Israel Ogah Setop Agresi Meski Ditekan Dunia, 'Bola Panas' Tetap di AS

Komunitas dan organisasi internasional ramai-ramai meminta Israel berhenti melancarkan agresi di Gaza, Palestina. Namun, Israel menolak seruan tersebut.
Para pengamat lantas menyarankan komunitas internasional agar melobi Amerika Serikat dan Barat selaku sekutu dekat Israel untuk mendesak Negeri Zionis itu berhenti menyerang Palestina.
"Sikap Israel bisa berubah jika Amerika dan Uni Eropa memberikan tekanan secara langsung dan spesifik," kata pengamat studi Timur Tengah dari Universitas Indonesia Sya'roni Rofii kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sya'roni menilai AS dan negara Barat lain berkontribusi penting terhadap agresi di Gaza lantaran mereka membantu mengirim senjata ke Israel.
Israel kerap menerima bantuan persenjataan dari Amerika Serikat, Inggris, hingga Jerman.
AS bahkan memasok US$10,6 miliar atau setara Rp166 triliun mencakup bantuan ekonomi, militer, dan persenjataan. Pemerintah Joe Biden juga berencana mengirim US$320 juta atau setara Rp5 triliun untuk Israel.
Kucuran bantuan tersebut membuat Israel tetap percaya diri menggempur Palestina "karena sikap abu-abu" Barat.
AS sejauh ini juga hanya mendesak jeda kemanusiaan, alih-alih gencatan senjata. Biden bahkan sempat mengatakan kemungkinan gencatan senjata di Gaza sebagai "tidak ada".
Dalam kesempatan yang lain, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menolak gencatan senjata lantaran takut Hamas menyerang balik Israel.
"Jika sikap Amerika dan Uni Eropa masih abu-abu, tidak tegas, maka bisa jadi Israel akan terus melancarkan serangan," ucap Sya'roni.
Senada, pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia Yon Machmudi menilai AS dan Barat merupakan pihak yang bisa menghentikan agresi Israel.
Namun, hingga kini AS masih menyokong Israel meski belasan ribuan warga sipil tewas karena serangan pasukan Zionis.
Yon lantas menyarankan komunitas internasional, termasuk negara Arab, perlu melobi AS dan Barat agar mereka mendukung gencatan senjata.
"Oleh karena itu, tentu upaya untuk melobi Amerika Serikat dan negara-negara sekutu harus dilakukan agar serangan bisa dihentikan," ucap Yon.
Saat ini, lebih dari 11.100 warga Palestina tewas akibat agresi Israel sejak 7 Oktober lalu. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Palestina, jumlah korban jiwa itu termasuk 4.609 anak-anak dan 3.100 wanita.
Sedangkan, Kementerian Kesehatan mencatat sebanyak 28.200 orang mengalami luka-luka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar