Dalih Israel Tepis Paksa Warga Gaza Ngungsi Selama-lamanya

Gencatan senjata berakhir. Militer Israel (IDF) menyerbu ke sekujur Jalur Gaza, Palestina. Warga sipil kocar-kacir. Israel menyuruh mereka pergi mengungsi karena mereka mau menggempur Gaza (lagi).
Pasukan IDF menjalar sampai Gaza bagian selatan. Mereka berdalih ingin memburu milisi Hamas. Bom diledakkan oleh Israel pada Minggu (3/12) dan menewaskan warga Palestina.
Pengeboman dengan pesawat tempur dan artileri juga dipusatkan di area Khan Younis dan Rafah, kota di Jalur Gaza bagian selatan yang berbatasan dengan Mesir. Rumah-rumah sakit dilaporkan semakin kesulitan untuk menangani para korban luka yang terus mengalir masuk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir BBC, Senin (4/12/2023), Letnan Jenderal Herzi Halevi berbicara kepada pasukan cadangan dari divisi Gaza tentang tujuan IDF dan aksi pembunuhan terhadap para komandan Hamas.
Dia mengatakan kepada pasukannya: "Kita bertempur dengan kuat dan secara menyeluruh di bagian utara Jalur Gaza, dan kita sekarang juga melakukannya di bagian selatan Jalur Gaza".
Israel menyatakan perang terhadap Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, setelah serangan mengejutkan pada 7 Oktober lalu. Para pejabat Tel Aviv melaporkan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, tewas akibat serangan itu dan 240 orang lainnya disandera.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 15.500 orang tewas akibat rentetan serangan Israel selama lebih dari delapan pekan terakhir. Dampak pengeboman dan operasi darat Israel terhadap Jalur Gaza telah memicu kekhawatiran internasional.
Sejak berakhirnya gencatan senjata pekan lalu, setelah berlangsung selama tujuh hari dan memungkinkan pembebasan puluhan sandera Israel yang ditukar tahanan Palestina, militer Tel Aviv semakin memperluas serangannya terhadap Jalur Gaza.
Selanjutnya, Israel tepis paksa warga mengungsi permanen:
Israel tepis paksa warga mengungsi permanen
Israel membantah memaksa warga sipil angkat kaki dari rumah-rumah mereka secara permanen (atau lebih tepatnya: mengusir warga dari rumah mereka sendiri). Hal ini disampaikan Israel ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang khawatir terhadap nasib rakyat sipil di Gaza. Demikian dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (4/12/2023).
Berbicara kepada wartawan pada Senin (4/12) waktu setempat, juru bicara militer Israel Jonathan Conricus menegaskan pihaknya tidak berusaha memaksa warga sipil Gaza untuk meninggalkan rumah mereka secara permanen.

"Kami tidak berusaha untuk menggusur siapapun, kami tidak berusaha untuk memindahkan siapa pun dari mana pun secara permanen," tegas Conricus.
"Kami telah meminta warga sipil untuk mengevakuasi medan pertempuran dan kami telah menyediakan zona kemanusiaan yang ditunjuk di dalam wilayah Jalur Gaza," ujarnya, merujuk pada wilayah pesisir kecil bernama Al-Mawasi.
Setiap imbauan agar warga Palestina mengungsi massal sangat kontroversial di dunia Arab, karena perang yang berujung pada berdirinya negara Israel sekitar 75 tahun lalu yang telah memicu eksodus atau pengungsian paksa dari 760.000 warga Palestina -- peristiwa yang dikenal sebagai 'Nakba' atau berarti 'bencana'.
Dalam penghitungan terbarunya, Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada PBB menyebut sekitar 1,8 juta orang di Jalur Gaza, atau sekitar 75 persen populasi, telah mengungsi akibat perang. Banyak di antara mereka terpaksa mengungsi ke tempat penampungan yang penuh sesak dan tidak higienis.
(dnu/dnu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar