Sejarah dan Fakta Unik Tentang Batik di Indonesia By BeritaSatu

 

Sejarah dan Fakta Unik Tentang Batik di Indonesia

By BeritaSatu.com
beritasatu.com
August 28, 2023
Ilustrasi Batik.
Ilustrasi Batik.

Jakarta, Beritasatu - Batik di Indonesia sudah dikenal sejak zaman Majapahit, yang pada masa itu, batik tulis menjadi sangat populer. Batik juga berkaitan dengan penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penghasil batik yang berasal dari daerah-daerah santri.

Batik menjadi alat perjuangan ekonomi bagi pedagang Muslim untuk melawan perekonomian Belanda. Berdasarkan catatan sejarah, pengembangan batik mulai dilakukan pada masa Kerajaan Mataram Islam yang harus dibagi menjadi dua bagian yakni Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta, yang didasari oleh perjanjian Giyanti pada 1755.

Terbelahnya dua keraton ini memberikan pengaruh dalam perkembangan batik di kedua daerah, mengingat batik dari wilayah ini memiliki ciri khas masing-masing.

Selanjutnya, batik juga mulai meluas ke daerah Jawa lainnya, seperti di Banyumas dan Pekalongan yang berkembang ketika pasca Perang Diponegoro pada 1830. Saat itu, para pengikut Pangeran Diponegoro menetap di daerah Banyumas dan mengembangkan kain batik dengan motif dan warna khusus.

Batik Pekalongan atau yang dikenal dengan batik pantai mulai berkembang di daerah Buaran, Pekajangan, dan Wonopringgo. Seiring berjalannya waktu, batik Pekalongan mengalami perkembangan yang pesat dan menjadi sumber penghasilan bagi sebagian masyarakat di sana. Berikut fakta unik tentang batik.

Asal-usul Nama Batik
Kata “batik” berasal dari Bahasa Jawa dan merupakan penggabungan dari kata “amba” yang berarti lebar atau luas, dan “titik”. Kedua kata ini memiliki makna membuat atau menulis motif lebar dan titik. Ada juga yang mengartikan menuliskan titik-titik pada kain yang lebar. Dialek dan tata bahasa penduduk lokal saat itu yang selalu menyebut kata “mbatik” untuk menggambarkan proses pembuatan kain tersebut.

Diakui oleh UNESCO
Pada 2003, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization atau UNESCO memasukkan batik dalam daftar warisan budaya dunia. Pada 2 Oktober 2009, di bawah kepemimpinan Presiden Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono melalui keputusan presiden menetapkan tanggal tersebut sebagai Hari Batik Nasional.

Melalui penetapan ini, UNESCO secara resmi menyatakan batik berasal dari Indonesia, sekaligus menjadi penegas untuk Malaysia bahwa batik adalah warisan budaya milik Indonesia. Pada 2021, seorang kontestan Miss World 2021 Lavanya Sivaji pernah menyebut batik sebagai budaya Malaysia dalam sebuah unggahan di media sosial miliknya. Hal ini pun membuat geram masyarakat Indonesia.

Diperkenalkan ke Kancah Internasional
Batik pertama kali diperkenalkan pada dunia saat Sir Thomas Stamford Raffles menjabat sebagai gubernur pada masa pemerintahan Inggris di Indonesia pada 1817. Kemudian pada 1873, seorang pedagang asal Belanda Van Rijckevorsel membawa selembar kain batik dari Indonesia, yang kemudian disumbangkan ke museum etnik di kota Rotterdam, Belanda.

Presiden Republik Indonesia ke-2, Soeharto juga sudah memperkenalkan batik ke kancah internasional sejak pertengahan 1980-an. Hal ini dimulai dengan menjadikan batik sebagai cinderamata bagi para tamu kenegaraan yang berkunjung ke Indonesia.

Pada 1994, ketika Indonesia menjadi tuan rumah KTT Asia-Pacific Economic Cooperation II atau APEC, sebanyak 17 kepala negara dan kepala pemerintahan negara anggota APEC memakai batik tulis dengan corak dan simbol yang unik.

Penyumbang Devisa Negara
Batik sudah dikenal luas oleh masyarakat global dan pernah digunakan banyak tokoh internasional. Hal ini membuat batik sebagai salah satu penyumbang devisa yang besar bagi Indonesia. Pada 2015 lalu, tercatat nilai total ekspor batik ke luar negeri mencapai Rp 2,1 triliun.

Kaya akan Makna
Beberapa motif batik memiliki arti dan makna tersendiri. Sehingga, terdapat beberapa batik yang tidak boleh dikenakan pada acara-acara tertentu. Misalnya, motif batik sidomukti, sidoluhur, dan kawung biasa digunakan sebagai penutup jenazah.

Batik bermotif parang rusak dilarang dikenakan dalam acara pernikahan karena dianggap dapat membawa sial bagi kedua pasangan. Begitu juga dengan batik motif truntum dan sido asih, yang hanya boleh dipakai oleh pengantin.

Baca Juga

Komentar