Pemkot Bandung Ternak Nyamuk 'Mahal' untuk Hadapi DBD

Anindyadevi Aurellia – detikJabar
Kamis, 09 Nov 2023 21:30 WIBIlustrasi 'pabrik' nyamuk wolbachia (Foto: Kevin Frayer/Getty Images)
Bandung –
Jelang musim hujan, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) jadi salah satu yang harus diantisipasi di kota Bandung. Mengingat menurut catatan tahun 2023, Kota Bandung menjadi daerah paling banyak ditemukan kasus DBD se-Jawa Barat. Bahkan angka kasusnya tembus lebih dari 1.000 kasus.
Ibu kota Jawa Barat ini terpilih sebagai kota pertama yang bakal mendapat penyebaran nyamuk Wolbachia. Telur nyamuk berjenis aedes aegypti akan diinjeksi kuman Wolbachia. Bakteri yang dapat tumbuh di tubuh serangga ini dianggap mampu melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, sehingga nyamuk itu tak bisa menularkan virus itu ke tubuh manusia.
Ditemui di kantornya, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bandung Ira Dewi Jani menjelaskan bahwa ruangannya pun jadi tempat berkembangnya nyamuk-nyamuk 'mahal' itu. Telur nyamuk dibiarkan berkembang dan menetas pada sebuah ember kecil berisi air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kota Bandung jadi pilot project nyamuk Wolbachia. Kalau penelitiannya udah di Yogya. Suatu kehormatan Kota Bandung bisa jadi tempat pertama kali. Bayangkan saja kasus DBD di Yogyakarta itu sudah turun 77%, jadi siapa yang nggak mau terapkan? Ini ruangan saya nyoba dulu jadi yang pertama. Kira-kira gimana sih nanti kalau ditaruh di rumah warga," ucap Ira pada detikJabar, Kamis (9/11/2023).
Program Wolbachia ini diharapkan akan menjadi salah satu ikhtiar yang bisa menekan kasus DBD.
Tapi, Ira mengaku wajar jika masyarakat mungkin akan merasa asing dengan budidaya nyamuk inovatif ini. Sebab, nyamuk ini tetap bisa menyebabkan gatal dan bentol. Hanya saja, tidak akan mampu lagi menyebarkan virus dengue.
"Wajar sih kalau ada yang belum tahu terus takut. Ini nyamuknya tetap bikin bentol dan gatal. Tapi saya nggak tepuk atuh leubar (sayang), ini istilahnya nyamuk mahal. Jadi nyamuk aedes aegypti yang diinjeksi kuman Wolbachia tadi, sudah aman tidak akan sebarkan DBD. Kemudian nanti akan berkembang biak dengan nyamuk aedes aegypti lainnya," kata Ira menjelaskan.
Ia pun menceritakan bagaimana inovasi canggih pada nyamuk-nyamuk ini. Pertama, telur diinjeksi dengan kuman Wolbachia. Cara ini tentu tidak mudah, sebab butuh teknologi canggih. Bahkan injeksi dan kumannya hanya bisa dilihat di laboratorium vektor besar di daerah Salatiga, Jawa Tengah.
Dijelaskan, jika nyamuk tersebut menggigit pengidap virus dengue, maka virus yang dihisap nyamuk akan mati dengan bakteri wolbachia. Sehingga nyamuk Aedes aegypti tidak bisa menyebarkan virus dengue lagi ke tubuh manusia.
Ira mengungkapkan, wolbachia sering ditemui dalam keseharian. Bakteri tersebut ada di dalam tubuh lalat buah hingga hewan-hewan kecil yang biasanya suka terbang di pisang atau buah-buahan.
"Aides aegypti nanti akan bertelur. Nah telur itu diinjeksi kuman wolbachia. Nanti telurnya akan dibawa kesini dan harus di air supaya bisa menetas. Jadi kalau ada penderita
DBD digigit nyamuk, virus dengue yang pindah ke nyamuk yang ngegigit itu tidak akan menular. Virusnya udah mati, nggak mengandung dengue lagi. Kemudian kuman wobachia juga nggak akan pindah ke kita, nyamuknya nggak akan jadi transmittor," tutur Ira.
Nyamuk wolbachia saat ini masih disiapkan produksinya. Jika jumlahnya sudah cukup, nyamuk-nyamuk ini akan dibawa ke kota Bandung dan ditaruh pada kotak-kotak besar di setiap titik permukiman terutama yang rawan DBD.
Nantinya akan disiapkan 33.000 ember yang disebar se-Kota Bandung. Namun jumlah penyebarannya tidak akan sama rata tiap kecamatan.
"Insyaallah akhir tahun ini ya, bulan November akan launching ternak nyamuk di salah satu Kecamatan kota Bandung. Saat ini disiapkan produksi telurnya biar cukup dulu, nanti per 70 meter akan disediakan kotak nyamuk wolbachianya di permukiman penduduk. Pokoknya nggak boleh di rumah sakit dan rumah lansia, karena karunya (kasihan) nanti ya balita dan lansia kalau bentol-bentol," ujarnya.
Perlu diketahui, Kecamatan Ujungberung termasuk dalam 10 kecamatan dengan kasus DBD terbanyak di Kota Bandung pada tahun 2022 sehingga dijadikan Pilot Project Wolbachia di Kota Bandung.
Terdapat 5 Kelurahan yang menjadi Pilot Project Wolbachia di Ujungberung di antaranya Kelurahan Pasanggrahan, Kelurahan Pasirendah, Kelurahan Cigending, Kelurahan Pasirwangi dan Kelurahan Pasirjati. Sembari menanti, proses fogging pun tetap dijalankan untuk cegah DBD.
"Sekarang sembari menunggu, untuk turunkan DBD masih dengan fogging terus. Kalau wolbachia ini mahal di awal aja biayanya, tapi kalau fogging rutin nah itu malah lebih mahal. Selain itu fogging kan ada bahan kimianya. Nanti kalau sudah ada nyamuk wolbachia, akan kawin dengan nyamuk lokal dan telurnya otomatis sudah wolbachia, nggak perlu diinjeksi lagi," lanjut Ira.
(aau/yum)
from Opsiin – Kopiminfo https://ift.tt/1gHmnBC
via IFTTT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar