Jumlah ulat bulu yang saat ini mencapai puncaknya menciptakan masalah serius di jalan utama desa dan pemukiman warga.
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON- Gelombang serangan ulat bulu menghantui Desa Sampiran, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon.
Pohon jati yang terdapat di jalan menuju desa tersebut diduga menjadi pemicu.
Kepala Dusun Plaosan Desa Sampiran, Abas Riyandi, mengungkapkan bahwa serangan ulat bulu dari pohon jati kembali menghantui Desa Sampiran, Kabupaten Cirebon, pada awal musim penghujan tahun ini.
Jumlah ulat bulu yang saat ini mencapai puncaknya menciptakan masalah serius di jalan utama desa dan pemukiman warga.
"Ulat bulu ini datang setiap awal musim penghujan dari pohon jati. Tahun ini jumlahnya mencapai ribuan, mengganggu lalu lintas dan pemukiman warga," ujar Abas saat diwawancarai media, Senin (18/12/2023).
Selama lima hari terakhir, warga Desa Sampiran menghadapi ketidaknyamanan karena ulat bulu menyerbu jalanan utama desa.
Kendaraan terganggu dan permukiman warga di sekitar pohon jati pun menjadi sasaran utama.
"Permasalahannya bukan hanya di jalan utama desa, tapi juga permukiman warga yang paling dekat dengan pohon jati," ucapnya.
Meskipun jumlah ulat bulu mulai berkurang karena daun pohon jati telah habis dimakan, dampak serangan ini meninggalkan ketakutan di kalangan ibu-ibu yang melintas di area terkena dampak.
Risiko kecelakaan meningkat terutama di wilayah yang memiliki jurang.
"Ibu-ibu yang melintas merasa takut, khawatir terjadi kecelakaan karena kepanikan warga di area ini, apalagi kawasan ini terdapat jurang," jelas dia.
Dibandingkan dengan tahun lalu, serangan ulat bulu tahun ini dikatakan lebih parah karena jumlah ulat bulu lebih banyak, diduga dipengaruhi oleh faktor cuaca.
Pemerintah setempat dan warga Desa Sampiran diharapkan dapat bekerja sama untuk mengatasi dampak serangan ini dan mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Pantauan Tribun di lokasi menunjukkan keberadaan ulat bulu hampir merata di sepanjang jalan utama Desa Sampiran, termasuk di jembatan dan tembok rumah warga.
Warga tetap siaga membuang ulat bulu untuk menjaga lingkungan mereka. (*)
Komentar
Posting Komentar