepang juga mempertimbangkan meningkatkan proporsi rekrutmen perempuan pada 2030 menjadi 13 persen, dari 9 persen saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages